“Para Putri Purba … memasuki ruangan!”
KRIETT!Gerbang aula utama kastel dibuka.Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersosialisasi, dengan sendiri-sendiri.“Seperti melihat peri yang turun dari bulan, mata Saya telah diberkahi oleh limpahan besar kecantikan!”“Ohoho, Nyai Putri. Lama tidak melihat Anda. Anda sudah besar saja.”“Anda adalah keanggunan sejati, Nyai Putri! Anda bagaikan duplikatnya perbuatan suci Yang Mulia Gusti Ratu!”Dan yah, … seperti yang telah di duga.Dari semua tujuh putri yang menyebar ke titik-titik berbeda, titik milik putri yang ke tujuh, tempat di mana Purbasari berada itulah, … yang tampaknya menjadi tempat paling ramai dikelilingi oleh banyaknya bangsawan-bangsawan kenamaan.Sedangkan, sebaliknya, … untuk sang kakak tercinta, Purbararang.Dia, si putri yang memang sebetulnya lebih nyaman ditinggal sendirian di tengah keramaian ini, malahan tak ada barang seorang pun aristokrat yang datang ke arahnya dengan niatan untuk menghampiri.Maksudnya, …!Dia memang ingin ditinggal sendiri, karena kurang suka bersosialisasi. Tetapi, untuk saat-saat ini, … setidaknya jangan sampai begini juga!Ini membuat malu!Apalagi saat mata obsidiannya tak sengaja berkontak mata dengan netra kuning kejinggaan milik Purbamanik, … yang jelas-jelas tersenyum puas seakan-akan tengah mengejeknya saat ini.Ahhh! Tidakkk!Siapa pun! Siapa saja! Tolong datangi dia sekarang walau hanya seorang dan dalam waktu yang sekejap!“Sepertinya Anda terlihat kesepian ya, … Nyai Putri?"Wow! Waktu yang tepat!"Dengan begitu, …."Lekas menolehkan kepalanya ke arah suara yang mengalun dengan lugas dari seorang laki-laki muda di belakangnya, … secara otomatis, Purbararang langsung menunjukkan senyuman manis tuk memberikan kesan baik terhadap si penyelamat rasa malunya ini.Akan tetapi, begitu ia mendongak dan memandangi wajah milik laki-laki itu sepenuhnya, mendadak saja … senyuman di bibirnya langsung buyar begitu menyadari akan siapa sosok orang yang kini balik menatapnya dengan mata merah menyala, … yang penuh akan rasa rindu dari sorot yang tampak menggebu-gebu.“… Bolehkah Saya menghibur Anda di waktu yang sangat-sangat berharga ini?”Ah.Seakan-akan waktu telah berhenti dalam masa sesaat, … Purbararang tak menyadari bahwa dirinya sedang terperangah.Seolah-olah tubuhnya telah dikutuk untuk membeku, si putri muda itu hanya mampu berdiri dengan kaku, seperti sudah memaku di tempat.Cara sepasang bola mata gelapnya dalam memandangi wajah laki-laki di hadapannya, yang memiliki ciri sari ketampanan berupa tahi lalat satu di bawah bibir sebelah kanan, dan dua di bawah dekat mata beriris merah menggoda, … benar-benar terasa memiliki artian yang cukup mendalam.Tak membutuhkan waktu yang lama, … helai rambut lembut pirang keemasan, cerah seperti pantulan sinar mentari pagi yang menyinari gelinciran buah pir yang dilapisi madu milik si laki-laki itu berayun.Mereka mengikuti arah gerak sang empu yang kini merundukkan badannya meraih tangan Purbararang, … tuk kemudian berakhir dengan mengecup punggungnya bersama mata yang terpejam.“Putra Duke Jaya, Indra, memberikan salam kepada Anda, … Nyai Putri. Atau, bolehkah Saya memanggil Anda dengan sebutan, ….”Mengintip dari balik terbukanya sedikit kelopak mata berbingkai bulu mata yang panjang lagi lentik, munculah netra merah mencolok dengan warnanya yang banyak didominasi oleh aura memesona.Laki-laki yang dulu seingat Purbararang adalah seseorang yang senantiasa berekspresi kaku itu, sekarang telah terang-terangan memberikannya sebuah serangan tidak sehat berupa sebuah senyuman yang sangat-sangat menawan!“… Rarang?”BLUSH!Seketika wajahnya menjadi memerah dan terasa panas membara, Purbararang yang tak bisa berkata-kata lagi terkait betapa terkejutnya ia dengan segala perubahan yang telah mengubah tunangannya, Indra Jaya, … yang lagi-lagi dulunya adalah seorang bocah kelewat kikuk, saat ini tiba-tiba menjadi pemuda yang terlewat atraktif sampai-sampai bisa membuat gadis mana pun dapat menjerit hanya karena dilirik sedikit, … masih memandang lawan bicaranya ini dengan pandangan yang penuh artian.Ini gawat! Ini canggung! Ini …! Ini memalukan!Setelah mereka berdua sudah lama tidak bertemu, maka sekiranya … apa yang harus ia ucapkan?! Apa yang harus ia lakukan?!“Jangan tegang begitu.”Semakin tertarik untuk menyiksa Purbararang lebih dalam lagi dengan cara membuatnya dibakar hidup-hidup oleh banyaknya rona merah di wajah, sampai-sampai membuatnya berhasil menjadi terlihat seperti kepiting rebus, … Indra Jaya menangkup wajah sang tunangan, dan lekas menggerakkan kedua ibu jarinya untuk menenangkan otot-otot pipi Purbararang yang sepertinya sedang dipaksa untuk tersenyum kaku.“Nanti cantikmu hilang.”Terfokus pada Indra Jaya seorang, Purbararang menjadi tak mendengarkan dengan baik akan bisikkan-bisikkan orang di belakang.“Haiya, kita olang kenapa tidak mendekati Nyai Putli Pulbalalang? Padahal, di antala pala Putli yang tujuh, yang paling menguntungkan jika kita dekati itu adalah si calon Putli mahkota woo!”“Hoi! Apa kau tidak merihatunya tadi?! Saat kita semua ingin mencoba untuk mendekat Nyai Puteri, ada ningen yang sangat mengerikan itu! Dia mengancam kita dengan perototan mata!”Berbeda dengan Purbararang, Indra Jaya yang sangat peka terhadap dua orang yang baru saja membicarakannya, melirikkan mata merahnya tuk menunjukkan sorot mata yang tajam lagi menakutkan, … tuk memandangi kedua orang penggosip tersebut dengan tanpa berkedip.Untung saja sorot mata yang memandangi mereka berdua seperti orang yang tengah menantinya untuk mati di tempat langsung berhenti begitu sang raja hadir di aula sini, lengkap dengan ratu juga para selir.Jika tidak, yah, … kedua orang yang malang itu sudah pasti akan merasa tertekan sampai-sampai kewarasannya hilang dari akal!Pesta dansa debutan dimulai.Sesaat selepas sang raja menarikan tarian pembuka dengan ratunya, perlahan-lahan, semua anak-anak bangsawan yang mengadakan debutan hari ini, … yang dikhususkan untuk anak perempuan berusia 15 tahun, dan anak laki-laki berusia 17 tahun dalam melepas titel mereka sebagai anak remaja tuk beralih ke usia dewasa, … mulai menari dengan partner dansa mereka pula.Termasuk di antaranya, Purbamanik dan Purbararang.“Bisakah aku, ….”Terdiam melihat Indra Jaya mengulurkan satu lengan ke arahnya dengan lengan lain yang ditekuk di belakang punggung, Purbararang meneguk ludahnya gugup.“… Menjadi partner dansa pertamamu di debutan, wahai tunanganku yang sangat cantik, … Nyai Putri Purbararang?"Mendapatkan ajakan yang dilakukan dengan etika yang mengesankan juga perlakuannya yang sangat menawan, … tentu saja tak dapat memaksa Purbararang untuk menolak apa yang telah ia idam-idamkan.Apa gunanya ia berlatih dansa dengan sekeras dan sesering yang ia bisa, jika ia sendiri saja tak mau menunjukkannya kepada orang yang ingin ia buat terkesan?“Dengan senang hati, wahai tunanganku yang tampan. Mari kita menari."Membalas raihan dari uluran tangannya Indra Jaya dengan malu-malu, begitu tangan mereka saling bertaut dan mulai genggam-menggenggam, secara alami … Purbararang tersenyum kecil begitu mendadak mengingat kenangannya bersama Indra Jaya sewaktu mereka berdua masih bocah.“Senang bertemu denganmu lagi, … Indra Jaya.”Ah.Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang. Tetapi, lihatlah saat ini.Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu
“Namanya adalah Tumang.”Semenjak Purbararang menceritakan pengalamannya bahwa ia telah kedapatan ditodong pisau oleh seorang pelayan kepada Indra Jaya, hari ini, demi mengawasi keamanan untuk tunangannya yang tersayang, … si putra Duke itu memilihkan ksatria muda yang sangat ia percaya talentanya, … karena dia adalah pengawalnya sendiri yang kerap kali menjadi lawan pelatihan semua aktivitas seni bela diri.Menenteng pedang dan menempatkannya untuk menjadi tongkat tumpuan tumpukkan tangan, Indra Jaya yang dengan setianya memerhatikan hal detail kecil terkait gerak-gerik Purbararang dalam mengabaikan ksatria bersangkutan yang menekuk satu lutut bersama wajah menunduk di samping meja tempat minum teh, … tersenyum dengan lepas.“Mulai hari ini, … dia akan menjadi pengawalmu, Rarang.”Lama mendiamkan seorang laki-laki muda yang kelihatannya memiliki usia yang hampir sebaya dengan tunangannya, pada akhirnya … Purbararang tetap menggulirkan netranya ke orang yang memiliki nama “Tumang”.Ma
“Hei, apa kau mendengarnya?”“Mendengar apa?”“Pelayan baru yang baru bekerja di sini selama satu minggu! Dia sudah keluar dan berhenti bekerja setelah mendapatkan hukuman dari Nyai Putri Purbararang!”“Ohh, be-benarkah? Memangnya apa kesalahannya?”“Aku dengar langsung darinya, dia tak melakukan kesalahan apa pun tapi tetap dihukum dengan tidak adil begitu saja!”“Sungguh?! Jika betul begitu, itu keterlaluan sekali!”“Ehhh?! Benarkah? Itu sulit dipercaya!”“Gasp!”Sekitar tiga pelayan yang baru saja asyik menggunjing, mendadak langsung tersentak begitu tahu-tahu sudah menyadari ada salah satu putri yang mereka layani, Purbasari, … tengah berdiri dengan raut muka yang syok, setelah memikirkan lamat-lamat terkait informasi apa yang tak sengaja ia dengar barusan.“Teteh Rarang-ku tidak mungkin seperti itu!”Ciut dan langsung bertekuk lutut di hadapan putri muda berusia 11 tahunan itu, ketiga pelayan yang takut akan memiliki nasib yang serupa dengan apa yang telah mereka omongkan, … leka
STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb
Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat
BLARRR!Petir menyambar, dan hujan bercucuran dengan deras di hari yang mendung. Seolah-olah, mereka semua … ikut merasakan kesedihan yang begitu mendalam, terkait melepas kepergiannya sang rembulan kerajaan dari dunia kehidupan, … ke alam kematian.“Te— … heuk, Teteh.”Tak bisa menampung rasa sedihnya lebih lama lagi begitu melihat sang ibunda yang baru saja meninggal tepat di hadapan mata kepalanya sendiri, … Purbasari menghambur Purbararang, dan menangis di dalam pelukan.Ingin hati dirinya juga ikut mengekspresikan kesedihan dengan cara menangis, sama seperti Purbasari. Bersamaan dengan seperti pria yang berstatus sebagai ayah kerajaan, sekaligus ayah kandungnya, sang Paduka Raja, … Purbararang malah tetap berusaha untuk menjaga air mukanya supaya tenang.Dia yang melihat ayahnya tengah duduk di samping ranjang dengan tubuh yang menangis dalam diam, sampai-sampai membuatnya terlihat gemetaran dikala menggenggam tangan yang sudah kehilangan tenaga sekaligus nyawanya, … Purbararan
“Wah, lihat! Lihat! Calon Ratu kita!”“Uihh, dia memang cantik. Tetapi, jujur saja. Bukankah auranya agak sedikit menyeramkan?"“Uhm, yeah. Aku juga merasa begitu. Karena itu, aku jadi tidak yakin kalau kerajaan ini akan menjadi lebih baik dengan dia yang menjadi pengelolanya.”“Yah, betul! Bisa-bisa, kerajaan ini malah semakin terpuruk karena diperburuk olehnya.”"Ah, andai saja ada keajaiban sekarang, yang dapat mengubah watak pewaris kerajaan menjadi lebih baik."Tidak peduli dan sama sekali tidak mau peduli seolah-olah dia ini adalah seseorang yang tuli, mengabaikan semua kumpulan aristokrat yang sudah pasti bergunjing dalam membicarakan segala celah kesalahan maupun kekurangan untuk bisa menjatuhkannya, … dengan tenang, Purbararang berjalan secara anggun memimpin barisan keenam putri di belakang, memasuki ruang aula istana utama tuk menuju ke ujung altar.Tangan yang bertumpu saling menggenggam telapaknya di depan pusar. Wajah yang menengadah dan sepenuhnya menatap lurus ke depa
… Kenapa?Satu baris pertanyaan singkat yang tak dapat keluar dari mulut, digumamkan di dalam hati milik Purbararang.Mengepalkan tangannya dengan erat dibarengi bersama muka mengeras yang memandangkan tatapan horornya tuk melihat sang adik, Purbasari, … yang tadi baru saja menerima mahkota penerus kerajaan dengan cuma-cuma, dan kini tengah menarikan tarian pertamanya dalam debutan yang berlangsung sekalian dengan upacara peresmian, … Purbararang menggerutu di dalam batin.Diakui oleh semuanya, bahkan sampai ke selir dan para putri yang lain, terkecuali sang tunangan beserta dirinya sendiri, … Purbararang masih belum mau mempercayai akan hasil yang ia dapatkan.Ini aneh. Ini tidak dapat di terima dengan lapang dada. Juga, ini sangat tidak adil.Ada apa dengan keputusan mendiang ayahnya ini?Apakah kanselir itu benar-benar berkata jujur terkait mengumumkan wasiat raja, yang telah mewariskan seluruh kepercayaannya kepada Purbasari untuk mengelola semuanya?Apa benar tidak ada campur t
Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘
“Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter
Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m
Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata
“Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m
“Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p
“Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa
“Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand
Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka