Kehamilan Serena memasuki bulan ke sembilan. Tentunya, Gifran sudah mengambil cuti untuk menjadi suami siaga. Semua pekerjaan sudah diambil alih oleh asistennya, Tayo. Sebab, dikehamilan pertama istrinya, ia ingin mendampinginya setiap saat. Bukankah, prediksi kehamilan kadang tidak sesuai dengan perhitungan dokter. Kadang maju, bisa jadi juga mundur. Untuk itu, Gifran tidak ingin jauh-jauh dari istrinya.
Seperti malam ini, setelah melakukan ritual mereka sebagai suami istri, Gifran terus mengelus perut istrinya yang semakin besar. merasakan ada gerakan dari si jabang bayi, Gifran merasa senang.
“Sayang, anak kita lagi bergerak. Dia memiliki insting yang kuat sehingga mengetahui mama papanya lagi romantis,” ujar Gifran senang. Senyuman yang tidak berhenti dari sudut bibirnya.
“Ia tahu keberadaan papanya di dekatnya makanya dia senang saat dielus,” ungkap Serena tersenyum.
Gifran pun mendekatkan wajahnya ke peurt sang istri. Sebagai
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua hari. Hari ini, Serena diperbolehkan pulang kembali ke rumah. Tentu saja ini membawa kabar berita gembira bagi dua pasang kakek dan nenek yang menantikan mereka.Pasalnya sejak semalam, Gifran tidak mengizinkan mama dan papanya, begitupun mama dan papa mertuanya untuk berkunjung ke rumah sakit lagi. Karena menurutnya, hal itu akan merepotkan.“Mama, dan Papa tunggu di rumah saja. Paling, besok pagi dokter memberikan izin pulang pada Serena dan bayi kami,” ujar Gifran berdiri di dekat jendela menerima telepon dari mamanya.“Ya, sudah kalau gitu. nanti besok kami tunggu saja di rumah kalau gitu,” sahut mama Lusi dengan mode ngambek di sofa ruang tengah rumahnya.Melihat istrinya mematikan telepon dengan jutek, Antoni membuka suara. “Apa yang dikatakan Gifran benar, Ma. Kalau kita ke sana hanya akan menambah kerepotan mereka. biarkanlah, mereka belajar telebih dahulu mengasuh
Kehadiran si kecil baby boy membuat kehidupan Serena dan Gifran berubah total. Kedua orang tua baru tersebut disibukkan mengurus anak mereka sendiri. karena tak ingin menggunakan jasa baby sitter keduanya sepakat bahu membahu merawat dan mengurus anak mereka.Seperti malam ini, saat Serena terlelap, baby boy bangun menangis di dalam boksnya. Tentu sebagai papa yang baru, Gifran siap siaga membantu sang istri menggantikan perannya. Karena melihat Serena terlelap usai memberi ASI pada buah hatinya. Ia tidak tega membangunkan sang istri yang baru saja tidur.Dengan gerakan perlahan, Gifran menggendong anaknya. mengecek popok yang sudah penuh dan menggantikan yang baru.“Pantas saja jagoan, Papa menangis, popoknya sudah penuh, ya, Nak.” Gifran meletakkan anaknya di kasur tempat ganti. Melakukan tugasnya sebagai seorang orang tua. menggantikan peran sang istri.Eaakkk… eaakkk… suara tangisan baby boy semakin kencang.“Ush
Setiap hari mengawali hari, Gifran selalu menyempatkan bermain bersama baby Danish anaknya. seperti hari ini, sejak subuh hari ia sudah bermain bersama Danish yang baru saja selesai ASI. Tingkah lucu baby Danish membuat Gifran seolah tak ingin lepas dari sang anak.Bahkan, andai boleh kata, ia ingin merawat anaknya saja dibandingkan berangkat bekerja. Kelakuan Gifran yang seperti ini terkadang membuat Serena harus turun tangan memperingati peran suaminya sebagai kepala rumah tangga, dan sebagai seorang ayah yang harus bertanggung jawab memberikan nafkah untuk keluarganya.“Kamu tenang saja, sayang. Aku di rumah saja, pundi-pundi rupiah tetap mengalir masuk ke rekening kamu dan baby Danish,” ujar Gifran enteng sambil memangku anaknya di tempat tidur.Mengambil baby Danish dari gendongan suaminya, Serena membawa bayi gembul tersebut ke dalam boks usai mandi. Aroma bedak baby dan minyak telon membuat indra penciuman siapapun akan betah menggendong baby
Pesta sudah dimulai satu jam yang lalu. Para tamu terdekat seperti keluarga sudah hadir semua. Suasana pesta malam ini terasa hangat bagi mereka yang baru bertemu karena kesibukan pekerjaan. Jarang-jarang mereka kedua keluarga besar berkumpul seperti ini jika, tidak ada pesta atau jamuan makan malam keluarga besar.Para tamu menikmati suasana jamuan yang disuguhkan keluarga Castanyo. Tapi, berbanding terbalik dengan suasana hati Serena yang sejak tadi menunggu kehadiran Lela, sahabatnya. Gifran pun berkali-kali menenangkan sang istri yang tampak resah sedari tadi.“Sayang, mungkin Lela saat ini tengah dalam perjalanan. Bisa saja ia terkena macet,” ujar Gifran menenangkan sang istri. Mengambil alih baby Danish yang terlihat nyenyak dalam tidurnya dari pelukan Serena.“Masa karena macet sampai sekarang belum sampai. Jarakdari toko ke rumah hanya 30 menit, Mas. Lah, ini Lela sudah telat hampir dua jam.” Keluh Serena yang merasa cemas dengan
“Lela. Apa yang terjadi? Kenapa kamu datang terlambat? Dan tunggu-tunggu. Sejenak Serena memperhatikan penampilan sahabatnya itu dari atas sampai bawah yang sedikit ada yang berubah.“Ini, kenapa kamu jadi seperti ini?” taya Serena heran memperhatikan penampilan sahabatnya itu.Sebagai seorang teman yang sudah mengenal Lela lebih dari 10 tahun, Serena hapal betul bagaimana tata cara berpenampilan sahabatnya itu. ia tidak bisa terima kalau Lela belum menjelaskan apapun kepadanya.“A-apa ada yang aneh yah?” tanya Lela sedikit kaku. Ia berpikir jika mengubah sedikit penampilannya yang tomboy, menjadi lebih kalem sedikit, Serena akan mendukungnya. Namun melihat reaksi Serena yang tidak memberikan kesan baik, Lela beranggapan kalau semua usaha yang dilakukannya seharian ini hanya sia-sia. Bahkan, ia dengan sengaja menonaktifkan ponselnya karena ingin memberikan kejutan yang baru buat sahabatnya, mumpung malam ini ada pesta di kedia
Acara jamuan khusus untuk mereka berempat masih berlanjut setelah Serena baru saja menengok baby Danish yang tertidur nyenyak. Ibu satu anak itu terlihat masih seperti gadis perawan yang sedang berkencan dengan sang gebetan.“Gimana, apa Danish lagi rewel, sayang?” tanya Gifran saat istrinya mendaratkan tubuhnya di salah satu kuris yang ada di depan panggung musikal yang masih menanmpilkan penampilan live.Serena menggeleng. “Dia nggak rewel sama sekali. Malah tidurnya tambah nyenyak,” ungkap Serena usai meneguk minuman yang ada di hadapannya.Mereka berempat serius masalah pekerjaan. Sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam, Lela meminta pamit untuk pulang.“Na, gue cabut dulu, yah. Udah kemalaman ini.” Lela sudah berdiri meraih tasnya.“La, sebaiknya kamu bermalam aja. Nanti besok pagi kamu diantar sopir kembali ke rumahmu,” tawar Serena. Ia kasihan pada sahabatnya jika harus pulang tengah malam.
Terpaksa, Lela mengikuti kemauan sahabatnya untuk ikut bersama dengan Tayo. Lagian jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sudah terlalu dirinya untuk memesan taksi online. Ia mengkhawatirkan keadaan, Tomi adiknya yang baru saja tiba tadi sore.Di perjalanan pulang, baik Tayo dan Lela tidak ada yang membuka obrolan. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Sampai di perempatan lampu merah, mobil yang dikendarai Tayo berhenti.“Kenapa berhenti?” tanya Lela, tanpa menoleh ke samping menatap wajah Tayo.“Lagi lampu merah,” jawab Tayo singkat.Jawaban, Tayo membuat Lela memalingkan muka ke samping kaca mobil. ia merutuki dirinya yang tidak fokus, sampai rambu lalu lintas ia tidak tahu.Mungkin karena, jalanan sepi dan hanya mobil Tayo saja yang berhenti di tempat tersebut, sehingga Lela berpikir mobil yang dikendarai Tayo tiba-tiba berhenti.Tayo kembali melajukan mobil. namun, tidak sampai lima menit, ia kembali
Sementara itu, di kediaman Castanyo, Serena duduk di pinggir ranjang usai mengganti pakaian. Sebelumnya, ia sudah melihat baby Danish yang tidur nyenyak di ranjang boxnya.“Gimana, apa Danish rewel, sayang?” tanya Gifran ikut mendaratkan tubuhnya di atas ranjang samping istrinya bersiap untuk beristirahat.Serena mengangguk. “Iya, Mas.”Masih dengan pakaian dinas tidurnya yang terbungkus kimono, Serena terlihat mematung. Menyadari hal tersebut, Gifran meraih jemari istrinya. Tindakan Gifran membuat Serena mengernyit melihat kelakuan sang suami.“Mas!” tegur Serena, saat tangan Gifran sudah berada pada ikatan kimono yang masih terikat.“Bentar, saja sayang. Aku kangen.” Gifran bergeser. Mulai memposisikan diri mengukung sang istri.“Aku capek, Mas.”“Kamu tenang aja. Aku nggak lama, kok.” Tanpa persetujuan sang istri, Gifran mulai melancarkan aksinya. Kedua insan t