Share

Lelaki Tak Dikenal

last update Last Updated: 2023-08-08 19:02:13

Tidak hanya aku yang terpana, Alden dan kedua orang tua Naya juga. Mereka adalah orang-orang yang sudah sangat dekat denganku dan tahu kenyataan itu.

Kalau pun itu sebuah fakta, haruskah Naya membeberkannya di tempat ini? Ia bahkan pernah berjanji tidak akan bicara tentang wanita yang melahirkanku. Lalu, tadi itu apa?

"Nay," tegur Alden lirih sambil menarik tangan sahabatku. Naya bergeming. Ia masih memberikan tatapan nanar.

"Kenapa? Perempuan ini sudah mempermalukan kita. Wajar kalau aku juga bikin dia malu, Al."

Beberapa orang terlihat menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut. Begitu pula dengan ayah dan ibu Naya. Ada sorot iba di mata mereka, tetapi keduanya tetap membeku.

Perlahan kutarik napas dengan harapan bisa menguapkan getar kemarahan dari sekujur badan. Aku tahu, banyak yang sedang merekam kejadian ini. Pesta Naya mungkin sebentar lagi viral di jagat maya. Media sosialku bisa saja diserbu banyak akun. Apapun tindakan dan ucapan setelah ini, pasti akan menentukan pandangan netizen terhadap seorang Elisha Rihana.

"Kenapa memangnya kalau dia pernah masuk ke dunia hitam?" tanyaku sambil menegakkan wajah. "Memangnya kamu tahu dia sudah bertaubat atau belum? Lagipula, dosa tidak diwariskan dari ibu pada anaknya, Nay. Nggak ada hubungannya denganku. Setidaknya kamu bisa lihat rekam jejak sahabatmu ini. Pernahkah sekali saja aku bersikap tidak setia pada Alden? Elisha Rihana ini justru korban dari kenistaan nafsu kalian."

Hening. Naya dan Alden sama-sama tidak bergerak. Aku beralih pada sosok yang berpakaian adat di belakang mereka. Ayah dan ibu Naya yang sudah kuanggap sebagai orang tua sendiri. Mendekat perlahan, aku kemudian mengangguk dan menangkupkan dua tangan di depan dada.

"Maafin El, Pak. Maaf sudah membuat kekacauan, Bu. Kalau bukan karena luka yang terlalu dalam, saya sungguh nggak bermaksud seperti ini. Jujur saya kecewa terhadap Bapak dan Ibu karena merahasiakan semuanya."

Aku yakin mereka tahu semua dari awal, bahwa Naya menikung dari belakang. Bukan menghentikan perbuatan nista sang anak, keduanya justru mempersiapkan pesta besar ini.

Dalam hati aku berharap mereka meminta maaf. Namun, panggang sepertinya sangat jauh dari api. Dua orang di depanku hanya diam dengan ekspresi yang sulit dipahami.

Diiringi sorot dari banyak mata dan kamera ponsel, aku meninggalkan rumah yang pelatarannya dihias tenda dan tirai semarak itu. Langkah kaki kubuat seolah sangat tegar, sementara dua mata menahan agar kaca-kaca tidak berubah menjadi derai di pipi.

Saat rumah berdesain modern itu telah berada cukup jauh di belakang, aku tidak sanggup lagi. Air mata membobol pertahanan, lalu mengalir deras seperti anak sungai setelah hujan. Namun, tanpa suara. Di sebuah halte bus aku duduk dan menutup wajah dengan tergugu.

Entah berapa lama aku menangis, hingga air mata berhenti dengan sendirinya. Suara bariton dari samping kanan tiba-tiba mengejutkanku.

"Udah nangisnya?"

Aku menarik kedua tangan dan menoleh ke arah datangnya suara. Seorang lelaki berusia sekitar tiga puluh tahun tengah menatap dengan pandangan yang sulit kuterjemahkan. Apakah dia merasa kasihan? Mungkinkah penampilanku saat ini sangat menyedihkan? Sejak kapan orang itu duduk di sana?

"Siapa yang lagi nangis?" tanyaku dengan nada sedikit pongah. Walau demikian, tanganku segera menghapus jejak air mata di wajah.

Lelaki dengan sorot mata tajam itu menarik sudut bibirnya. Sebuah senyum getir ia lukis di wajahnya yang serupa manekin.

"Aku lihat semuanya."

