“Jangan minum ini.”Merebut dan menyembunyikan hadiah pernikahan dari Putri Purbakancana pagi tadi di belakang punggungnya, mantan tunangan Purbararang yang kini sudah resmi menyandang gelar “His Highness the Prince Consort, Duke of Jaya”, … berusaha menjauhkan hadiah tersebut dari jangkauan tangan sang istri.“Kenapa?” tanya Purbararang tak dapat mengerti, akan jalur pikiran sang suami rupawannya ini.Dengan mengulaskan senyuman manis dan mata yang melengkung dalam menunjukkan sorot yang ikut tersenyum, Indra Jaya memberi tahu. “Ini beracun.”“Mana mungkin.”Tak mau memercayainya begitu saja, karena Purbararang sangat yakin kalau pemberian dari Purbakancana itu benar-benar terjaga saking percayanya ia dengan saudari tiri yang paling dekat dengannya selain Purbaendah, … dia menyangkalnya dengan ucapan demikian.“Kamu tidak memercayai ucapanku?”“… Sedikit.”PSSH~Seakan-akan jiwa keceriaannya yang senantiasa ia tunjukkan kepada Purbararang seorang saja sudah menguap menjadi kabut uda
“Lita! Kalau mau merokok jangan di sini!”Merebut dan langsung mematikan rokok yang baru saja hendak Pelita Jaya hisap di ruang tamu yang tengah dihadiri oleh dirinya, Pelita Jaya, dan juga Purbararang untuk mendiskusikan sesuatu, … lewat sudut ekor mata, Indra Jaya mengintip sang istri dengan manik merahnya yang menyorot khawatir.“Rarang tidak suka asap rokok.”“Aw, dasar anak yang baru menikah. Pasti jiwanya benar-benar menggebu-gebu ya? Apalagi untuk menjalani malam pertama ini.”“Yah semuanya tampak syahdu sebelum kau datang dan membuat segalanya kacau.”“Hoho, ya maaf.”“Kau …! Blahblahblah …!”“….”Terdiam dengan diri yang merasakan bahwa eksistensinya di tengah-tengah orang berbeda jenis kelamin akan tetapi memiliki penampilan yang begitu mirip sekali ini, yang kemiripannya bahkan melebihi miripnya anak kembar seiras, bagai pinang di belah dua, … Purbararang mengulum senyumnya dengan penuh arti.“Ngomong-ngomong soal orang yang Anda seret kemari sebagai hadiah ….”Memecah inte
Dingin.HWRAKSS~Malam yang kelam juga derasnya hujan yang berjatuhan dari awan untuk membasahi tanah lembap hutan rimbun, … berlangsung dengan produktif tanpa memedulikan seseorang yang merasa menderita untuk menerimanya, sama sekali.Hawa yang begitu menusuk. Suasana sunyi yang begitu mencekam. Juga kesepian tiada tara yang datang untuk menemankan, … mau tak mau harus diterima dengan tangan terbuka, dalam setiap hari-harinya di setahun ke belakang waktu dimulainya pengasingan dirinya ini.Lapar.GRAWL~Memegangi perut keroncongan dengan tangan yang kurus dan hanya tampak seperti tulang berbalut kulit saja, dia, orang yang berteduh di bawah gubuk sederhana dari besarnya guyuran hujan, … merenungkan kembali segala ingatannya. Kenangan di mana berakhirnya momen manis di masa kecilnya, menjadi kenyataan pahit di masa remaja.-“Sil Batala! Sil Batala!”-Renungannya di mulai, dengan ingatan terkait luka yang ia terima dari ksatria kepercayaannya.-“Saat Sali besal nanti, Sil Batala akan t
“Tada!”Mempertunjukkan monyet besar berbulu hitam yang masih tak sadarkan diri ke hadapan Purbararang, Indra Jaya segera menjelaskan maksud dan tujuannya ini dengan senyuman yang tergambar secara terperinci.“Hadiah untuk Rarang!”“….”Menyosor dan memberikan kecupan ringan di dahi istrinya yang justru malah terlihat menunjukkan ekspresi jijik terhadapnya, akibat dari terbawa suasana dengan hati seorang perempuan yang tengah hamil muda, … sang ratu yang telah sukses membawa kejayaan untuk sistem pemerintahan di kerajaannya supaya kembali stabil dalam masa beberapa bulan itu, … bertanya dengan alis yang bertaut keki.“Serius? Kau memberikanku monyet?!”“Ya!”“Iughh, singkirkan itu.”“… Eh?”Berbalik memunggungi Indra Jaya yang tampak bingung dengan kesalahan apa yang sudah ia buat, sampai-sampai membuatnya merasa tidak percaya diri begitu mendapati istrinya ini sekarang sangat enggan menatap wajahnya dalam waktu yang cukup lama, … Purbararang mendelik monyet itu dengan tidak suka.“Ke
