Acara jamuan khusus untuk mereka berempat masih berlanjut setelah Serena baru saja menengok baby Danish yang tertidur nyenyak. Ibu satu anak itu terlihat masih seperti gadis perawan yang sedang berkencan dengan sang gebetan.
“Gimana, apa Danish lagi rewel, sayang?” tanya Gifran saat istrinya mendaratkan tubuhnya di salah satu kuris yang ada di depan panggung musikal yang masih menanmpilkan penampilan live.
Serena menggeleng. “Dia nggak rewel sama sekali. Malah tidurnya tambah nyenyak,” ungkap Serena usai meneguk minuman yang ada di hadapannya.
Mereka berempat serius masalah pekerjaan. Sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam, Lela meminta pamit untuk pulang.
“Na, gue cabut dulu, yah. Udah kemalaman ini.” Lela sudah berdiri meraih tasnya.
“La, sebaiknya kamu bermalam aja. Nanti besok pagi kamu diantar sopir kembali ke rumahmu,” tawar Serena. Ia kasihan pada sahabatnya jika harus pulang tengah malam.
Terpaksa, Lela mengikuti kemauan sahabatnya untuk ikut bersama dengan Tayo. Lagian jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sudah terlalu dirinya untuk memesan taksi online. Ia mengkhawatirkan keadaan, Tomi adiknya yang baru saja tiba tadi sore.Di perjalanan pulang, baik Tayo dan Lela tidak ada yang membuka obrolan. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Sampai di perempatan lampu merah, mobil yang dikendarai Tayo berhenti.“Kenapa berhenti?” tanya Lela, tanpa menoleh ke samping menatap wajah Tayo.“Lagi lampu merah,” jawab Tayo singkat.Jawaban, Tayo membuat Lela memalingkan muka ke samping kaca mobil. ia merutuki dirinya yang tidak fokus, sampai rambu lalu lintas ia tidak tahu.Mungkin karena, jalanan sepi dan hanya mobil Tayo saja yang berhenti di tempat tersebut, sehingga Lela berpikir mobil yang dikendarai Tayo tiba-tiba berhenti.Tayo kembali melajukan mobil. namun, tidak sampai lima menit, ia kembali
Sementara itu, di kediaman Castanyo, Serena duduk di pinggir ranjang usai mengganti pakaian. Sebelumnya, ia sudah melihat baby Danish yang tidur nyenyak di ranjang boxnya.“Gimana, apa Danish rewel, sayang?” tanya Gifran ikut mendaratkan tubuhnya di atas ranjang samping istrinya bersiap untuk beristirahat.Serena mengangguk. “Iya, Mas.”Masih dengan pakaian dinas tidurnya yang terbungkus kimono, Serena terlihat mematung. Menyadari hal tersebut, Gifran meraih jemari istrinya. Tindakan Gifran membuat Serena mengernyit melihat kelakuan sang suami.“Mas!” tegur Serena, saat tangan Gifran sudah berada pada ikatan kimono yang masih terikat.“Bentar, saja sayang. Aku kangen.” Gifran bergeser. Mulai memposisikan diri mengukung sang istri.“Aku capek, Mas.”“Kamu tenang aja. Aku nggak lama, kok.” Tanpa persetujuan sang istri, Gifran mulai melancarkan aksinya. Kedua insan t
Usai menyelesaikan sarapan, Serena mengantar sang suami ke depan. Di sana, Tayo sudah menunggu sudah hampir satu jam berdiri di samping mobil.“Selamat pagi, Tuan, Nyonya,” sapa Tayo seraya membuka pintu mobil untuk atasannya.“Pagi, Tayo. Maafkan suami aku, yah. Gara-gara dia kamu terpaksa harus menunggu. Padahal, seharusnya kamu sebaiknya nggak usah mampir ke sini. langsung saja ke kantor. Bukankah kalian akan rapat pagi ini! Ada sopir yang siap mengantar suamiku,” papar Serena.“Itu sudah menjadi tugas saya, Nona. Kalau begitu saya, permisi, ” Tayo lekas melangkahkan kakinya masuk ke kursi kemudi, usai memastikan tuannya sudah masuk ke dalam mobil.Sementara itu, Serena kembali masuk ke dalam rumah mencari keberadaan baby Danish yang sejak bangun tidur tidak ia lihat keberadaannya. untungnya, dia dibantu mama Lusi merawat baby Danish. Karena Serena sengaja tidak ingin memakai jasa baby sitter untuk mengasuh anaknya.
Lela merasa bersalah atas apa yang dialami pada adiknya. Sepanjang perjalanan menuju lokasi kampus selanjutnya tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka berdua.‘Padahal, aku berharap dapat informasi mengenai kampus B&G grup.’ Batin Tomi. Besar harapan Tomi mendapatkan informasi lanjutan mengenai jalur beasiswa di kampus swasta yang bergengsi tersebut.Kali ini mereka berdua memasuki area kampus kedua yang menjadi target Tomi. Sepanjang elewati beberapa koridor fakultas dengan berbagai visi dan misi, akhirnya pilihan Tomi jatuh pada jurursan manajemen bisnis.Mengambil selembar pamflet yang dibagikan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi BEM, Tomi membaca dengan seksama mengenai alur penerimaan mahasiswa baru.“Kamu yakin, mau daftar di sini, Dek?” tanya Lela memecah keheingan antara mereka berdua.Tomi menaikkan kedua bahu. “Kalau cocok dengan di sini, ngapain, cari kampus yang lain.&rdqu
Pendaftaran mahasiswa baru tahun ini sudah selesai. Tomi berharap ia lolos di terima di kampus impiannya. Walau harapannya kecil untuk diterima di kampus B&G, namun, Tomi berharap ia diterima di sana.Keluar dari ruangan ujian, Tomi langsung kembali ke rumah. Selama tinggal di ibu kota bersama kakaknya, Lela, diam-diam pemuda itu bekerja di salah satu percetakan yang tidak jauh dari rumah tempat mereka tinggal.Bagi Tomi, selama tinggal bersama kakaknya, ia tidak mau menjadi adik yang selalu bergantung pada kakaknya. Maka dari itu, Tomi melamar pekerjaan di salah satu tempat pekerjaan. Dan akhirnya ia diterima di sana.“Eh, Tom kamu sudah pulang?” tanya Adi pemilik jasa percetakan yang baru saja melihatnya turun dari motor.“Iya, Bang.” Tomi membuka helm dan jaketnya. Di simpan di atas motor.“Gimana tes kamu hari ini?” tanya Adi yang sudah sangat baik kepadanya selama kurang satu bulan ini. Selain terampil,
“Jadi apa yang akan kamu lakukan pada, Mas sekarang?” Gifran mendekat memeluk sang istri dari belakang. Saat ini Serena sedang menyusui baby Danish di atas ranjang.“Mas, nanti diomongin. Malu tahu sama anak!”Gifran terkekeh. Laki-laki mencium sang anak yang asik menyusui. Lalu beralih mengecup kening sang istri. Beranjak dari sana, Gifran memilih memberishkan diri di kamar mandi.Setelah menidurkan dan memberi ASI baby Danish, Serena kembali ke kamar menyusul suaminya. Hari ini Gifran sengaja pulang cepat karena kangen dengan anak dan istrinya. apalagi siang tadi Serena sengaja berkunjung ke kentor. Membuatnya makin kangen.“Tumben, Mas kamu pulang cepat?” Serena mendekati suaminya yang duduk berselonjor sambil fokus pada komputer layar sentuh di genggamannya, di salah satu sofa yang ada di sudut kamar tersebut.Gifran yang tengah fokus memeriksa hasil analisisi data dari mahasiswa yang diterima pihak kampus B&
Sudah tiga bulan Tomi menimba ilmu di kampus elit yang mencetak banyak pengusaha muda. Tidak sedikit dari mereka mengeluarkan rupiah demi menuntut ilmu di sini. Beda halnya dengan, Tomi ia termasuk mahasiswa yang cukup beruntung bisa menimba ilmu dengan jalur beasiswa. Beberapa dari teman-teman Tomi merasa kagum dengan pencapaian yang diraih oleh Tomi. Sebab, jarang ada mahasiswa yang bisa mendapatkan beasiswa dari B&G grup yang memiliki seleksi ketat dalam penerimaan mahasiswa baru jalur beasiswa. Hal itu, tidak berlaku bagi Tomi. Dengan bermodalkan nilai ijazah dan hasil tes ujian, ia berhak lulus mendapatkan beasiswa karena dinilai masuk kriteria mahasiswa yang cerdas dan berprestasi.Siang itu di sebuah taman yang ada di depan perpustakaan, Tomi duduk di sebuah bangku yang terbuat dari semen yang dibentuk sedemikian rupa. Bersama Tiara, keduanya tengah berdiskusi mengenai salah satu tugas mata kuliah yang menjadi perdebatan mereka sejak tadi.“Menurut aku
“Mas, bisa minta tolong ambilkan tisu basah, Danish yang ada di buffet!” Saat ini Serena mengganti popok baby Danish yang sudah penuh. Berhubung tisu basah yang sekarang sudah habis dan tidak mungkin meninggalkan Danish sendirian di atas ranjang tempat tidur karena usianya sudah memasuki sembilan bulan, Serena terpaksa meminta bantuan sang suami karena tidak ingin terjadi hal yang tidak diingankan.“Tunggu, sayang!” Gifran yang saat itu memakai dasi langsung mencari ke tempat yang dikatakan oleh sang istri tanpa menyelesaikan ikatan dasinya. Baginya, prioritas anaknya saat ini sangat penting.Gifran langsung menyerahkan kepada sang istri. “Sayang, ini,” ucapnya sambil mencium baby Danish yang sedang menggingit jempol tangannya.Serena mengambil tisu basah lalu membersihkan bumper ankanya. “Mas, ini sudah jam berapa kamu belum siap, loh. Terus, lagi-lagi Tayo kamu suruh menghandle kerjaan kamu!” Nasehat Serena.