Hah? Berapa banyak yang dilihatnya? Tidak mungkin ia melihatku mengacau di pernikahan itu, kan?

"Ma-maksudnya, ka-kamu lihat sejak aku datang di halte ini?"

Lelaki berambut agak kemerahan itu menggeleng. Poninya yang jatuh hampir menutupi separuh mata, bergerak mengikuti irama gelengan kepalanya. Bibirnya yang proporsional sudah kembali pada posisi asli, memberikan ekspresi datar.

Kalau bukan di halte ini, artinya dia melihat semua kehebohan yang aku buat di pesta tadi?

Related chapters

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Nikah, Yuk

    Seperti tahu jalan pikiranku, sosok yang mengenakan setelan jas mahal itu kini mengangguk. "Ya. Aku lihat dari awal kamu datang ke pesta itu dan melabrak pengantin."Aku menarik napas berat, menghembuskannya perlahan seakan ingin mengosongkan paru-paru, lalu tersenyum getir. "Menurutmu, apakah kejadian tadi akan viral?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke jalan raya yang tidak terlalu ramai. "Sudah.""Se-serius?""Buka saja ponselmu. Walau bukan nomor satu, kamu masuk trending Twitter sekarang. Facebook juga sudah ramai sepertinya."Bergegas aku mengambil ponsel di dalam tas. Benar saja, video resepsi Naya dan Alden sudah bertebaran di dunia maya. Kami bertiga menjadi tokoh utamanya. Walau wajahku hanya terpampang beberapa detik karena lebih banyak yang merekam dari belakang, tetap saja itu memalukan. Aku menjerit dan kembali menutupi wajah dengan dua tangan. Bagaimana aku harus menghadapi dunia setelah ini? "Kamu nggak salah, kok."Sesaat aku tidak percaya dengan kalimat yang

    Last Updated : 2023-08-08
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Bukan Pernikahan yang Sesungguhnya

    Wajah-wajah yang sedang melintas di kepalaku seketika menghilang karena pertanyaan konyol lelaki itu. Memangnya kenapa kalau dia tampan? Hanya karena wajah rupawan, bukan berarti aku harus menerima lamaran dadakannya, kan?"Hei, Bung! Pernikahan itu bukan seperti kamu beli tiket bus. Sekarang beli lalu bisa langsung berangkat. Memangnya, kehidupan apa yang bisa dijanjikan dari pernikahan dengan orang asing?""Banyak. Aku bisa memberikan apa saja yang kamu mau setelah kita menikah. Lagi pula, ini bukan pernikahan yang sesungguhnya."Entah mimpi apa semalam hingga kejutan terus menerus datang, bahkan dari orang yang baru menerobos masuk dalam kehidupanku ini. "Apa maksudnya bukan pernikahan yang sesungguhnya?""Begini," ujar lelaki itu dengan sangat bersemangat. Ia menjatuhkan tubuhnya di sampingku. Duduknya teramat dekat kali ini hingga bahu kami hampir saling bersentuhan. "Kita hanya melakukan resepsi seperti orang pada umumnya, tapi tanpa janji suci."Ya, Tuhan. Kenapa Kau hadirkan

    Last Updated : 2023-08-08
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Menagih Tawaran

    Sambungan telepon diputus tanpa aku sempat berkata-kata lagi. Dengan lunglai, tanganku yang memegang ponsel jatuh ke pangkuan. "Kenapa?"Pertanyaan itu tidak diucapkan dengan keras, bahkan cenderung lembut untuk ukuran suara laki-laki. Namun, cukup membuatku terkejut. Aku menoleh ke arah pemilik suara. Reinhard sedang menatap dengan sorot mata yang berbeda sepanjang kami berinteraksi hari ini. Apakah ia tahu aku sedang mendapat cobaan bertubi-tubi?"Oh, i-ini telepon dari bos tempatku bekerja."Aku hampir tidak sanggup melanjutkan kata-kata. Pandangan mata mulai kabur dan panas. Tolong, jangan sekarang. Aku tidak ingin menangis lagi di depan lelaki ini. "Masukkan alamat tempat kerjamu di sini," tunjuk Reinhard ke arah layar di dashboard. Aku menatapnya bingung. "Aku butuh memasukkannya dalam peta untuk sampai ke sana," ujarnya lagi.Segera aku mengetik lokasi toko, kemudian mengalihkan pandangan ke tepi jalan. Tanpa bicara lagi, Reinhard melajukan mobil miliknya dengan kecepatan se

    Last Updated : 2023-08-08
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Hampir Saja

    "What?" Reinhard kemudian terbahak sambil menutup mulutnya. "Kenapa kamu jadi mencuri kata-kataku? Pertanyaannya nggak salah, nih? Seingatku, hampir satu jam yang lalu tawaran itu ditolak mentah-mentah."Aku melempar kepala ke sandaran kursi sambil mengeluarkan karbondioksida hasil pernapasan dari mulut. Seolah dengan itu aku bisa menghempas semua yang menekan dalam hidup. Kunyalakan ponsel kembali dan membuka pesan dari Nia. Baris-baris kalimat itu kuperlihatkan pada Reinhard yang masih memberikan tatapan tidak percaya. "Kamu baca ini."Lelaki itu mengambil handphone dari tanganku. Tidak disangka ia membaca redaksinya dengan suara keras. "Kenapa belum kirim uang, Mbak? Aku ujian minggu depan.""Baca atasnya lagi.""Mbak, kapan mau transfer? Ibu marah-marah terus karena beras habis."Aku diam kini. Tangan Reinhard terus menggeser layar ponsel. "Nia ini siapa?""Adikku. Tidak, lebih tepatnya ibu kami sama, tapi dengan ayah yang berbeda.""Kamu yang biayai sekolahnya?"Sekali lagi ku

    Last Updated : 2023-08-08
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Ketahuan

    Tangan lelaki itu dengan cepat menarik lenganku dan memaksa untuk masuk. Aku berusaha melepaskan diri. Namun, tenaganya jauh lebih kuat. Kantong di tanganku terlepas. Beberapa croissant di dalamnya berhamburan ke lantai. "Lepaskan! Aku bukan anak kecil yang bisa kamu perdaya seperti dulu!""Coba saja kalau bisa! Kali ini aku pasti bisa mendapatkan tubuhmu, El!"Seketika bayangan mengerikan berkelebat di kepalaku. Tidak ada cara lain, aku harus berteriak untuk mendapatkan bantuan. "Tolong! Tolong aku!" Sambil berteriak, aku terus meronta. Saat lelaki itu berhasil menarik tubuhku dalam cekalan yang lebih kuat, sebuah ide melintas begitu saja. Aku arahkan lutut dengan sekuat tenaga ke bagian vitalnya. Ia berteriak, saat itulah tangannya melemah. Aku meronta sekuat tenaga dan berhasil melepaskan diri. Tanpa berpikir panjang, aku berlari menyusuri lorong dengan napas terengah dan berusaha mencapai tangga. "Hei! Jangan lari! Anak kurang ajar!"Kupercepat langkah. Ketika berhasil mencapa

    Last Updated : 2023-09-05
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Jangan Ambil Dia

    Reinhard bergegas berdiri. Ekspresi di wajahnya bercampur antara terkejut, kesal, dan entah apa lagi."Ka-kakek? Kenapa Kakek ke sini?""Lho, memangnya ada yang melarang Kakek datang ke tempat tinggal cucu sendiri? Lalu, sejak kapan kamu senang membawa lawan jenis masuk ke sini? Memangnya Kakek mengajarimu berperilaku melanggar norma?""Oh, i-ini .... Ini Rihana, Kek. Di-dia ...." Reinhard sejenak menatap ke mataku seolah meminta persetujuan. Aku tidak tahu harus berbicara apa. "Di-dia is-istriku, Kek," ujarnya lagi dengan ragu. Tentu saja bukan hanya si kakek yang terpana. Aku juga tidak menyangka ia akan memperkenalkan aku sebagai istrinya.Tidak disangka, lelaki yang usianya mungkin sudah enam puluh tahun itu langsung berteriak dan menyerang Reinhard dengan pukulan tangan bertubi-tubi. "Kurang ajar! Anak nggak beradab! Sejak kapan kamu menikah? Kapan? Di mana, hah? Jawab kakekmu ini!"Reinhard berlari menghindar, sementara sang kakek terus mengejarnya. Beberapa kali pukulan yang

    Last Updated : 2023-09-05
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Yang Sebenarnya

    Kakek berjalan sambil terus menggumamkan kalimat yang tidak jelas terdengar. Aku dan Re memerhatikannya sampai ia membuka pintu. "Re, bagaimana ini?" Saat itu Kakek telah menutup pintunya dari luar. Reinhard meletakkan telunjuknya di depan mulut pertanda aku harus diam. Ia mengambil ponsel dari dalam saku dan menelepon seseorang."Kakek sedang berjalan ke tempatmu. Masih ingat skenario yang pernah aku perlihatkan?"Ia diam sejenak, sepertinya sedang mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya."Ya, tentang pernikahan. Semua sama, tapi ada satu detail tambahan."Hening lagi. "Istriku beda keyakinan. Alasan itu membuat kami menikah di Kanada bulan kemarin."Bicaranya kembali terjeda beberapa detik, hingga ia mengakhiri pembicaraan."Ok. Thanks, Fer."Reinhard menghela napas panjang. Ia kemudian menatapku sambil memberikan senyum lebar, membuat eye smile miliknya semakin terlihat jelas. Kedua mata itu benar-benar membentuk bulan sabit yang khas. "Aman.""Hm, jadi kamu memang sudah mere

    Last Updated : 2023-09-05
  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Dia yang Lain

    "Bu, sebenarnya ....""Kenapa?""A-aku dipecat dari tempat kerja. Jadi ....""Hah? Jadi itu uang pesangonmu?"Aku mungkin bukan orang baik, tapi benci dengan perbuatan dusta. Namun, hidup kadang memaksaku menciptakan kebohongan yang tidak hanya satu. "Iya." Kata itu meluncur menggenapi kebohonganku dan juga Reinhard hati ini. Lelaki itu membeku di sofa dan memberikan tatapan yang entah apa maknanya. "Setelah ini berarti kamu nggak bisa kirim uang lagi?"Kupikir ia akan bertanya, kenapa dikirim semua. Ternyata aku terlalu berharap telur yang segera menetas jadi ayam, tanpa pernah menduga ia akan membusuk. "Aku nggak tahu, Bu.""Ya, sudah kalau gitu. Asal jangan sampai kamu melakukan pekerjaan haram.""Iya, Bu."Sambungan telepon diputus begitu saja tanpa ia bertanya bagaimana keadaanku setelah kehilangan pekerjaan. Aku memejam sejenak dan menarik napas dalam-dalam. "Maaf," ujar Reinhard lembut. "Untuk?""Maaf karena aku nggak bilang soal uang itu. Kupikir itu akan membantu di ten

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Jangan Sebut Nama Itu

    "Sepertinya Pak Fery tidak akan membiarkan hal itu terjadi."Aku melirik Agus yang telah duduk di belakang kemudi. "Lalu kemana dia sekarang? Kenapa sama sekali tidak menampakkan diri di depanku.""Anda pasti tidak menduga apa yang dilakukan Tuan Nehrin saat mengetahui semuanya. Bahkan Pak Fery tidak berkutik, sampai akhirnya ia juga harus patuh saat ditugaskan menangani kantor kita di Jepang.""Oke. Stop bicara pekerjaan. Kepalaku masih terasa pusing. Kamu jelaskan nanti saat kita sampai di rumah dan aku sudah punya cukup tenaga."Agus mengangguk, lalu mulai menjalankan mobilnya. Tekadku amat besar untuk menyelesaikan semua kekacauan ini, tetapi tubuh ternyata tidak mau kompromi. Sampai di rumah tentu saja hanya keheningan yang kutemui. Bahkan tidak ada tanda-tanda Rihana pernah tinggal di rumah ini. Pak Muji bahkan sudah tidak lagi bertugas. Satpam baru sengaja ditempatkan kakek di sini. Sejak awal aku tahu semua tidak akan pernah mudah. Namun, tidak kusangka lelaki satu-satunya y

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Sebuah Rencana

    Siapa yang paling ingin kamu jumpai saat bangun dari koma? Siapa yang ingin kau lihat berekspresi paling bahagia setelah tidur yang panjang? Tentu saja dia. Sosok yang paling dicintai dalam hidup. Yang dengannya kamu ingin berbagi. Namun, faktanya aku tidak bisa melihat wajah cantik itu saat membuka mata. Tidak terdengar suaranya saat aku benar-benar terjaga di ruangan VVIP rumah sakit ini. Koma selama tiga bulan tidak membuat ingatanku lupa dengan wajahnya yang berlesung pipi saat tersenyum. "Dia sedang pulang ke rumah dulu," ujar Kakek setiap aku bertanya tentangnya. Namun, mata lelaki tua itu sepertinya menyimpan sesuatu yang tidak ingin ia katakan.Fery? Dia pun seperti ditelan bumi tak terdeteksi ke mana rimbanya. Panggilanku ke ponselnya hanya masuk ke kotak suara. Beberapa orang kepercayaan Kakek hanya menggeleng saat ditanya tentang asistenku itu. Ini hari kedua sejak aku bangun dari koma. Atmosfer kamar rumah sakit benar-benar membosankan. Tak ada selarik senyum hangat mil

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Pertemuan yang Tidak Terelakkan

    "Jadi, kamu nggak tahu kalau aku kekasihnya Reinhard?"Eliana mendekati Kenzie dengan langkah gemulainya. Perempuan itu melirikku. "Ah, rupanya kamu nggak ngasih tahu dia kalau Reinhard sudah punya kekasih," ujarnya lagi. "Kamu nggak mau dianggap mendua dan sedang memilih mana yang lebih menguntungkan. Bukan begitu, Rihana?"Kenzie memindahkan dua tangannya hingga posisinya kini berkacak pinggang. Ia memindai wanita yang sedang melangkah semakin dekat itu. "Kenalkan, aku Eliana. Kekasihnya Reinhard."Bukan membalas salam perkenalan itu, Kenzie justru tergelak. "Ternyata selera dia dulu hanya seperti ini. Kenapa tiba-tiba naik kelas jadi yang kayak kamu, Elisha Rihana?"Ken menatapku sejenak. Kenapa ia menyebut nama lengkapku? Seperti tahu apa yang ada dalam pikiranku, Kenzie tersenyum."Karena sekarang aku paham kenapa kamu dipanggil Rihana di rumah itu."Aku diam dan menunggu kalimatnya lagi.

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Umpan yang Bagus

    Jika ini tentang kehilangan, biarlah aku saja yang merasakannya. Saat Reinhard terbangun nanti, semoga Tuhan membuatnya lupa tentang seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya karena kontrak. Sebuah perjanjian yang bermutasi menjadi cinta penuh harap. Aku mengucapkan terima kasih pada driver taksi setelah memberikan ongkos. Tidak lupa menambahkan tip. Ayah pernah bilang, uang itu tidak akan membuat kita jatuh miskin. Ia juga tidak akan membuat si penerima serta merta jadi kaya raya. Namun, nilai pahalanya bisa membuat si pemberi terhindar bala. Dengan langkah yang satu-satu, aku menuju ke tempat cetak tiket. Sebuah tas ransel menggantung di punggung. Itu satu-satunya benda pemberian Reinhard yang kubawa. Isinya hanya pakaian yang kubeli sendiri sebelum datang ke rumah besar itu. Selesai mencetak tiket, aku menuju mini market. Perjalanan dengan kereta memang hanya tiga jam untuk sampai di Stasiun Kejaksan Cirebon. Namun, aku tetap butuh bekal walau hanya

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Kembalikan Saja Uangnya

    "Ken, kalau aku tidak jadi buka usaha bisakah pembelian toko milikmu dibatalkan?""Ada apa, El? Kenapa tiba-tiba?"Aku mengganjur napas berat. Tidak mungkin menjelaskan semua permasalahan pada lelaki itu. Ken pasti akan melangkah lebih jauh jika tahu perkara yang sebenarnya. "Nggak ada apa-apa, Ken. Aku hanya berubah pikiran. "Nggak mungkin. Suaramu menyiratkan sebaliknya. Aku nggak masalah kalau kamu ingin membatalkan pembelian ruko itu, tapi tolong kasih tahu alasannya, El.""Karena aku nggak jadi buka usaha, Ken.""Kenapa? Kamu bilang mau lepas dari lelaki itu, kan?"Aku tidak menjawab pertanyaan Kenzie dan mengalihkan pandang ke luar jendela. Patung Pahlawan yang sering disebut Tugu Tani masih berdiri tegar seperti saat aku kecil. Figur satu orang pria bercaping dan seorang wanita itu konon dibuat oleh dua pematung Rusia kenamaan sebagai hadiah untuk Indonesia.Lalu lintas di sekitar Tugu Tani cukup padat

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Perlawanan

    Walau tidak menoleh ke belakang, aku tahu pandangan mata Reinhard masih terus mengawasi. Mobilnya baru meninggalkan halaman saat aku telah menghidupkan lampu kamar. Lelaki itu sempat berbicara dengan Pak Muji, mungkin berpesan ini dan itu. Belum ada satu menit ia meninggalkan rumah ini, kesunyian terasa melilit. Sekali lagi aku mengukur dalamnya rasa. Benarkah ini cinta? Kalau iya, apakah kami akan mampu melewati setiap aral yang akan tumbuh di sepanjang jalan? Ingin aku menolaknya, tapi kegigihan Reinhard membuat hati benar-benar hangat.Lelaki itu dengan semua kejutan-kejutannya setiap hari, membuatku seperti menaiki roller coaster. Seperti sore tadi saat ia tiba-tiba muncul. Tentu saja bukan hanya aku yang terbelalak, melainkan Kenzie juga. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa pun dari Reinhard. Namun, kehadiran Kenzie di ruko juga bukan kehendakku. Ia ternyata adalah pemilik lahan dan banyak bangunan di wilayah itu. Termasuk yang aku beli.

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Candu untuk Reinhard

    "Re, ka-kamu kenapa?""Aku lagi melamar kamu?"Rihana menggelengkan kepalanya lambat-lambat. "Nggak. Kamu pasti lagi bercanda, kan?""Buat apa bercanda, Ri? Asal kamu tahu, aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama. Di lampu merah yang panas siang hari, ada gadis manis yang lagi bawa kardus mi instan dan air mineral gelas banyak banget. Ingat?"Dahi gadis itu berkerut. Wajahnya terkena bias dari lampu taman yang tidak terlalu terang. Namun, itu justru menimbulkan siluet yang memikat. Jika tidak sedang berada di momen lamaran, ingin aku menyentuh pipinya yang merona."Bukannya kita ketemu pertama setelah pernikahan ....""Alden? Itu pertemuan kedua, Ri. Kita sempat bicara di lampu merah beberapa minggu sebelumnya. Aku menyuruhmu untuk hati-hati."Rihana menarik napas perlahan. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali. "Ya, sudah. Anggap aku ingat momen itu, lalu kamu jatuh cinta, tapi ...""Kenapa tapi? Ka

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Nikahi Aku

    Tanganku mengepal. "Pulang jam berapa?"Hening sejenak. Aku lihat Rihana menutup ponsel dengan telapak tangannya. Ia berbicara dengan lelaki yang wajahnya tidak terlalu jelas dari sini. "Aku belum tahu, Re. Kerjaan kami belum selesai.""Kamu ada proyek apa sama dia?"Dia yang kumaksud bukanlah Ines, melainkan lelaki yang memandang Rihana saat ini. "Hanya bisnis kecil-kecilan, Re.""Sekecil apa sampai menguras tabunganmu?"Hening lagi. Rihana sepertinya sedang berpikir. Lelaki di depannya bergeming. Karena tidak kunjung mendengar jawaban gadis itu, aku bicara lagi."Aku udah transfer lagi untuk bulan berikutnya. Cek aja.""Lho, tapi ini kan baru ...."Kalimatnya terputus karena aku telah menutup telepon. Kakiku bergegas melangkah ke arah pintu masuk toko yang tidak terkunci. Bangunan ini sangat besar, sesuai dengan harga jualnya seperti yang diinfokan Fery. Sangat tidak cocok untuk dijadikan b

  • Pura-pura Menikahi Tuan Presdir   Saat Re Cemburu

    Aku tidak bisa membohongi Pak Dede. Namun, bicara keadaan yang sebenarnya tidaklah mudah. "Nanti saya akan bicara lagi dengannya, Pak."Kalimat itu ternyata membuat Pak Dede tidak lagi bertanya. Setelah sepakat untuk bertemu esok hari, aku pamit dan meninggalkan masjid itu. Bukan ke rumah, melainkan apartemen Fery. Lelaki itu tidak terlalu terkejut saat aku muncul di depan unitnya. Ia mempersilakan aku masuk dan membuatkan jahe hangat yang ditambah madu. "Dari mana lu?""Masjid."Tangan Fery yang hendak mengangkat gelas untuk diikutkannya padaku seketika membeku. Ia menatapku dengan pandangan menyelidik. "Ngapain ke masjid?""Belajar.""Lu serius, Re?"Aku mengangguk. Fery kemudian melangkah mendekat. Dua cangkir berisi minuman jahe diletakkannya di meja. "Karena Rihana?""Bisa ya, bisa juga nggak.""Kalau karena Rihana, tolong hentikan."Aku menegakkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status