“T— … ti-tidak.”Melirih lemah, menjatuhkan belati di tangan yang segera ditangkap oleh seseorang di dekatnya sebelum benda tajam itu jatuh ke permukaan, … sampai-sampai menimbulkan suara yang nyaring dan dapat menyadarkan ratu pasir batang dari tidur lelahnya. Terutama, setelah ratu itu kedapatan menangis banyak sehabis menghadapi kakak-kakak tirinya yang menginterogasinya, … Purbararang yang saat ini mendadak saja ragu-ragu untuk memasuki ruang ratu, memundurkan kakinya dengan takut.“Bolehkah Saya yang melakukannya, ….”Melihat majikannya yang tadi pergi ke sini dengan tergesa-gesa seraya menenteng belati di tangan, sehingga membuatnya yang sudah berkewajiban untuk melayani apa pun yang dikehendaki sang tuan, … si orang yang dengan cekatannya menangkap belati yang jatuh tadi, Tumang, … hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya yang tercantel di pinggang.“… Master?”Jika Purbararang menghendakinya, Tumang akan segera menjalankan tugas ini tanpa harus berkedip sedikit pun, … segera
“Gusti Ratu. Nyai Putri Purbararang … meminta izin untuk menghadap Anda.”“Ehh?!”Berjungkit dari tempat duduk meja kerjanya begitu mendengar pemberitahuan dari ksatria pengawal yang sedang bertugas di depan pintu untuk mengawal, yang tak lain ialah Sir Batara, … Purbasari terperanjat. Tumben sekali, kakaknya yang selalu saja menghindarinya mendadak ingin menemuinya di jam sebelum tidur ini.Ini membuatnya mendadak merasa gugup.“B-biarkan dia masuk!”Membenahi meja, merapikan penampilan, juga berusaha untuk mengendalikan air muka, Purbasari yang hatinya berdebar-debar tak menentu dikala melihat orang yang ia nanti-nanti telah tiba dengan membawa nampan, … menyunggingkan senyuman tipisnya dengan sungkan. “S-selamat malam, Teteh.”“Ya.”Duduk dengan sigap setelah membalas sapaan dari adiknya ini secara singkat lagi padat, kakak Purbasari, Purbararang, … meletakkan nampan berisikan mangkok air dingin untuk mengompres, juga mangkuk bubur dan segelas air teh hangat.“Mukamu sebengkak it
“K-kak … Kak Ana.”“Kyaak! Menjauh dariku! Monster!”Tersungkur dengan sangat menyedihkan di hadapan Putri Purbakancana yang dulunya merupakan saudari tiri paling dekat dengannya setelah Putri Purbaendah, … Purbasari yang baru saja didorong supaya menjauhkan uluran tangan menjijikkannya tuk berusaha menggapai gaun dan meminta tolong, … menangis dengan suara yang serak.“Kak, i-ini aku … Sa-sari.”“Aku tidak peduli! Pokoknya, menjauh dariku segera!”Sama sekali merasa tak sudi untuk mengulurkan lengannya dan menolong Purbasari, meski ia sendiri pun sebetulnya sudah mengenalinya sedari awal, lewat perantara rambut putih keperakan yang sangat mencolok itu, … Purbakancana sengaja berlaku abai.Dia memandang Purbasari yang datang ke istana kediaman para putri ini dengan sorot mata yang tajam, lagi penuh rasa ingin merendahkan.Tak jauh berbeda dari si putri berambut kuning kencana tersebut, putri-putri lain semacam Purbamanik, juga si putri kembar Purbaleuih dan Purbadewata, … melemparkan
PLAKKK!Tamparan keras mendarat.“Tidakkah kau melihatnya?!”Menghantam permukaan mulus kulit pipi Putri Purbamanik yang digeplak untuk ke sekian kalinya dari sang ibunda yang berstatus janda selir pertama, … dalam memarahi juga mempermalukannya di depan adiknya sendiri, Putri Purbakancana.“Jal*ng sialan itu dengan mudahnya merebut takhta!”“….”Terdiam karena tak memiliki selera untuk membalas ucapan ibunya yang justru nantinya malah akan semakin menjadi-jadi, … Purbamanik yang mengepalkan tangannya erat-erat dengan bibir yang digigit pahit, mengerutkan alisnya secara menukik.“Sedangkan kau? Apa yang kau lakukan?! Dasar anak yang tidak berguna!”Ahhh! Sungguh!Ini membuatnya geram.Ingin sekali hatinya sesekali melawan keinginan sang ibu yang terbilang ekstrem dan sangat memaksa. Akan tetapi, apa daya dan kuasanya untuk melawan orang yang sudah melahirkannya?“Pokoknya, cepat cari cara dan solusi lain untuk mendapatkan gelaran mahkota yang kosong itu, … sebelum penobatan resmi unt
“Sebelah kiri.”SRASHH!“Sebelah kanan atas.”ZRASHH!“Belakangku.”ZRACK!“Dan, ….”Berbalik mengayunkan kepala berambut pirang miliknya tuk terarah ke belakang, bibir tipis milik seorang pria bermata merah dan bermimik muka monoton datar seperti boneka, … kembali bergerak.“… Depan.”SRESHH!Helaian demi helaian benang rambut yang seperti terbuat dari emas itu berayun. Terbawa sapuan angin dari ayunan tangan pemegang pedang berlumuran banyak darah, dari orang yang sudah membersihkan jalan tuk dilalui oleh sang Duke pemangku tertidurnya ratu kerajaan baru di pelukan.Apakah mereka pembunuh bayaran?Maksudnya, dari sekian banyaknya gelimang orang-orang yang ksatria pengawal ratu itu lenyapkan?Well, … yep.“Saya merasakan bahwa anggota dari kelompok mereka ini akan tetap berdatangan, Tuan.”Ksatria pengawal putri tertua kerajaan Pasir Batang, Purbararang, yang bernamakan Tumang, … mendiskusikan suatu hal yang penting bersama dengan majikannya yang lama, Duke of Jaya, Indra.“Terlebih
“Kelemahan Duke Jaya maupun si anjing itu sendiri, bukankah itu terdapat pada Purbararang?”Kembali ke malam penuh perundingan konspirasi yang dilakukan empat putri pasir batang yang tersisa tinggal di kastel ini, Putri Purbaleuih, mengusulkan saran bagus.“Daripada merepotkan diri juga menyusahkan usaha kita dalam menyingkirkan dua halangan besar itu, lebih baik, kita langsung menyerang apa yang tengah mereka inginkan untuk dilindungi.”“Lalu?”Merasa tertarik dengan pendapat yang Purbaleuih kemukakan, Purbamanik menyuruh saudari tirinya itu untuk tetap meneruskan.“Saat sesuatu atau seseorang yang ingin mereka lindungi itu rusak dan terluka, sudah pasti fokus mereka akan buyar dari yang ingin menahan serangan … menjadi berusaha untuk menyelamatkan!”“Itu, … masuk akal juga.““Karena itu, Teteh.”….“Di pesta penobatan sekaligus pernikahannya nanti, … ayo targetkan Purbararang saja."….STRASH!“Uwakh?!”“…!”Mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya begitu dirinya yang sudah tepat me
“Jangan minum ini.”Merebut dan menyembunyikan hadiah pernikahan dari Putri Purbakancana pagi tadi di belakang punggungnya, mantan tunangan Purbararang yang kini sudah resmi menyandang gelar “His Highness the Prince Consort, Duke of Jaya”, … berusaha menjauhkan hadiah tersebut dari jangkauan tangan sang istri.“Kenapa?” tanya Purbararang tak dapat mengerti, akan jalur pikiran sang suami rupawannya ini.Dengan mengulaskan senyuman manis dan mata yang melengkung dalam menunjukkan sorot yang ikut tersenyum, Indra Jaya memberi tahu. “Ini beracun.”“Mana mungkin.”Tak mau memercayainya begitu saja, karena Purbararang sangat yakin kalau pemberian dari Purbakancana itu benar-benar terjaga saking percayanya ia dengan saudari tiri yang paling dekat dengannya selain Purbaendah, … dia menyangkalnya dengan ucapan demikian.“Kamu tidak memercayai ucapanku?”“… Sedikit.”PSSH~Seakan-akan jiwa keceriaannya yang senantiasa ia tunjukkan kepada Purbararang seorang saja sudah menguap menjadi kabut uda
“Lita! Kalau mau merokok jangan di sini!”Merebut dan langsung mematikan rokok yang baru saja hendak Pelita Jaya hisap di ruang tamu yang tengah dihadiri oleh dirinya, Pelita Jaya, dan juga Purbararang untuk mendiskusikan sesuatu, … lewat sudut ekor mata, Indra Jaya mengintip sang istri dengan manik merahnya yang menyorot khawatir.“Rarang tidak suka asap rokok.”“Aw, dasar anak yang baru menikah. Pasti jiwanya benar-benar menggebu-gebu ya? Apalagi untuk menjalani malam pertama ini.”“Yah semuanya tampak syahdu sebelum kau datang dan membuat segalanya kacau.”“Hoho, ya maaf.”“Kau …! Blahblahblah …!”“….”Terdiam dengan diri yang merasakan bahwa eksistensinya di tengah-tengah orang berbeda jenis kelamin akan tetapi memiliki penampilan yang begitu mirip sekali ini, yang kemiripannya bahkan melebihi miripnya anak kembar seiras, bagai pinang di belah dua, … Purbararang mengulum senyumnya dengan penuh arti.“Ngomong-ngomong soal orang yang Anda seret kemari sebagai hadiah ….”Memecah inte
Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘
“Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter
Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m
Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata
“Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m
“Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p
“Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa
“Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand
Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka