“Mas, bisa minta tolong ambilkan tisu basah, Danish yang ada di buffet!” Saat ini Serena mengganti popok baby Danish yang sudah penuh. Berhubung tisu basah yang sekarang sudah habis dan tidak mungkin meninggalkan Danish sendirian di atas ranjang tempat tidur karena usianya sudah memasuki sembilan bulan, Serena terpaksa meminta bantuan sang suami karena tidak ingin terjadi hal yang tidak diingankan.
“Tunggu, sayang!” Gifran yang saat itu memakai dasi langsung mencari ke tempat yang dikatakan oleh sang istri tanpa menyelesaikan ikatan dasinya. Baginya, prioritas anaknya saat ini sangat penting.
Gifran langsung menyerahkan kepada sang istri. “Sayang, ini,” ucapnya sambil mencium baby Danish yang sedang menggingit jempol tangannya.
Serena mengambil tisu basah lalu membersihkan bumper ankanya. “Mas, ini sudah jam berapa kamu belum siap, loh. Terus, lagi-lagi Tayo kamu suruh menghandle kerjaan kamu!” Nasehat Serena.
Hari-hari Gifran menjalani peran sebagai ayah satu anak membuat hidupnya makin bertambah bahagia. Betapa tidak, semenjak kelahiran Danish, pimpinan grup B&G itu kini sudah membatasi waktu jam kerjanya di kantor. Gifran merasa kebahagiaan bersama keluarga adalah hal yang utama. Hanya melihat kebahagiaan istri dan anaknya tidak tergantikan oleh materi apapun. Oleh sebab itu, ia menggunakan waktu sebaik-baiknya meluangkan waktu bersama keluarga.“Tuan, sepertinya keberangkatan ke Jepang harus dimajukan besok!” Tayo masuk ke ruangan membawa berita tentang perusahaan yang akan menggaet B&G grup sebagai kerjasama antar kedua perusahaan.Menutup berkas yang ada di tangannya. Gifran beralih menatap Tayo yang baru saja berdiri di hadapan mejanya. “Kenapa tiba-tiba sekali mereka memajukan jadwal dari kesepakatan sebelumnya?” tanya Gifran sambil mengerutkan keningnya.“Iya, Tuan. Karena Mr. Yoko akan berangkat ke London untuk menghadir
Ditinggal selama tiga hari oleh sang suami tercinta, tidak membuat Serena bersedih hati karena batalnya dinner romantis yang mereka rencanakan. Sebagai seorang istri ia tahu betul dengan kesibukan sang suami dalam menjalankan perusahaan yang diwariskan kepadanya. Selama tiga hari tersebut, Serena terus bersama anak semata wayang mereka yang sudah mulai belajar berjalan. Ibu muda tersebut sangat antusias melihat perkembangan sang anak, pasalnya, Danish sudah mulai berjalan sejauh dua hingga tiga meter.Seperti saat ini suasana sore di samping taman. Serena menangkap Danish yang berjalan pelan menghampirinya. Dengan penuh kasih sayang, ibu satu anak itu tampak bahagia mendapatkan Danish yang sangat lucu dan menggemaskan.“Mama, liat kamu senang sekali. Ada apa?” tanya Mama Lusi yang baru saja mendaratkan tubuhnya di samping kursi taman yang ada di samping Serena.“Iya, Ma. Tadi itu, Danish sudah berjalan beberapa meter. Aku merekamnya, agar Mas D
Keesokan harinya, Rafael masih mengantar Tiara berangkat ke kampus. Hal itu membuat Tomi yang baru saja memarkirkan kendaraannya, melihat Tiara dan laki-laki yang menjemputnya kemarin baru saja menurunkan Tiara tak jauh dari tempat Tomi.“Ingat pesan, Kakak semalam. Jangan lupa ajak temanmu itu makan malam di rumah sebelum, Kakak kembali ke perusahaan!”“Iya, Kak. Nanti aku sampaikan. Ya, udah aku masuk dulu. keburu dosen killernya datang.” Ujar Tiara segera meraih tangan Kakaknya untuk disantuni. Sebelum beranjak dari tempat parkiran, Rafael menarik tangan adiknya membuat Tiara berbalik menatap sang kakak. Rafael, merapikan rambut adiknya yang kusutt karena helm yang dipakainya.“Ya sudah, masuk sana!” kata Rafael usai merapikan rambut sang adik.Dari kejauhan Tomi melihat semua apa yang dilakukan oleh laki-laki itu dengan sangat perhatian. “Apa, laki-laki tersebut adalah pacar Tiara,” gumam Tomi sembari be
Usai makan malam bersama dan berbincang-bincang bersama Tiara dan Rafael, akhirnya Tomi pun berpamitan.“Kak, aku antar, Tomi ke depan dulu, yah!” izin Tiara.Rafael yang akan beranjak ke kamar pun terhenti dan memberikan persetujuan dengan anggukan.Tiara dan Tomi sudah di depan pelataran rumah. “Semua perkataan, Kak Rafa tadi nggak usah kamu peduliin. Aku bisa jaga diri sendiri, kok.” Tiara merasa permintaan kakaknya terlalu berlebihan. Padahal selama beberapa bulan tinggal sendirian di kota besar, sejauh ini Tiara merasa aman-aman saja.Tomi menggeleng. “Aku tetap akan menjagamu seperti ucapan kak Rafa tadi. aku sudah berjanji padanya.”Sebagai seorang laki-laki tentu saja yang dipegang adalah kata-katanya. Bahkan, jika harus di suruh berbohong, Tomi tidak akan sanggup walau dibayar dengan apapun.“Aku tidak ingin merepotkanmu.” Ujar Tiara menatap Tomi.“Nggak sama sekali.&rdquo
Sepulang dari toko kue, Tita berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus. Sejak kedatangannya di ibu kota atas rekomendasi dari Serena, Tita yang merupakan anak dari saudara papa Raja, memilih menetap sendiri. gadis itu tidak ingin menjadi beban untuk tante dan omnya yang notabene adalah Raja dan Ratu.Walau sudah berulang kali Serena membujuk Tita agar tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, namun, gadis berusia 21 tahun tersebut tidak ingin merepotkan tante dan omnya. Ia memilih hidup sendiri dengan tujuan agar bisa menjadi mandiri di ibu kota.Setelah 10 menit menunggu di halte bus, bus yang biasa ia naiki sepertinya sudah lewat dari jadwal yang biasanya. Ini karena kejadian tadi di toko saat dirinya ditabrak oleh seseorang membuat Tita menjadi ketinggalan bus terakhir yang mengantarkan menuju kosannya.“Sial. ini pasti gara-gara insiden tadi. coba kalau nggak ada kejadian tadi, mungkin aku tidak ketinggalan bus!” gerutu Tita di sela-sela ia be
Menjelang subuh, suhu tubuh Tita sudah mulai menurun. Sejak semalam, Lela mengompres dahi Tita agar suhu tubuh gadis tersebut turun. Ia tidak tahu harus cerita apa nantinya kepada Serena. Yang jelas, sang sahabat pasti sangat cemas memikirkan saudaranya.Tomi yang baru saja kembali dari olahraga subuh masuk ke dalam rumah. ia mendapati kakanya, Lela sedang menyiapakan bubur untuk mereka bertiga.“Gimana kondisi teman, Kakak?” tanya Tomi duduk usai meneguk air putih yang dituangkan ke dalam gelas.Sambil mengaduk dengan spatula, Lela memasukkan potongan daging ayam yang sudah disuir-suir ditambah bumbu penyedap untuk melengkapi cita rasa. “Masih tidur. demamnya sudah turun. Untung kamu menemukan dan membawanya pulang ke mari. kalau tidak, kakak tidak tahu apa yang terjadi padanya.” jelas Lela. kemudian mematikan kompor dan mengambil mangkuk untuk menyajikan bubur ayam yang sudah matang.“Kamu, sarapan duluan saja. Kakak, akan
Setelah menyelesaikan pertemuan yang ada di Jepang, Gifran kembali ke tanah air. kali ini ia kembali tanpa mengabari sang istri. Gifran sengaja tidak memberitahukan kepulangannya kepada sang istri karena ia sudah membuat kejutan untuk sang istri tercinta. Dengan bantuan, Tayo Gifran memesan salah satu rooftop yang ada di salah satu hotel mewah yang ada di ibu kota.“Ingat, kamu harus merahasiakan ini dari istri, saya. pahamkan!” titah Gifransaat keduanya sudah keluar dari bandara.Tayo yang sedang menyetri mobil pun langsung mengangguk menanggapi perintah atasannya. “Iya, Tuan.” jawabnya kemudian.Dengan raut wajah yang tak berhenti tersenyum, sepanjang jalan menuju lokasi yang sudah di booking, Gifran menampakkan gigi putihnya yang berjejer rapi. Sementara Tayo yang duduk di depan menggelengkan kepala melihat tingkah laku atasannya itu.Sebab, selama berada di Jepang, Gifran sudah merencanakan dinner romantis yang selalu tertunda karena gara-gara pekerjaan. Ia tidak ingin membuat san
Sepasang suami istri itu tengah menikmati jamuan makan malam romantis yang sudah disediakan pihak hotel. Gifran sengaja memesan makanan yang mahal dan kualitas terbaik yang menjadi menu andalan hotel ini. rasa cinta dan kasih sayang Gifran tidak sebanding dengan harga makanan yang ada di hadapannya.Selama menjadi suami Serena, Gifran merasa memiliki banyak kekurangan. Laki-laki satu anak itu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk istri dan anaknya. Walau dengan berbagai kesibukan kantor yang membuatnya jarang pulang bahkan harus lembur berkali-kali untuk menangani suatu proyek, Gifran selalu menyempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada keluarga kecilnya. Baginya, kebahagiaan tidak diukur dari seberapa hebat ia memimpin perusahaan. Tetapi, sejatinya kebahagiaan itu bersumber dari senyuman keluarga kecil yang ia miliki. Hanya dengan melihat istri dan anaknya tersenyum, hati Gifran menjadi bahagia.Tangan Gifran dengan cekatan memotong kecil-kecil steak yang ada di hadap