"Kamu keterlaluan, Fatih! Cepat minta maaf sama ibu!" titah Sarah pada adiknya."Untuk apa Fatih minta maaf? Bukannya yang salah itu Ibu? Kenapa Fatih yang harus minta maaf?""Jangan kurang ajar kamu, Fatih! Apa kamu lupa siapa yang sudah melahirkanmu ke dunia ini? Kalau bukan karena ibu, kamu tidak mungkin ada di dunia ini!""Tapi Ibu terus-menerus meminta uang, Mbak. Fatih stres!" "Jadi kamu tidak suka ibu minta uang sama kamu? Kamu keberatan, hah? Dasar perhitungan!'' bentak Sarah tak suka dengan sikap adiknya yang dinilainya kurang ajar."Mbak lupa' siapa yang membayar semua biaya perawatan Mbak Sarah saat di rumah sakit waktu itu? Itu semua Fatih yang bayar, Mbak. Dan sekarang Mbak Sarah bilang Fatih perhitungan?" "Terus apa namanya kalau bukan perhitungan?""Fatih hanya minta kalian untuk berhemat, jangan membeli barang-barang mahal! Kalau tidak punya uang, tidak usah memaksakan diri untuk membeli perhiasan," tegas Fatih tidak mau kalah."Memang kenapa sih' Fatih? Kamu itu kan
Pria berwajah tampan itu benar-benar kecewa dengan Ibu dan Kakak kandungnya. Mereka terus saja merongrong tanpa peduli dengan perasaannya."Assalamualaikum," ucap Wulan memberi salam. Kedatangannya membuyarkan kepedihan di hati Fatih."Waalaikumsalam. Wulan, kamu sudah datang?" tanya Fatih. Pria itu berusaha tersenyum menyambut istrinya."Iya, Mas. Tumben kalian pada ngumpul, lagi bahas apa?" ucap Wulan basa-basi. Ia pura-pura tidak tahu, padahal dari tadi Wulan mendengar semua percakapan mereka."Em, nggak ada sih. Kita hanya lagi santai aja, kebetulan Fatih juga baru datang. Iya' kan, Fatih?" sambar Sarah mendahului.Sifat bunglonnya kembali keluar. 'Dasar psikopat' gumam Wulan dalam hati."Ya sudah, kalian lanjut saja ngobrolnya, Wulan mau ke kamar dulu," ucap Wulan berlalu meninggalkan mereka bertiga yang masih terlihat tegang.Fatih yang tampak muak dengan ibu dan Kakaknya memilih untuk mengikuti istrinya ke kamar. "Kamu lihat sendiri kan Sarah, adikmu itu sudah dibutakan oleh c
Fatih dan Wulan masih tergeletak di atas ranjang dengan peluh yang masih bercucuran membasahi tubuh keduanya. Wajah cantik Wulan terlihat memerah membuat Fatih tak henti-henti menciumnya."Mas … " panggil Wulan pelan."Iya, kenapa?" jawab Fatih. Tangannya mengelus pucuk kepala Wulan dengan lembut."Boleh' aku bertanya sesuatu?" "Apa?" tanya Fatih menoleh."Tapi … kamu harus janji tidak akan marah," ucap Wulan hati-hati. Ia tidak ingin pertanyaannya merusak suasana hangat malam ini."Hum, kenapa aku harus marah? Memangnya apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Fatih penasaran."Maafkan aku, Mas. Tadi … aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Ibu dan Mbak Sarah. Apa benar posisimu sebagai manajer sudah digantikan? Dan–saat ini kamu hanya bekerja sebagai sales lapangan?" tanya Wulan membuat Fatih terkekeh dan mencubit hidung istrinya itu."Ko malah ketawa sih' Mas? Memangnya ada yang lucu dengan pertanyaanku?" ucap Wulan kesal. Pasalnya ia sudah sangat hati-hati dan memberanikan
Fatih membuka pintu dan berjalan menuju wanita yang berdiri di depan mobil berwarna merah itu."Apa maumu, Eva?! Kenapa kau nekat datang ke rumah ku?" tanya Fatih dengan gigi gemeretak. Matanya nyalang menatap Eva penuh emosi.Eva menyilangkan tangangannya, tersenyum puas melihat Fatih yang akhirnya turun dan menemuinya. "Aku hanya ingin bergabung denganmu, Mas. Apa kau tega membiarkan calon istrimu ini hanya jadi pecundang? Kenapa kau tidak mengajakku juga untuk bermalam bersamamu? Bukankah kita bisa bercinta bersama?" ucap Eva. Tangannya mengusap peluh yang menetes di dada bidang milik Fatih. Rasa cemburu menyeruak begitu saja saat Eva melihat bekas lipstik Wulan menempel di dada dan leher pria yang dicintainya itu.Seketika Fatih pun menepis tangan Eva dengan kasar. "Dasar wanita murahan! Jangan pernah kau menyentuhku, Eva! Lebih baik sekarang kau pergi dari rumah ini sebelum kesabaranku habis!" ujar Fatih memperingatkan gadis liar itu."Ck! Kau mengusirku, Mas? Kalau aku tidak m
Fatih masuk ke dalam rumah, ia berjalan menuju lemari es dan mengambil satu botol air mineral lalu menenggaknya sampai tandas.Setelah amarahnya mereda, ia pun lantas kembali ke kamarnya. Melihat istrinya sudah terlelap' Fatih pun tersenyum senang.Pria itu mengelus pucuk kepala istrinya dan mengecupnya pelan. "Selamat tidur sayang," bisik Fatih di telinga Wulan.Untung saja aku berhasil mengusir wanita jalang itu dari rumah ini, kalau tidak–malam yang indah ini akan rusak dan suasana akan menjadi carut marut. Batin Fatih. Ia pun merebahkan tubuhnya di samping Wulan.***Malam berganti pagi, nampaknya Wulan sudah bangun lebih dulu. Seperti biasa, setelah mandi dan sholat subuh' Wulan akan bergegas membuat sarapan untuk suaminya. Rutinitas yang selalu ia lakukan sejak dulu. Secangkir kopi susu panas pun sudah tersaji di atas nakas. Aromanya membangunkan Fatih yang tengah tertidur.Pria itu mengambil jam weker, melihat jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh tiga puluh. Lantas ia beranj
"Wulan berhenti! Apa kau sudah gila! Itu baju mahal!" teriak Bu Ratna berusaha menghentikan menantunya itu."Cukup Wulan! Berhenti! Dasar perempuan kampung kurang ajar! Kau harus mengganti baju baruku itu," "Ibu ingin baju ini?" tanya Wulan. "Nih! Ambil, Bu. Wulan sudah tidak butuh!" Ia pun melempar baju yang sudah kotor dipenuhi tinta itu ke hadapan mertuanya. Wanita bertubuh tambun itu semakin meradang, ia terus menjerit dan berteriak mengutuk Wulan. Namun, Wulan sama sekali tidak peduli. Ia memilih pergi dari rumah itu."Dasar mantu tidak tau diri! Baju ini baru aku pakai sekali, sekarang sudah rusak seperti ini. Hilang sudah uang dua juta yang diberikan Eva," teriak Bu Ratna menangisi baju mahalnya itu. Baju yang ia beli dari uang pemberian Eva tempo hari."Awas kau Wulan, aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang! Kau harus mengganti kerugian bajuku," gumam Bu Ratna. Gegas wanita itu menaiki anak tangga menuju kamar Wulan dengan emosi yang membabi buta."Sial! Kenapa pintunya
"Saya mohon, Pak. Tolong jangan pecat saya! Beri saya satu kesempatan lagi untuk meluruskan semuanya," ucap Fatih memohon."Apa yang mau kamu luruskan lagi, Fatih? Semuanya sudah jelas. Video asusila itu sudah tersebar ke seluruh karyawan di perusahaan ini. Semua orang juga tau' kalau pemeran pria dalam video tak senonoh itu adalah kamu!" "Tapi, Pak. Setidaknya Bapak percaya sama saya. Saya hanya korban, wanita jalang itu yang menjebak saya,""Ck! Korban kamu bilang? Mana ada laki-laki menjadi korban Fatih. Kau itu jangan mengada-ngada. Sudahlah, lebih baik kau terima saja keputusan saya ini. Saya tidak mau ambil resiko, jika kamu masih bekerja di perusahaan ini' saya khawatir akan berdampak buruk pada nama baik perusahaan," terang Pak Brata tak mau dibantah, walaupun Fatih terus memohon ia tidak akan mengubah keputusannya untuk memecat Fatih."Tapi, Pak. Bukankah saya masih punya tanggungan hutang pada perusahaan ini? Kalau Bapak memecat saya, bagaimana saya membayarnya?" "Setelah k
''Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak mungkin aku membawa pulang barang-barangku ini? Wulan pasti akan curiga, dan bertanya, argh sial! Ini semua gara-gara wanita jalang itu. Bisa-bisanya dia membuat hidupku hancur dalam sekejap,'' cakap Fatih memukul setir mobilnya."Aku harus menemui wanita jalang itu!" Fatih pun melajukan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan tinggi menuju apartemen milik Eva.Tidak butuh waktu lama untuk Fatih tiba di kediaman Eva. Kurang dari 15 menit mobil Fatih pun tiba di basement apartemen.Dengan tergesa-gesa ia menaiki lift menuju lantai dimana kamar Eva berada.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu dengan ritme cepat membuat Eva segera membuka pintu. Matanya berbinar melihat Fatih berdiri dihadapannya."Mas Fatih, akhirnya kamu datang juga' Mas," ucap Eva tersenyum senang. Tangannya hendak bergelayut manja. Namun, seketika Fatih melayangkan tamparan yang begitu keras di wajahnya.Plak! "Dasar wanita murahan! Puas kau telah menghancurkan karir ku,
"Wulan, apa kabar?" tanya Gio menatap wajah Wulan dengan jantung yang berdegup kencang. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu.Wulan masih berdiri mematung, rasa tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Gio. Netra mereka saling bersitatap penuh makna. Entah, perasaan apa yang timbul. Yang jelas, saat ini Gio ingin sekali memeluk tubuh wanita yang sempat hilang itu, ingin rasanya Gio memeluk Wulan dan mengatakan jika ia sangat merindukannya dan tak ingin lagi jauh darinya. Namun, itu hanya angan-angan. Diantara mereka tidak ada ikatan apapun, tidak mungkin Gio lancang memeluk Wulan.Begitupun dengan Wulan, entah kenapa ia merasa kehilangan saat Gio memutuskan untuk pergi tanpa kabar. "Pak Gio kemana saja? Kenapa baru muncul?" tanya Wulan dengan suara serak. Rasa haru itu membuat netra mereka berdua berembun."Saya sibuk, banyak urusan. Tidak sempat mengunjungimu, pertanyan saya belum kamu jawab? Bagaimana kabarmu?""Seperti yang Bapak liat," sahut Wulan tersenyum.
"Baiklah, Wulan … jika itu permintaanmu agar kau mau memaafkan kejahatan keluargaku padamu, aku akan menceraikanmu," ucap Fatih pasrah."Tapi–bagaimana dengan kandunganmu?""Kau tidak usah khawatir, Mas. Sejujurnya aku tidak hamil. Aku hanya pura-pura hamil," jawab Wulan membuat Fatih bingung."Pura-pura hamil? Maksud kamu apa? Aku tidak mengerti Wulan," "Awalnya aku memang berniat untuk balas dendam dengan pura-pura hamil, aku ingin menjebloskan ibu dan Kakakmu ke penjara. Namun, hatiku tak tega jika ibu dan mbak Sarah yang sakit itu harus mendekam di jeruji besi, aku masih punya hati untuk tidak membalaskan dendamku. Tuhan tidak akan tidur, biar ia yang balas semuanya," ucap Wulan membuat Fatih tak berkutik. Ia tidak mungkin marah dan kesal kepada istri pertamanya itu. Karena Wulan sudah jauh lebih menderita dari pada rasa kecewanya karena ternyata Wulan tidak hamil.***Setelah kejadian itu Fatih pun mau mengabulkan permintaan Wulan. Setelah menandatangani surat gugatan perceraian
"Sepertinya ini sudah saatnya aku mengakhiri semuanya, aku harus segera lepas dari belenggu ini. Aku tidak ingin terus berada di bawah bayang-bayang Mas Fatih, aku harus selesaikan semua masalah ini sekarang juga," ucap Wulan. Ia berjalan menuruni anak tangga menuju ruang keluarga untuk menemui Fatih."Mas …" panggil Wulan pelan. "Bisa kita bicara sebentar, ada yang ingin aku sampaikan," ucap Wulan."Ada apa Wulan? Kenapa wajahmu serius sekali?" tanya Fatih penasaran."Ikut aku, Mas kita bicara di kamar Mbak Sarah." Wanita itu pun berjalan menuju kamar Sarah dan di ikuti oleh Fatih di belakangnya. "Ada apa Wulan? Kenapa kita harus berbicara disini?" Kali ini Fatih terlihat heran. Tak biasanya Wulan mengajak ia berbicara di kamar Sarah."Mas, aku ingin kamu lihat dan dengar semuanya, kau tau apa yang membuat Mbak Sarah lumpuh?" tanya Wulan dan langsung dijawab gelengan kepala oleh Fatih."Racun! Racun yang Mbak Sarah dan Ibu siapkan untuk aku, racun yang mereka pakai untuk membunuhku,
Belum juga bu Ratna selesai mencuci baju Eva, wanita itu sudah kembali berteriak."Ibu!""Ibuuuu! Denger nggak sih di panggil gak nyaut-nyaut! Cepet sini! Lelet banget sih jadi orang!""Ada apa lagi sih' Eva? Ibu kan lagi nyuci," jawab bu Ratna terpogoh-pogoh menghampiri wanita yang berkacak pinggang di hadapannya itu."Tuh liat! Mbak Sarah kencing di lantai! Gara-gara dia, semua ruangan ini jadi bau. Pusing tau nggak buk, pengen muntah nyium bau pesingnya," celoteh Eva menutup hidungnya."Astaga Sarah, ko bisa kamu kencingnya tumpah-tumpah kayak gini, pampers kamu penuh ya?" ucap Bu Ratna menghampiri Sarah yang duduk di kursi roda. "Makanya kalau udah tau pampersnya penuh tuh diganti, jangan dibiarkan gitu saja! Bau kan jadinya rumah ini. Cepet pel lagi, aku nggak mau rumah ini bau kayak comberan, pesing nggak karuan! Pokoknya sebelum Mas Fatih pulang rumah ini sudah harus wangi! Ngerti' bu?!" bentak Eva geram.Wulan hanya melihat pemandangan itu dari kejauhan. Miris! Itu yang ada d
'Apa?? Si rahim karatan itu hamil?? Gawat!! Jika si Wulan hamil, itu artinya pekerjaanku semakin banyak, Bagaimana ini?'"Ibu! Ibu kenapa tiba jatuh kayak gini? Ya ampun ibu, ayo bangun!" ucap Fatih menggandeng tubuh ibunya ke atas sofa.Nafas bu Ratna tersengal tak beraturan, wanita paruh baya itu terus saja memegangi dadanya. 'Mulai deh drama lagi, dasar nenek lampir!' Batin Wulan kesal."Dada ibu' Fatih, dada ibu sesak," ucap Bu Ratna menepuk-nepuk dadanya."Ko bisa sesak si Bu? Kan ibu nggak punya riwayat asma?" tanya Wulan penatap mertuanya itu dengan malas."Diam kamu, Wulan! Jangan banyak ngomong, saya tidak bicara sama kamu, saya bicara sama anak saya!" "Ibu jangan ngomong kayak gitu sama Wulan, dia itu lagi hamil. Dia nggak boleh stres, mulai sekarang kalau ngomong sama Wulan pelan-pelan aja, jangan bentak-bentak," "Kamu ini kenapa si Fatih? Ko malah jadi belain si Wulan? Aduh sakitt, bawa ibu ke rumah sakit Fatih, bawa ibu ke dokter," "Ada apa sih ini ribut-ribut? Ganggu
***Pagi hari"Wulan! Kamu lagi apa sih? Cepet sini, lama banget!" teriak Bu Ratna memanggil Wulan."Wulan kamu budek apa gimana sih? Cepet turun!" lagi Bu Ratna berteriak tapi Wulan tidak peduli."Ada apa sih bu, teriak-teriak terus dari tadi?" Fatih turun dan menghampiri ibunya."Ini lo, Fatih, si Wulan dipanggil dari tadi gak turun-turun, sampe capek ibu teriak," ucap Bu Ratna kesal."Memangnya ibu mau ngapain nyari Wulan?" "Ini lho, pampers nya Kakakmu belum di ganti, ibu mau nyuruh si Wulan untuk gantiin,""Kenapa gak ibu aja si' Bu yang ganti, kenapa harus nyuruh Wulan?""Biar si benalu itu ada gunanya! Nggak cuma numpang makan dan tidur doang! Dia itu harus tau diri, udah numpang hidup' masa iya nggak mau bantu," celoteh Bu Ratna panjang lebar."Udah ah, ibu mau sarapan dulu! Ntar kamu suruh tuh istrimu yang parasit itu urus Kakakmu!" titahnya. Ia pun bergegas ke meja makan untuk sarapan bubur ayam yang dibelikan oleh Fatih.Tak lama kemudian Wulan pun turun, dengan sempoyongan
Setelah Dokter mengumumkan kehamilan Eva, Bu Ratna terus saja mencemooh Wulan. Tiap hari Wulan akan dibanding-bandingkan dengan menantu kesayangannya itu. Bu Ratna memperlakukan Eva seperti ratu, apapun yang Eva suruh Bu Ratna akan senang hati melakukannya. "Mas, aku mau mangga muda dong, tolong suruh si Wulan atau ibu yang beliin," rengek Eva manja."Tapi ini kan sudah malam Eva, mana ada toko yang buka jam segini," sahut Fatih yang sedang memijat kaki istri mudanya itu. Pria itu melihat jam yang menempel di tembok sudah menunjukan pukul dua belas malam."Tapi Mas, aku maunya sekarang! Cepet bagunin Wulan suruh beli,""Ya sudah, biar Mas aja yang beli,""Gak mau! Aku maunya Wulan yang beli!" "Aduh Eva, kamu jangan aneh-aneh deh, ini kan sudah malam, lagian Wulan nggak bisa bawa mobil. Mana mungkin aku suruh dia keluar nyari mangga," "Dia kan bisa naik ojol, Mas, pokoknya aku nggak mau tau. Aku pingin makan mangga yang di belikan Wulan, titik!" ucap Eva tak mau di bantah.Dengan be
"Maksud ibu apa? Kenapa ibu bilang ini semua karena Wulan?" tanya Fatih. "Ibu! Kenapa ibu diam saja? Ayo jawab, Bu? Apa maksud ibu bilang seperti itu?" "I-ibu salah ngomong, Fatih. Ma-maksud ibu bukan k-karena Wulan, maksud ibu … " ucap Bu Ratna terjeda."Apa maksud ibu?" Fatih menatap ibunya penuh curiga."Ah, sudahlah Fatih, tidak usah dibahas lagi, lebih baik sekarang kita fokus saja pada Kakakmu, kita cari solusi biar dia cepet siuman," sahut Bu Ratna mengalihkan percakapan. Fatih terdiam, ia yakin ada yang tidak beres dengan ibunya. 'Ibu pasti merahasiakan sesuatu dariku, aku yakin' ini pasti ada hubungannya dengan Wulan,' batin Fatih menduga-duga.***Satu minggu sudah Sarah di rawat di rumah sakit, Dokter sudah menyampaikan bahwa Sarah akan lumpuh, terutama pada bagian wajah, kaki dan tangan, untuk saat ini ia harus menggunakan kursi roda karena Sarah dipastikan tidak akan bisa jalan. Tangan dan wajah pun mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia tidak akan bisa bicara karena
Fatih menggendong Sarah dan memindahkannya ke sofa. Bu Ratna bergegas mencari minyak angin dan mengolesi hidung Sarah. Namun, Sarah tak juga sadar."Aduh Fatih bagaimana ini? Sudah satu jam gak sadar juga kakakmu ini, ibu jadi cemas, kira-kira kenapa yah?""Ya udah Buk, kita bawa aja ke dokter. Siapa tau mbak Sarah bukan pingsan biasa. Soalnya tumben banget pingsan lama begini," usul Fatih. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk membawa Sarah ke rumah sakit. Selama di rumah sakit Sarah di periksa oleh beberapa Dokter. Namun, sampai saat ini Sarah belum juga sadar. Bu Ratna begitu cemas, ia benar-benar khawatir dengan Sarah. Ia takut Sarah kenapa-kenapa. Apa lagi tempo hari Sarah pernah bilang kepada ibunya jika dia meminum sisa racun yang diberikan kepada Wulan. 'Apa mungkin ini efek racun itu? Apa mungkin racun itu sudah bekerja?' Batin Bu Ratna cemas."Ibu kenapa si? Gelisah terus dari tadi?" tanya Fatih pada ibunya yang terlihat sangat cemas tak seperti biasanya."Ibu takut, Fatih.