Kehadiran si kecil baby boy membuat kehidupan Serena dan Gifran berubah total. Kedua orang tua baru tersebut disibukkan mengurus anak mereka sendiri. karena tak ingin menggunakan jasa baby sitter keduanya sepakat bahu membahu merawat dan mengurus anak mereka.
Seperti malam ini, saat Serena terlelap, baby boy bangun menangis di dalam boksnya. Tentu sebagai papa yang baru, Gifran siap siaga membantu sang istri menggantikan perannya. Karena melihat Serena terlelap usai memberi ASI pada buah hatinya. Ia tidak tega membangunkan sang istri yang baru saja tidur.
Dengan gerakan perlahan, Gifran menggendong anaknya. mengecek popok yang sudah penuh dan menggantikan yang baru.
“Pantas saja jagoan, Papa menangis, popoknya sudah penuh, ya, Nak.” Gifran meletakkan anaknya di kasur tempat ganti. Melakukan tugasnya sebagai seorang orang tua. menggantikan peran sang istri.
Eaakkk… eaakkk… suara tangisan baby boy semakin kencang.
“Ush
Setiap hari mengawali hari, Gifran selalu menyempatkan bermain bersama baby Danish anaknya. seperti hari ini, sejak subuh hari ia sudah bermain bersama Danish yang baru saja selesai ASI. Tingkah lucu baby Danish membuat Gifran seolah tak ingin lepas dari sang anak.Bahkan, andai boleh kata, ia ingin merawat anaknya saja dibandingkan berangkat bekerja. Kelakuan Gifran yang seperti ini terkadang membuat Serena harus turun tangan memperingati peran suaminya sebagai kepala rumah tangga, dan sebagai seorang ayah yang harus bertanggung jawab memberikan nafkah untuk keluarganya.“Kamu tenang saja, sayang. Aku di rumah saja, pundi-pundi rupiah tetap mengalir masuk ke rekening kamu dan baby Danish,” ujar Gifran enteng sambil memangku anaknya di tempat tidur.Mengambil baby Danish dari gendongan suaminya, Serena membawa bayi gembul tersebut ke dalam boks usai mandi. Aroma bedak baby dan minyak telon membuat indra penciuman siapapun akan betah menggendong baby
Pesta sudah dimulai satu jam yang lalu. Para tamu terdekat seperti keluarga sudah hadir semua. Suasana pesta malam ini terasa hangat bagi mereka yang baru bertemu karena kesibukan pekerjaan. Jarang-jarang mereka kedua keluarga besar berkumpul seperti ini jika, tidak ada pesta atau jamuan makan malam keluarga besar.Para tamu menikmati suasana jamuan yang disuguhkan keluarga Castanyo. Tapi, berbanding terbalik dengan suasana hati Serena yang sejak tadi menunggu kehadiran Lela, sahabatnya. Gifran pun berkali-kali menenangkan sang istri yang tampak resah sedari tadi.“Sayang, mungkin Lela saat ini tengah dalam perjalanan. Bisa saja ia terkena macet,” ujar Gifran menenangkan sang istri. Mengambil alih baby Danish yang terlihat nyenyak dalam tidurnya dari pelukan Serena.“Masa karena macet sampai sekarang belum sampai. Jarakdari toko ke rumah hanya 30 menit, Mas. Lah, ini Lela sudah telat hampir dua jam.” Keluh Serena yang merasa cemas dengan
“Lela. Apa yang terjadi? Kenapa kamu datang terlambat? Dan tunggu-tunggu. Sejenak Serena memperhatikan penampilan sahabatnya itu dari atas sampai bawah yang sedikit ada yang berubah.“Ini, kenapa kamu jadi seperti ini?” taya Serena heran memperhatikan penampilan sahabatnya itu.Sebagai seorang teman yang sudah mengenal Lela lebih dari 10 tahun, Serena hapal betul bagaimana tata cara berpenampilan sahabatnya itu. ia tidak bisa terima kalau Lela belum menjelaskan apapun kepadanya.“A-apa ada yang aneh yah?” tanya Lela sedikit kaku. Ia berpikir jika mengubah sedikit penampilannya yang tomboy, menjadi lebih kalem sedikit, Serena akan mendukungnya. Namun melihat reaksi Serena yang tidak memberikan kesan baik, Lela beranggapan kalau semua usaha yang dilakukannya seharian ini hanya sia-sia. Bahkan, ia dengan sengaja menonaktifkan ponselnya karena ingin memberikan kejutan yang baru buat sahabatnya, mumpung malam ini ada pesta di kedia
Acara jamuan khusus untuk mereka berempat masih berlanjut setelah Serena baru saja menengok baby Danish yang tertidur nyenyak. Ibu satu anak itu terlihat masih seperti gadis perawan yang sedang berkencan dengan sang gebetan.“Gimana, apa Danish lagi rewel, sayang?” tanya Gifran saat istrinya mendaratkan tubuhnya di salah satu kuris yang ada di depan panggung musikal yang masih menanmpilkan penampilan live.Serena menggeleng. “Dia nggak rewel sama sekali. Malah tidurnya tambah nyenyak,” ungkap Serena usai meneguk minuman yang ada di hadapannya.Mereka berempat serius masalah pekerjaan. Sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam, Lela meminta pamit untuk pulang.“Na, gue cabut dulu, yah. Udah kemalaman ini.” Lela sudah berdiri meraih tasnya.“La, sebaiknya kamu bermalam aja. Nanti besok pagi kamu diantar sopir kembali ke rumahmu,” tawar Serena. Ia kasihan pada sahabatnya jika harus pulang tengah malam.
Terpaksa, Lela mengikuti kemauan sahabatnya untuk ikut bersama dengan Tayo. Lagian jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sudah terlalu dirinya untuk memesan taksi online. Ia mengkhawatirkan keadaan, Tomi adiknya yang baru saja tiba tadi sore.Di perjalanan pulang, baik Tayo dan Lela tidak ada yang membuka obrolan. Keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Sampai di perempatan lampu merah, mobil yang dikendarai Tayo berhenti.“Kenapa berhenti?” tanya Lela, tanpa menoleh ke samping menatap wajah Tayo.“Lagi lampu merah,” jawab Tayo singkat.Jawaban, Tayo membuat Lela memalingkan muka ke samping kaca mobil. ia merutuki dirinya yang tidak fokus, sampai rambu lalu lintas ia tidak tahu.Mungkin karena, jalanan sepi dan hanya mobil Tayo saja yang berhenti di tempat tersebut, sehingga Lela berpikir mobil yang dikendarai Tayo tiba-tiba berhenti.Tayo kembali melajukan mobil. namun, tidak sampai lima menit, ia kembali
Sementara itu, di kediaman Castanyo, Serena duduk di pinggir ranjang usai mengganti pakaian. Sebelumnya, ia sudah melihat baby Danish yang tidur nyenyak di ranjang boxnya.“Gimana, apa Danish rewel, sayang?” tanya Gifran ikut mendaratkan tubuhnya di atas ranjang samping istrinya bersiap untuk beristirahat.Serena mengangguk. “Iya, Mas.”Masih dengan pakaian dinas tidurnya yang terbungkus kimono, Serena terlihat mematung. Menyadari hal tersebut, Gifran meraih jemari istrinya. Tindakan Gifran membuat Serena mengernyit melihat kelakuan sang suami.“Mas!” tegur Serena, saat tangan Gifran sudah berada pada ikatan kimono yang masih terikat.“Bentar, saja sayang. Aku kangen.” Gifran bergeser. Mulai memposisikan diri mengukung sang istri.“Aku capek, Mas.”“Kamu tenang aja. Aku nggak lama, kok.” Tanpa persetujuan sang istri, Gifran mulai melancarkan aksinya. Kedua insan t
Usai menyelesaikan sarapan, Serena mengantar sang suami ke depan. Di sana, Tayo sudah menunggu sudah hampir satu jam berdiri di samping mobil.“Selamat pagi, Tuan, Nyonya,” sapa Tayo seraya membuka pintu mobil untuk atasannya.“Pagi, Tayo. Maafkan suami aku, yah. Gara-gara dia kamu terpaksa harus menunggu. Padahal, seharusnya kamu sebaiknya nggak usah mampir ke sini. langsung saja ke kantor. Bukankah kalian akan rapat pagi ini! Ada sopir yang siap mengantar suamiku,” papar Serena.“Itu sudah menjadi tugas saya, Nona. Kalau begitu saya, permisi, ” Tayo lekas melangkahkan kakinya masuk ke kursi kemudi, usai memastikan tuannya sudah masuk ke dalam mobil.Sementara itu, Serena kembali masuk ke dalam rumah mencari keberadaan baby Danish yang sejak bangun tidur tidak ia lihat keberadaannya. untungnya, dia dibantu mama Lusi merawat baby Danish. Karena Serena sengaja tidak ingin memakai jasa baby sitter untuk mengasuh anaknya.
Lela merasa bersalah atas apa yang dialami pada adiknya. Sepanjang perjalanan menuju lokasi kampus selanjutnya tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka berdua.‘Padahal, aku berharap dapat informasi mengenai kampus B&G grup.’ Batin Tomi. Besar harapan Tomi mendapatkan informasi lanjutan mengenai jalur beasiswa di kampus swasta yang bergengsi tersebut.Kali ini mereka berdua memasuki area kampus kedua yang menjadi target Tomi. Sepanjang elewati beberapa koridor fakultas dengan berbagai visi dan misi, akhirnya pilihan Tomi jatuh pada jurursan manajemen bisnis.Mengambil selembar pamflet yang dibagikan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi BEM, Tomi membaca dengan seksama mengenai alur penerimaan mahasiswa baru.“Kamu yakin, mau daftar di sini, Dek?” tanya Lela memecah keheingan antara mereka berdua.Tomi menaikkan kedua bahu. “Kalau cocok dengan di sini, ngapain, cari kampus yang lain.&rdqu