Lela merasa bersalah atas apa yang dialami pada adiknya. Sepanjang perjalanan menuju lokasi kampus selanjutnya tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka berdua.
‘Padahal, aku berharap dapat informasi mengenai kampus B&G grup.’ Batin Tomi. Besar harapan Tomi mendapatkan informasi lanjutan mengenai jalur beasiswa di kampus swasta yang bergengsi tersebut.
Kali ini mereka berdua memasuki area kampus kedua yang menjadi target Tomi. Sepanjang elewati beberapa koridor fakultas dengan berbagai visi dan misi, akhirnya pilihan Tomi jatuh pada jurursan manajemen bisnis.
Mengambil selembar pamflet yang dibagikan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi BEM, Tomi membaca dengan seksama mengenai alur penerimaan mahasiswa baru.
“Kamu yakin, mau daftar di sini, Dek?” tanya Lela memecah keheingan antara mereka berdua.
Tomi menaikkan kedua bahu. “Kalau cocok dengan di sini, ngapain, cari kampus yang lain.&rdqu
Pendaftaran mahasiswa baru tahun ini sudah selesai. Tomi berharap ia lolos di terima di kampus impiannya. Walau harapannya kecil untuk diterima di kampus B&G, namun, Tomi berharap ia diterima di sana.Keluar dari ruangan ujian, Tomi langsung kembali ke rumah. Selama tinggal di ibu kota bersama kakaknya, Lela, diam-diam pemuda itu bekerja di salah satu percetakan yang tidak jauh dari rumah tempat mereka tinggal.Bagi Tomi, selama tinggal bersama kakaknya, ia tidak mau menjadi adik yang selalu bergantung pada kakaknya. Maka dari itu, Tomi melamar pekerjaan di salah satu tempat pekerjaan. Dan akhirnya ia diterima di sana.“Eh, Tom kamu sudah pulang?” tanya Adi pemilik jasa percetakan yang baru saja melihatnya turun dari motor.“Iya, Bang.” Tomi membuka helm dan jaketnya. Di simpan di atas motor.“Gimana tes kamu hari ini?” tanya Adi yang sudah sangat baik kepadanya selama kurang satu bulan ini. Selain terampil,
“Jadi apa yang akan kamu lakukan pada, Mas sekarang?” Gifran mendekat memeluk sang istri dari belakang. Saat ini Serena sedang menyusui baby Danish di atas ranjang.“Mas, nanti diomongin. Malu tahu sama anak!”Gifran terkekeh. Laki-laki mencium sang anak yang asik menyusui. Lalu beralih mengecup kening sang istri. Beranjak dari sana, Gifran memilih memberishkan diri di kamar mandi.Setelah menidurkan dan memberi ASI baby Danish, Serena kembali ke kamar menyusul suaminya. Hari ini Gifran sengaja pulang cepat karena kangen dengan anak dan istrinya. apalagi siang tadi Serena sengaja berkunjung ke kentor. Membuatnya makin kangen.“Tumben, Mas kamu pulang cepat?” Serena mendekati suaminya yang duduk berselonjor sambil fokus pada komputer layar sentuh di genggamannya, di salah satu sofa yang ada di sudut kamar tersebut.Gifran yang tengah fokus memeriksa hasil analisisi data dari mahasiswa yang diterima pihak kampus B&
Sudah tiga bulan Tomi menimba ilmu di kampus elit yang mencetak banyak pengusaha muda. Tidak sedikit dari mereka mengeluarkan rupiah demi menuntut ilmu di sini. Beda halnya dengan, Tomi ia termasuk mahasiswa yang cukup beruntung bisa menimba ilmu dengan jalur beasiswa. Beberapa dari teman-teman Tomi merasa kagum dengan pencapaian yang diraih oleh Tomi. Sebab, jarang ada mahasiswa yang bisa mendapatkan beasiswa dari B&G grup yang memiliki seleksi ketat dalam penerimaan mahasiswa baru jalur beasiswa. Hal itu, tidak berlaku bagi Tomi. Dengan bermodalkan nilai ijazah dan hasil tes ujian, ia berhak lulus mendapatkan beasiswa karena dinilai masuk kriteria mahasiswa yang cerdas dan berprestasi.Siang itu di sebuah taman yang ada di depan perpustakaan, Tomi duduk di sebuah bangku yang terbuat dari semen yang dibentuk sedemikian rupa. Bersama Tiara, keduanya tengah berdiskusi mengenai salah satu tugas mata kuliah yang menjadi perdebatan mereka sejak tadi.“Menurut aku
“Mas, bisa minta tolong ambilkan tisu basah, Danish yang ada di buffet!” Saat ini Serena mengganti popok baby Danish yang sudah penuh. Berhubung tisu basah yang sekarang sudah habis dan tidak mungkin meninggalkan Danish sendirian di atas ranjang tempat tidur karena usianya sudah memasuki sembilan bulan, Serena terpaksa meminta bantuan sang suami karena tidak ingin terjadi hal yang tidak diingankan.“Tunggu, sayang!” Gifran yang saat itu memakai dasi langsung mencari ke tempat yang dikatakan oleh sang istri tanpa menyelesaikan ikatan dasinya. Baginya, prioritas anaknya saat ini sangat penting.Gifran langsung menyerahkan kepada sang istri. “Sayang, ini,” ucapnya sambil mencium baby Danish yang sedang menggingit jempol tangannya.Serena mengambil tisu basah lalu membersihkan bumper ankanya. “Mas, ini sudah jam berapa kamu belum siap, loh. Terus, lagi-lagi Tayo kamu suruh menghandle kerjaan kamu!” Nasehat Serena.
Hari-hari Gifran menjalani peran sebagai ayah satu anak membuat hidupnya makin bertambah bahagia. Betapa tidak, semenjak kelahiran Danish, pimpinan grup B&G itu kini sudah membatasi waktu jam kerjanya di kantor. Gifran merasa kebahagiaan bersama keluarga adalah hal yang utama. Hanya melihat kebahagiaan istri dan anaknya tidak tergantikan oleh materi apapun. Oleh sebab itu, ia menggunakan waktu sebaik-baiknya meluangkan waktu bersama keluarga.“Tuan, sepertinya keberangkatan ke Jepang harus dimajukan besok!” Tayo masuk ke ruangan membawa berita tentang perusahaan yang akan menggaet B&G grup sebagai kerjasama antar kedua perusahaan.Menutup berkas yang ada di tangannya. Gifran beralih menatap Tayo yang baru saja berdiri di hadapan mejanya. “Kenapa tiba-tiba sekali mereka memajukan jadwal dari kesepakatan sebelumnya?” tanya Gifran sambil mengerutkan keningnya.“Iya, Tuan. Karena Mr. Yoko akan berangkat ke London untuk menghadir
Ditinggal selama tiga hari oleh sang suami tercinta, tidak membuat Serena bersedih hati karena batalnya dinner romantis yang mereka rencanakan. Sebagai seorang istri ia tahu betul dengan kesibukan sang suami dalam menjalankan perusahaan yang diwariskan kepadanya. Selama tiga hari tersebut, Serena terus bersama anak semata wayang mereka yang sudah mulai belajar berjalan. Ibu muda tersebut sangat antusias melihat perkembangan sang anak, pasalnya, Danish sudah mulai berjalan sejauh dua hingga tiga meter.Seperti saat ini suasana sore di samping taman. Serena menangkap Danish yang berjalan pelan menghampirinya. Dengan penuh kasih sayang, ibu satu anak itu tampak bahagia mendapatkan Danish yang sangat lucu dan menggemaskan.“Mama, liat kamu senang sekali. Ada apa?” tanya Mama Lusi yang baru saja mendaratkan tubuhnya di samping kursi taman yang ada di samping Serena.“Iya, Ma. Tadi itu, Danish sudah berjalan beberapa meter. Aku merekamnya, agar Mas D
Keesokan harinya, Rafael masih mengantar Tiara berangkat ke kampus. Hal itu membuat Tomi yang baru saja memarkirkan kendaraannya, melihat Tiara dan laki-laki yang menjemputnya kemarin baru saja menurunkan Tiara tak jauh dari tempat Tomi.“Ingat pesan, Kakak semalam. Jangan lupa ajak temanmu itu makan malam di rumah sebelum, Kakak kembali ke perusahaan!”“Iya, Kak. Nanti aku sampaikan. Ya, udah aku masuk dulu. keburu dosen killernya datang.” Ujar Tiara segera meraih tangan Kakaknya untuk disantuni. Sebelum beranjak dari tempat parkiran, Rafael menarik tangan adiknya membuat Tiara berbalik menatap sang kakak. Rafael, merapikan rambut adiknya yang kusutt karena helm yang dipakainya.“Ya sudah, masuk sana!” kata Rafael usai merapikan rambut sang adik.Dari kejauhan Tomi melihat semua apa yang dilakukan oleh laki-laki itu dengan sangat perhatian. “Apa, laki-laki tersebut adalah pacar Tiara,” gumam Tomi sembari be
Usai makan malam bersama dan berbincang-bincang bersama Tiara dan Rafael, akhirnya Tomi pun berpamitan.“Kak, aku antar, Tomi ke depan dulu, yah!” izin Tiara.Rafael yang akan beranjak ke kamar pun terhenti dan memberikan persetujuan dengan anggukan.Tiara dan Tomi sudah di depan pelataran rumah. “Semua perkataan, Kak Rafa tadi nggak usah kamu peduliin. Aku bisa jaga diri sendiri, kok.” Tiara merasa permintaan kakaknya terlalu berlebihan. Padahal selama beberapa bulan tinggal sendirian di kota besar, sejauh ini Tiara merasa aman-aman saja.Tomi menggeleng. “Aku tetap akan menjagamu seperti ucapan kak Rafa tadi. aku sudah berjanji padanya.”Sebagai seorang laki-laki tentu saja yang dipegang adalah kata-katanya. Bahkan, jika harus di suruh berbohong, Tomi tidak akan sanggup walau dibayar dengan apapun.“Aku tidak ingin merepotkanmu.” Ujar Tiara menatap Tomi.“Nggak sama sekali.&rdquo