Kenapa?“Maafkan Saya, Nyai Putri Purbasari ….”Padahal, semua putri telah hidup berdampingan dalam hubungan persaudaraan yang erat nan damai di waktu dahulu.“Uk uk! Ak ak!”Akan tetapi, gara-gara beberapa putri ada yang tak menerima bahwa adik bungsu mereka menjadi pemimpin negara pengganti mendiang sang ayah, … hubungan manis dari mereka semua pun, langsung terkacaukan.“Hei, monyet hitam.”Di masa saat ini, tersebutlah ada sesepuh ksatria, Sir Batara, … yang segera melepaskan monyet hitam besar dari kurungan untuk segera kabur ke tengah hutan.Hutan tempat di mana adanya keberadaan Putri Purbasari, yang diasingkan atas perintah Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang.“Ak uk, ak ak?”Aneh sekali. Padahal monyet di depannya ini dapat dipastikan kalau dia akan sangat ganas, setelah dibiarkan dikurung beberapa hari dan tak diberi makan sedikit pun supaya menjadikannya sangat kelaparan. Akan tetapi, dengan tenangnya … si monyet itu menyimak gumaman dan ucapan pelan dari Sir Batara d
“Ak ak ak! Uk!”Menuruti monyet yang telah ia beri nama dengan nama “Lutung Kasarung”, tuk segera pergi dari kawasan sungai dengan tangkapan ikan besar di tangan, … Purbasari dibuat melongo tidak percaya, dengan kemampuan dari seekor hewan yang justru jauh lebih becus darinya untuk melakukan usaha bertahan hidup.“Uk uk!”Dia yang masih memaku di tempat sehabis melihat usaha mudah Lutung dalam menggesek-gesekkan kayu kering satu sama lain, dan memercikkan api kecil hasil dari gosokkan tersebut ke tumpukkan kayu yang telah di kumpulkan di samping saung tempat tinggalnya sendiri, … lekas disuruh duduk di depan api unggun tuk menghangatkan diri yang sudah kebasahan.KRAAHCK~Ah.Sungguh hangat.Purbasari yang selama ini sudah bertahan semampu yang ia bisa di tengah hari-hari yang dijalaninya hanya penuh dengan hawa dingin nan suram, merasa hidup kembali begitu sekarang ia dapat merasakan hangatnya perapian lagi. “Ak ak, uk uk.”Membuyarkan lamunan Purbasari, Lutung yang menunjuk-nunjuk
CLACK!“Ah, ….”Mengendus-endus pakaiannya yang banyak dibasahi oleh cipratan darah sampai-sampai ada tetesan air dari cairan merah kental tersebut jatuh di masing-masing ujung baju yang tengah ia kenakan, … si pria pemilik mata merah yang lebih menyala daripada darah, menceletuk ke arah peneman aksi brutalnya, sang wanita perokok.“Lita. Aku pikir, aku harus menumpang mandi di rumahmu. Tolong ya?”Dia, Duke of Jaya, Indra, … meminta tolong dengan ekspresi muka yang lempeng seperti permukaan tembok.“Jika aku pulang begini, Rarang pasti akan takut denganku.”“Jelas saja, bodoh. Apalagi perasaannya Gusti Ratu kan sangat sensitif akhir-akhir ini.”“Maka dari itu, aku akan menumpang mandi di rumahmu.”“Yah, ya sudah. Kalau begitu ….”Memberi respons tambahan terhadap permintaan tolong tersebut, seorang wanita yang penampilannya kurang lebih memiliki ciri fisik yang serupa dengan Indra, yang saat ini dengan kalemnya merokok sembari duduk bertumpang kaki di atas gundukan mayat, … Countess
“Hei, Lutung! … Lutung! Lihat!”Sungguh luar biasa.“Aku menemukan banyak buah pisang untukmu!”Hanya dalam hitungan waktu beberapa minggu saja, si putri yang diasingkan, Purbasari … dapat langsung mengakrabkan diri dengan monyet yang katanya sangat buas, Lutung Kasarung, … juga berkawan dengannya di dalam situasinya yang cukup memperhatikan. “Uk uk! Uaak! Uaak!”“Ehey, jangan malu-malu begitu. Aku tahu kamu suka pisang.”“Ak ak! Uaak! Uakk!”Bagi Purbasari yang dijauhi juga tak memiliki peneman di tengah-tengah sepinya hutan lebat tempat pengasingan, kehadiran Lutung yang dinilai jauh lebih memahami kesepian di dalam hatinya, … adalah sebuah anugerah terindah dari Tuhan sebagai salah satu hadiah penebusan atas rasa sakit juga penderitaan, yang tengah ia terima sementara di tempat terasing ini.Dia yang pada masa beberapa minggu juga beberapa bulan yang lalu hanya dapat menangis dan menangis saja secara pilu, … perlahan-lahan, mulai berangsur-angsur bersikap ceria kembali sama sepert
Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘
“Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter
Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m
Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata
“Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m
“Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p
“Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa
“Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand
Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka