“Tamat …?"“Iya.”“Hanya itu saja?”“Iya.”“Tidak ada kelanjutannya lagi?”“Pffft, iya Raras Sayang.”Suara tawa mengekeh kecil dari seorang pria pembalas pertanyaan remeh yang seorang wanita berstatus istrinya itu tanyakan ini, terdengar begitu nyaring di sepinya ruang kamar.“Ceritanya sudah tamat.”Dia adalah Mahendra.Mengecup dahi istrinya yang tengah hamil besar dan semakin banyak maunya menjelang tanggal perkiraan kelahiran bakal bayi anak pertama mereka, … yang di mana si ibu hamil itu enggan turun dari duduk di atas pahanya juga melingkarkan tangan di tengkuk dan menyusupkan wajah di perpotongan leher selayaknya anak kecil, … Mahendra menyarankan.“Waktunya kamu tidur.”“Tidak mau~”“Ohho!”Menambahkan balasan atas saran dari suaminya itu dengan menggelengkan kepalanya pelan, istrinya Mahendra pun, segera mendongakkan wajah cemberutnya begitu nama lengkapnya di sebutkan.“Ayo tidurlah Sayangku. Istriku yang cantik, Rarasati binti Agung.”“Ihh~!”Mencomot hidung istrinya yang
Pergi menikah dalam hubungan politik demi kebaikan kerajaan, atau mati sia-sia karena membangkang sang ratu yang memberikan perintah?“Maafkan Saya, Nona.”Jika itu dapat membuatnya menjauh dari sang saingan yang kerap kali menjadi bahan perbandingan dirinya oleh ibunya, sang putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik, … akan melakukannya secara tenang.“Jalur menuju daerah kekuasaan Lord Arca, sangat sukar untuk dilalui oleh kereta kuda lebih dalam lagi.”Pergi dari istana kediamannya tanpa membawa seorang pun pelayan atau pula ksatria, juga meninggalkan ibunya sendiri supaya tidak dapat mengekang kehidupannya lagi, … perjalanan Purbamanik dalam menempuh jarak juga waktu tuk sampai ke alamat pengirim lamaran pernikahan, Baron Arcadika, … sepertinya akan terhelat lumayan lambat.“Selain itu, ada desas-desus yang mengatakan bahwa tempat di mana wilayah kekuasaan Lord Arca ini benar-benar wilayah yang begitu sangat-sangat ditakuti.”Turun dari kereta kuda yang berhenti sembari
“Ayo kita menikah.”Ini adalah sesuatu yang berjalan di luar dugaan.“Sekarang.”Purbamanik, si putri yang tadinya menyangka bahwa calon suaminya tidak akan memiliki penampilan yang seburuk itu, … mengingat ksatria yang tadi membawanya sampai ke kediaman tua yang suram, kotor, berantakan, lagi terlihat sunyi seperti tak berpenghuni ini saja memiliki visual di atas rata-rata, ….“Di sini. Hari ini.”… Hanya mampu mengulaskan senyuman dengan hati merasa ingin melancarkan banyak satire.“Ya ampun, Tuanku.”Jangan langsung melemparkan amarah, dan bersabarlah terlebih dahulu saja.“Saya saja baru sampai di sini pada beberapa masa yang lalu loh. Saya masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi.”Ini memang di luar bayangannya, terkait dirinya akan mendapatkan seorang pasangan yang sudah di jamin visualnya, … selayaknya pasangan yang didapatkan oleh sang saingan yang terkenal akan ketampanannya sampai seantero negeri.“Kau kan bisa beradaptasi atau apalah itu, setelah kita menikah juga."Bersa
“Mari kita bernegosiasi.”“Hah? Negosiasi? Persetan dengan itu!”“Tuanku.”“Euk …?!”“Ini memang pernikahan politik. Dan di dalam politik itu terkadang ada kesepakatan akhir bersama, supaya kita dapat menjalankan visi dan tujuan secara adil juga merata, bukan?”Seperti langsung tercekat dengan aura misterius yang terasa dari senyuman Purbamanik yang menekan, Arcadika tak mampu untuk bersilat lidah dalam mengucapkan segala pernyataan menyangkal lagi. “Saya percaya Anda tidak akan menekan hak kebebasan Saya sampai sebegitunya. Makanya, mari mulai dari langkah awal untuk menyetujuinya. Maukah Anda mendengarkan semuanya terlebih dahulu?” Arcadika yang awalnya menampakkan raut muka keberatan itu, terdiam sejenak untuk menimang-nimang penawaran.“Jika Anda tidak mau menyetujuinya maka tidak ada pilihan lain. Saya tidak akan pernah mau melahirkan penerus keluarga Anda.”Terlebih lagi, ….“Saya tidak menginginkan seorang suami yang akan berlaku kurang ajar sampai bisa mempermalukan istrinya.
“Ah~ akhirnya, kita pulang juga.”Membaringkan diri berpenampilan kumal di dinginnya lantai kayu asrama untuk para ksatria, ketuanya peleton kecil ksatria tersebut, Sir Satria, yang baru pulang dari pembasmian iblis di daerah perbatasan dekat desa yang memakan waktu selama seminggu lebih itu, … mendadak harus dikejutkan dengan sesuatu.Dia yang tak sengaja menangkap siluet orang besar yang tengah mencoba bersembunyi di bawah kolong meja tempat menyimpan makanan itu pun, sontak mengejutkan rekan-rekannya yang lain untuk kemudian terkejut bersama.“Milord! Apa yang Anda lakukan di sana?!” tanyanya dengan kaget sekaligus heran, seraya menarik orang yang ternyata adalah majikannya untuk keluar dari tempat sempit itu dibantu dengan ksatria lain.“Ya ampun, Anda kenapa?! Apa Anda sudah lama terjebak di sini? Tugas yang dijalankan oleh kami kan lumayan lama, jadi tidak akan pulang kemari sesering mungkin. Bagaimana jika Anda terjebak di sini selamanya dan baru diketahui saat Anda sudah menja
“Selamat atas pernikahan kalian~!”Menyambut dengan antusias pasangan suami-istri baru berganti pakaian setelah memutuskan untuk langsung pulang ke kediaman yang terasa lebih bersih juga rapi, patut untuk ditinggali oleh orang, … baik itu Juan dan istrinya, dengan bangga mempersiapkan perjamuan makan.“Kalian berdua sudah pasti sangat lapar kan? Dengan begitu, ayo cepatlah duduk.”Mempersilahkan Arcamanik untuk duduk dengan Arcadika, Ibu Koki menampilkan gurat senyum penuh arti.“Nah~ karena Head Butler dan Vivi ada tugas untuk membantu Saya di dapur, kami bertiga akan pamit terlebih dahulu ya~!”Seolah-olah sudah menanti hari menggebu-gebu ini, wanita yang sudah berpengalaman dalam menjalani kehidupan cinta ikatan pernikahan, menghilangkan jejak secepat kilat dari hadapan sang tuan dan nyonya rumah sembari menyeret serta sang anak dan sang suami.“….”Pada akhirnya, rasa canggung, menghinggapi keduanya.“….”Beraktivitas dalam diam berupa melilitkan serbet di leher sama seperti apa y
“Pesta berburu?”“Ya. Ini pesta berburu tahunan yang akan selalu diselenggarakan di pertengahan akhir musim gugur.”Beberapa minggu telah berlalu lagi.Arcamanik yang menjalani hari dengan tenang dalam membantu Arcadika mengelola kepemimpinannya secara sukarela setelah tidak jadinya proses malam pertama di waktu itu, … menelengkan kepalanya dengan wajah penasaran. “Mungkin kamu pasti merasa sumpek untuk terus-menerus berlalu lalang di mansion yang membosankan ini. Jadi, jika kamu mau … ayo menyegarkan mata dengan pergi ke Dukedom.”Arcadika yang sudah berangsur-angsur berubah rajin, mengurangi berbicara kasar atau kotor, juga lebih kurusan daripada sebelumnya lagi ini, … menjalankan petuah dari ksatria pemberi sarannya untuk memepet hati sang istri yang sudah mulai terbuka perasaannya, … sambil menampilkan senyum yang lembut.Walau setelah hari penyatuan tempat tidur berdua gagal dilaksanakan sekali pun, tetap saja, … sampai saat ini pula mereka betul-betul tidur sekamar berdua.Mesk
“Manik.”“…?”Sungguh.Semuanya seketika menjadi berbeda begitu Arcamanik dikunjungi oleh ibu mertua yang menyuruh istrinya ini untuk pulang ke istana tempat kelahiran, demi merebut takhta dari orang berstatus saingan yang hampir sepenuhnya dilupakan.“Apa makanannya tidak enak?”Segalanya tak serupa lagi. Yah.“Atau kamu sedang tidak enak badan?”Arcadika yang sudah merindukan sosok Arcamanik yang malu-malu menyanggah perasaannya itu, tidak merasa nyaman jika terus mendapati istrinya jadi pendiam begini.Padahal ini sudah sembilan belas hari berlalu semenjak ibunya datang kemari. Akan tetapi, obrolannya di waktu itu yang mengakibatkan Arcadika melihat sisi Arcamanik yang menangis dengan rapuh, … sepertinya masih terngiang-ngiang secara jelas di dalam kepala.“Anu, itu … apa caraku memegang sendok ini benar?”Bahkan, meski Arcadika kali ini sengaja menyalahi peraturan tata krama di meja makan yang biasanya akan membuat istrinya mengomel panjang lebar hanya untuk mengembalikan suasana
Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘
“Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter
Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m
Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata
“Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m
“Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p
“Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa
“Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand
Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka