Sepasang suami istri itu tengah menikmati jamuan makan malam romantis yang sudah disediakan pihak hotel. Gifran sengaja memesan makanan yang mahal dan kualitas terbaik yang menjadi menu andalan hotel ini. rasa cinta dan kasih sayang Gifran tidak sebanding dengan harga makanan yang ada di hadapannya.Selama menjadi suami Serena, Gifran merasa memiliki banyak kekurangan. Laki-laki satu anak itu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk istri dan anaknya. Walau dengan berbagai kesibukan kantor yang membuatnya jarang pulang bahkan harus lembur berkali-kali untuk menangani suatu proyek, Gifran selalu menyempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada keluarga kecilnya. Baginya, kebahagiaan tidak diukur dari seberapa hebat ia memimpin perusahaan. Tetapi, sejatinya kebahagiaan itu bersumber dari senyuman keluarga kecil yang ia miliki. Hanya dengan melihat istri dan anaknya tersenyum, hati Gifran menjadi bahagia.Tangan Gifran dengan cekatan memotong kecil-kecil steak yang ada di hadap
Setelah menghabiskan malam romantis di hotel, sepasang suami istri itu memutuskan kembali ke rumah. Serena dan Gifran sudah tidak sabar ingin bertemu dengan anak semata wayang mereka.“Sayang, di bawah sudah ada, Tayo menunggu.” Gifran berkata sembari menghabiskan kopi yang ada di dalam cangkir. Usai sarapan, Gifran dan Serena memutuskan kembali ke rumah.Perjalanan ditempuh memakan waktu 45 menit menuju ke rumah. selama di perjalanan, sedetik pun Gifran tidak melepaskan pegangan tangannya pada sang istri. Begitu besar rasa rindu yang tercipta kala berjauhan dengan keluarganya apalagi dengan sang istri.Mobil sudha memasuki pelataran rumah. Gifran dan Serena mengayungkan langkah kaki memasuki kediaman Antoni. Di saat yang bersamaan di ruang tamu, Danish sang anak sedang bermain bersama dengan oma dan opanya.“Kalian sudah pulang?” mama kira bakalan ada bulan madu kedua untuk menyicil calon adiknya Danish,” kata mama Lusi menyambut kedatangan anak dan menantunya.Serena mengerutkan k
Sebelum preman tersebut sadar, Tomi segera membawa Tiara keluar dari gubuk tersebut. dengan membopong tubuh Tiara, Tomi menelusuri hutan-hutan di bawah cahaya rembulan malam. mengingat hari sudah malam dan tidak ada penerangan sama sekali, Tomi membawa tubuh sahabatnya itu ke motornya yang lumayan jauh terparkir dari area gubuk.“Tiara, tolong sadarlah!” Tomi cemas dengan kondisi Tiara yang belum juga sadar sejak ia menemukannya.Preman yang menculik Tiara sengaja memberikan obat bius dosis tinggi agar Tiara lama sadar. Namun, belum beberapa jam sejak Tiara ditemukan, gadis itu masih dalam kondisi tidak sadarkan diri.Sampai di motornya, Tomi berpikir bagaimana membawa Tiara pulang dengan kondisi seperti ini. tidak mungkin ia menggendongnya sendiri. bagaimana motor bisa dijalankan jika Tiara belum juga sadar. Tomi khawatir, jika preman tersebut sadar dan mengetahui keberadaan mereka.Mengingat malam semakin larut, Tomi membuka kemejanya dan mengikat tubuh Tiara dibelakang punggungnya.
Sementara itu di kediaman Serena, setelah mendapatkan informasi dari Lela sahabatnya tadi saat waktu menceritakan perihal dirinya izin, Serena merasa simpati atas apa yang menimpa teman adik sahabatnya. Di dalam kamar, ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Di sana ia duduk sembari memikirkan nasib Tomi adiknya Lela.Walau secara tidak langsung mengusik Lela, namun Serena tetap saja khawatir saat mengetahui masih ada kemungkinan penjahat tersebut mengincar Tiara.“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus ngomong masalah ini sama, Mas Gifran.” Kata Serena. Ibu satu anak itupun segera beranjak dari sana menuju ruang kerja sang suami yang berada di bawah.Sampai di depan pintu ruang kerja sang suami, perlahan Serena mengetuk pintu. Gifran yang hari itu pulang cepat sengaja melanjutkan perkerjaannya di kediaman ruang kerjanya. melihat sang istri masuk, Gifran segera beranjak dari kursi menuju sofa yang ada di depan mejanya.“Sayang, tumben kamu ke mari?” tanya Gifran menyambut kedatangan sang istri
Serena berharap kerjasama antara suaminya dengan Rafael bisa berjalan lancar sehingga terjalin keakraban yang bagus untuk kedua perusahaan. Bukan hanya untuk menjadikan perusahaan Rafael aman dari beberapa orang yang ingin berbuat jahat terhadapanya. Melainkan sebagai tameng agar beberapa pihak yang selama ini iri dengan pencapaian Rafael bisa berpikir lebih dulu untuk menyerangnya.“Mas, sudah penuhi permintaan kamu, sayang. Jadi, sekarang kamu harus penuhi juga permintaan aku.” Kata Gifran saat masuk kamar mendapati sang istri tengah menggantikan baju sang anak.Ucapan sang suami membuat kening Serena berkerut. Jadi suaminya itu meminta imbalan. “Kamu ngomong apa, Mas? berarti kamu nggak ikhlas terima tawaran kerja sama itu kalau tidak ada imbalan dari aku? Imbalan apa yang kamu maksud, Mas? jangan buat aku bingung deh!” cecar Serena dengan sejumlah pertanyaan.Ibu muda satu anak itu tidak peduli dengan kehadiran sang suami yang sepertinya sedang memberi kode agar melanjutkan rencan
Meskipun Serena mengatakan suaminya berubah menjadi omes. Namun, hal itu tidak menjadi maslaah bagi Gifran. Sebagai suami ia tidak ingin terlalu pusing dengan pemikiran istrinya yang menganggapnya berubah. Yang penting bagi dirinya ia bisa memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh bagi keluarganya.Seperti biasa, setelah melakukan aktivitas bertukar keringat malam ini, Gifran yang masih segar itu memakai kembali pakaiannya dan mengambil air putih yang ada di atas nakas. Membasahi kerongkongannya yang kering setelah berpetualang menuju surga dunia.Sejenak, ia menoleh ke arah sang istri. Ia tersenyum melihat sang istri terlelap di balik selimut. Ia pun menyingkirkan surai hitam yang menutupi wajah cantik Serena. Lalu dikecupnya dengan penuh kasih sayang. “Selamat tidur sayang. Semoga malaikat kecil hadir dalam perutmu dan memberikan adik bagi Danish.” Tangan Gifran berpindah turun meraba perut rata sang istri. Ia pun kembali masuk bergabung ke dalam selimut berbaring mengistirah
Usai sesi peresmian outlet yang ada di salah satu mall, Serena tinggal beberapa saat melayani pembeli yang datang sejak tadi. Mereka tidak ingin melewatkan kesempatan yang langka ini bertemu dengan Serena, Gifran dan seluruh keluarga B&G.“Aku mau cake tiramisu.” Ucap salah satu pembeli. “Baik, nona. ditunggu yah!” Dengan cekatan Serena mengambil cake tersebut.Booth yang baru mereka buka hari ini, pengunjungnya sangat ramai. Serena senang bukan main. Ia tidak mengira akan seramai ini pada pembukaan cabang ini.“Nggak nyangka, ternyata masayarakat sangat antusias hari ini.” Serena duduk di salah satu kursi tunggu. Hari ini tokonya tutup lebih awal karena stok mereka sudah habis. Dan akan dilanjutkan kembali besok hari.Duduk berhadapan Lela, Serena mendudukkan Danish ke pangkuan sahabatnya. Sepertinya Danish tahu jika Lela adalah sahabatnya. Buktinya, bayi itu sangat tenang berada di dekat orang lain selain keluarganya.“Sepertinya, Danish sangat suka bersamamu. Buktinya, kali ini ia
melihat sang istri resah, Gifran mendekati Serena yang tengah duduk melamun di sofa dalam kamar usai menidurkan Danish.“Apa yang menjadi beban pikiranmu sayang. Akhir-akhir ini, Mas perhatikan kamu sering melamun. Apa yang kamu sembunyikan dari, Mas?” tanya Gifran duduk di samping sang istri. Meraih tangan sang istri kemudian dielus. Gifran yang baru saja dari ruang kerja mendapati sang istri duduk mengkhayal.Serena menggeleng. “Nggak ada kok, Mas.” Serena mengalihkan tatapannya ke depan. Tidak ingin membuat suaminya khawatir dan ikut memikirkannya. Cukup dia saja yang seperti itu.“Kamu nggak bisa berbohong sama aku. Aku tahu, saat ini kamu tengah menyembunyikan sesuatu. Ayo, katakan. Apa yang menjadi beban pikiranmu. Siapa tahu, Mas bisa bantu.” Kata Gifran sambil mengusap bahu sang istri.Ayah satu anak itu sangat peka jika istrinya lagi sedang ada masalah. Bagi, Gifran apapun permasalahn yang dialami sang istri itu akan menjadi masalahnya juga.“Gini, mas aku itu kepikiran sama