Keesokan harinya, Rafael masih mengantar Tiara berangkat ke kampus. Hal itu membuat Tomi yang baru saja memarkirkan kendaraannya, melihat Tiara dan laki-laki yang menjemputnya kemarin baru saja menurunkan Tiara tak jauh dari tempat Tomi.
“Ingat pesan, Kakak semalam. Jangan lupa ajak temanmu itu makan malam di rumah sebelum, Kakak kembali ke perusahaan!”
“Iya, Kak. Nanti aku sampaikan. Ya, udah aku masuk dulu. keburu dosen killernya datang.” Ujar Tiara segera meraih tangan Kakaknya untuk disantuni. Sebelum beranjak dari tempat parkiran, Rafael menarik tangan adiknya membuat Tiara berbalik menatap sang kakak. Rafael, merapikan rambut adiknya yang kusutt karena helm yang dipakainya.
“Ya sudah, masuk sana!” kata Rafael usai merapikan rambut sang adik.
Dari kejauhan Tomi melihat semua apa yang dilakukan oleh laki-laki itu dengan sangat perhatian. “Apa, laki-laki tersebut adalah pacar Tiara,” gumam Tomi sembari be
Usai makan malam bersama dan berbincang-bincang bersama Tiara dan Rafael, akhirnya Tomi pun berpamitan.“Kak, aku antar, Tomi ke depan dulu, yah!” izin Tiara.Rafael yang akan beranjak ke kamar pun terhenti dan memberikan persetujuan dengan anggukan.Tiara dan Tomi sudah di depan pelataran rumah. “Semua perkataan, Kak Rafa tadi nggak usah kamu peduliin. Aku bisa jaga diri sendiri, kok.” Tiara merasa permintaan kakaknya terlalu berlebihan. Padahal selama beberapa bulan tinggal sendirian di kota besar, sejauh ini Tiara merasa aman-aman saja.Tomi menggeleng. “Aku tetap akan menjagamu seperti ucapan kak Rafa tadi. aku sudah berjanji padanya.”Sebagai seorang laki-laki tentu saja yang dipegang adalah kata-katanya. Bahkan, jika harus di suruh berbohong, Tomi tidak akan sanggup walau dibayar dengan apapun.“Aku tidak ingin merepotkanmu.” Ujar Tiara menatap Tomi.“Nggak sama sekali.&rdquo
Sepulang dari toko kue, Tita berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus. Sejak kedatangannya di ibu kota atas rekomendasi dari Serena, Tita yang merupakan anak dari saudara papa Raja, memilih menetap sendiri. gadis itu tidak ingin menjadi beban untuk tante dan omnya yang notabene adalah Raja dan Ratu.Walau sudah berulang kali Serena membujuk Tita agar tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, namun, gadis berusia 21 tahun tersebut tidak ingin merepotkan tante dan omnya. Ia memilih hidup sendiri dengan tujuan agar bisa menjadi mandiri di ibu kota.Setelah 10 menit menunggu di halte bus, bus yang biasa ia naiki sepertinya sudah lewat dari jadwal yang biasanya. Ini karena kejadian tadi di toko saat dirinya ditabrak oleh seseorang membuat Tita menjadi ketinggalan bus terakhir yang mengantarkan menuju kosannya.“Sial. ini pasti gara-gara insiden tadi. coba kalau nggak ada kejadian tadi, mungkin aku tidak ketinggalan bus!” gerutu Tita di sela-sela ia be
Menjelang subuh, suhu tubuh Tita sudah mulai menurun. Sejak semalam, Lela mengompres dahi Tita agar suhu tubuh gadis tersebut turun. Ia tidak tahu harus cerita apa nantinya kepada Serena. Yang jelas, sang sahabat pasti sangat cemas memikirkan saudaranya.Tomi yang baru saja kembali dari olahraga subuh masuk ke dalam rumah. ia mendapati kakanya, Lela sedang menyiapakan bubur untuk mereka bertiga.“Gimana kondisi teman, Kakak?” tanya Tomi duduk usai meneguk air putih yang dituangkan ke dalam gelas.Sambil mengaduk dengan spatula, Lela memasukkan potongan daging ayam yang sudah disuir-suir ditambah bumbu penyedap untuk melengkapi cita rasa. “Masih tidur. demamnya sudah turun. Untung kamu menemukan dan membawanya pulang ke mari. kalau tidak, kakak tidak tahu apa yang terjadi padanya.” jelas Lela. kemudian mematikan kompor dan mengambil mangkuk untuk menyajikan bubur ayam yang sudah matang.“Kamu, sarapan duluan saja. Kakak, akan
Setelah menyelesaikan pertemuan yang ada di Jepang, Gifran kembali ke tanah air. kali ini ia kembali tanpa mengabari sang istri. Gifran sengaja tidak memberitahukan kepulangannya kepada sang istri karena ia sudah membuat kejutan untuk sang istri tercinta. Dengan bantuan, Tayo Gifran memesan salah satu rooftop yang ada di salah satu hotel mewah yang ada di ibu kota.“Ingat, kamu harus merahasiakan ini dari istri, saya. pahamkan!” titah Gifransaat keduanya sudah keluar dari bandara.Tayo yang sedang menyetri mobil pun langsung mengangguk menanggapi perintah atasannya. “Iya, Tuan.” jawabnya kemudian.Dengan raut wajah yang tak berhenti tersenyum, sepanjang jalan menuju lokasi yang sudah di booking, Gifran menampakkan gigi putihnya yang berjejer rapi. Sementara Tayo yang duduk di depan menggelengkan kepala melihat tingkah laku atasannya itu.Sebab, selama berada di Jepang, Gifran sudah merencanakan dinner romantis yang selalu tertunda karena gara-gara pekerjaan. Ia tidak ingin membuat san
Sepasang suami istri itu tengah menikmati jamuan makan malam romantis yang sudah disediakan pihak hotel. Gifran sengaja memesan makanan yang mahal dan kualitas terbaik yang menjadi menu andalan hotel ini. rasa cinta dan kasih sayang Gifran tidak sebanding dengan harga makanan yang ada di hadapannya.Selama menjadi suami Serena, Gifran merasa memiliki banyak kekurangan. Laki-laki satu anak itu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk istri dan anaknya. Walau dengan berbagai kesibukan kantor yang membuatnya jarang pulang bahkan harus lembur berkali-kali untuk menangani suatu proyek, Gifran selalu menyempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada keluarga kecilnya. Baginya, kebahagiaan tidak diukur dari seberapa hebat ia memimpin perusahaan. Tetapi, sejatinya kebahagiaan itu bersumber dari senyuman keluarga kecil yang ia miliki. Hanya dengan melihat istri dan anaknya tersenyum, hati Gifran menjadi bahagia.Tangan Gifran dengan cekatan memotong kecil-kecil steak yang ada di hadap
Setelah menghabiskan malam romantis di hotel, sepasang suami istri itu memutuskan kembali ke rumah. Serena dan Gifran sudah tidak sabar ingin bertemu dengan anak semata wayang mereka.“Sayang, di bawah sudah ada, Tayo menunggu.” Gifran berkata sembari menghabiskan kopi yang ada di dalam cangkir. Usai sarapan, Gifran dan Serena memutuskan kembali ke rumah.Perjalanan ditempuh memakan waktu 45 menit menuju ke rumah. selama di perjalanan, sedetik pun Gifran tidak melepaskan pegangan tangannya pada sang istri. Begitu besar rasa rindu yang tercipta kala berjauhan dengan keluarganya apalagi dengan sang istri.Mobil sudha memasuki pelataran rumah. Gifran dan Serena mengayungkan langkah kaki memasuki kediaman Antoni. Di saat yang bersamaan di ruang tamu, Danish sang anak sedang bermain bersama dengan oma dan opanya.“Kalian sudah pulang?” mama kira bakalan ada bulan madu kedua untuk menyicil calon adiknya Danish,” kata mama Lusi menyambut kedatangan anak dan menantunya.Serena mengerutkan k
Sebelum preman tersebut sadar, Tomi segera membawa Tiara keluar dari gubuk tersebut. dengan membopong tubuh Tiara, Tomi menelusuri hutan-hutan di bawah cahaya rembulan malam. mengingat hari sudah malam dan tidak ada penerangan sama sekali, Tomi membawa tubuh sahabatnya itu ke motornya yang lumayan jauh terparkir dari area gubuk.“Tiara, tolong sadarlah!” Tomi cemas dengan kondisi Tiara yang belum juga sadar sejak ia menemukannya.Preman yang menculik Tiara sengaja memberikan obat bius dosis tinggi agar Tiara lama sadar. Namun, belum beberapa jam sejak Tiara ditemukan, gadis itu masih dalam kondisi tidak sadarkan diri.Sampai di motornya, Tomi berpikir bagaimana membawa Tiara pulang dengan kondisi seperti ini. tidak mungkin ia menggendongnya sendiri. bagaimana motor bisa dijalankan jika Tiara belum juga sadar. Tomi khawatir, jika preman tersebut sadar dan mengetahui keberadaan mereka.Mengingat malam semakin larut, Tomi membuka kemejanya dan mengikat tubuh Tiara dibelakang punggungnya.
Sementara itu di kediaman Serena, setelah mendapatkan informasi dari Lela sahabatnya tadi saat waktu menceritakan perihal dirinya izin, Serena merasa simpati atas apa yang menimpa teman adik sahabatnya. Di dalam kamar, ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Di sana ia duduk sembari memikirkan nasib Tomi adiknya Lela.Walau secara tidak langsung mengusik Lela, namun Serena tetap saja khawatir saat mengetahui masih ada kemungkinan penjahat tersebut mengincar Tiara.“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus ngomong masalah ini sama, Mas Gifran.” Kata Serena. Ibu satu anak itupun segera beranjak dari sana menuju ruang kerja sang suami yang berada di bawah.Sampai di depan pintu ruang kerja sang suami, perlahan Serena mengetuk pintu. Gifran yang hari itu pulang cepat sengaja melanjutkan perkerjaannya di kediaman ruang kerjanya. melihat sang istri masuk, Gifran segera beranjak dari kursi menuju sofa yang ada di depan mejanya.“Sayang, tumben kamu ke mari?” tanya Gifran menyambut kedatangan sang istri