Fatih masuk ke dalam rumah, ia berjalan menuju lemari es dan mengambil satu botol air mineral lalu menenggaknya sampai tandas.Setelah amarahnya mereda, ia pun lantas kembali ke kamarnya. Melihat istrinya sudah terlelap' Fatih pun tersenyum senang.Pria itu mengelus pucuk kepala istrinya dan mengecupnya pelan. "Selamat tidur sayang," bisik Fatih di telinga Wulan.Untung saja aku berhasil mengusir wanita jalang itu dari rumah ini, kalau tidak–malam yang indah ini akan rusak dan suasana akan menjadi carut marut. Batin Fatih. Ia pun merebahkan tubuhnya di samping Wulan.***Malam berganti pagi, nampaknya Wulan sudah bangun lebih dulu. Seperti biasa, setelah mandi dan sholat subuh' Wulan akan bergegas membuat sarapan untuk suaminya. Rutinitas yang selalu ia lakukan sejak dulu. Secangkir kopi susu panas pun sudah tersaji di atas nakas. Aromanya membangunkan Fatih yang tengah tertidur.Pria itu mengambil jam weker, melihat jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh tiga puluh. Lantas ia beranj
"Wulan berhenti! Apa kau sudah gila! Itu baju mahal!" teriak Bu Ratna berusaha menghentikan menantunya itu."Cukup Wulan! Berhenti! Dasar perempuan kampung kurang ajar! Kau harus mengganti baju baruku itu," "Ibu ingin baju ini?" tanya Wulan. "Nih! Ambil, Bu. Wulan sudah tidak butuh!" Ia pun melempar baju yang sudah kotor dipenuhi tinta itu ke hadapan mertuanya. Wanita bertubuh tambun itu semakin meradang, ia terus menjerit dan berteriak mengutuk Wulan. Namun, Wulan sama sekali tidak peduli. Ia memilih pergi dari rumah itu."Dasar mantu tidak tau diri! Baju ini baru aku pakai sekali, sekarang sudah rusak seperti ini. Hilang sudah uang dua juta yang diberikan Eva," teriak Bu Ratna menangisi baju mahalnya itu. Baju yang ia beli dari uang pemberian Eva tempo hari."Awas kau Wulan, aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang! Kau harus mengganti kerugian bajuku," gumam Bu Ratna. Gegas wanita itu menaiki anak tangga menuju kamar Wulan dengan emosi yang membabi buta."Sial! Kenapa pintunya
"Saya mohon, Pak. Tolong jangan pecat saya! Beri saya satu kesempatan lagi untuk meluruskan semuanya," ucap Fatih memohon."Apa yang mau kamu luruskan lagi, Fatih? Semuanya sudah jelas. Video asusila itu sudah tersebar ke seluruh karyawan di perusahaan ini. Semua orang juga tau' kalau pemeran pria dalam video tak senonoh itu adalah kamu!" "Tapi, Pak. Setidaknya Bapak percaya sama saya. Saya hanya korban, wanita jalang itu yang menjebak saya,""Ck! Korban kamu bilang? Mana ada laki-laki menjadi korban Fatih. Kau itu jangan mengada-ngada. Sudahlah, lebih baik kau terima saja keputusan saya ini. Saya tidak mau ambil resiko, jika kamu masih bekerja di perusahaan ini' saya khawatir akan berdampak buruk pada nama baik perusahaan," terang Pak Brata tak mau dibantah, walaupun Fatih terus memohon ia tidak akan mengubah keputusannya untuk memecat Fatih."Tapi, Pak. Bukankah saya masih punya tanggungan hutang pada perusahaan ini? Kalau Bapak memecat saya, bagaimana saya membayarnya?" "Setelah k
''Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak mungkin aku membawa pulang barang-barangku ini? Wulan pasti akan curiga, dan bertanya, argh sial! Ini semua gara-gara wanita jalang itu. Bisa-bisanya dia membuat hidupku hancur dalam sekejap,'' cakap Fatih memukul setir mobilnya."Aku harus menemui wanita jalang itu!" Fatih pun melajukan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan tinggi menuju apartemen milik Eva.Tidak butuh waktu lama untuk Fatih tiba di kediaman Eva. Kurang dari 15 menit mobil Fatih pun tiba di basement apartemen.Dengan tergesa-gesa ia menaiki lift menuju lantai dimana kamar Eva berada.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu dengan ritme cepat membuat Eva segera membuka pintu. Matanya berbinar melihat Fatih berdiri dihadapannya."Mas Fatih, akhirnya kamu datang juga' Mas," ucap Eva tersenyum senang. Tangannya hendak bergelayut manja. Namun, seketika Fatih melayangkan tamparan yang begitu keras di wajahnya.Plak! "Dasar wanita murahan! Puas kau telah menghancurkan karir ku,
Gadis itu terus mengiba dan memohon agar Fatih mau menikahinya. Berulang kali Fatih mencoba menjelaskan. Namun, gadis itu sama sekali tidak peduli. Ia tetap kekeh ingin memiliki Fatih."Bukankah kau yang memulai semuanya, Mas? Harusnya kau bertanggung jawab!" ucap Eva mengingatkan kembali kejadian yang mereka alami satu tahun yang lalu."Bukan aku yang memasukan obat perangsang ke dalam minumanmu, Eva! Kau tau kan saat itu juga aku sedang mabuk? Aku tidak tahu jika yang tidur denganku itu kau. Kita sama-sama dijebak!" "Aku tidak peduli dengan yang kau katakan, Mas. Yang jelas–kau lah orang mempertamaiku malam itu, kau yang mengambil mahkota keperawananku!" "Eva aku mohon, jangan kau ungkit lagi kejadian itu! Bukankah kita sudah berjanji untuk melupakan semuanya?""Itu dulu, Mas. Tapi tidak sekarang! Aku berubah pikiran, Mas. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Menyesal aku tidak melaporkanmu ke polisi saat itu!" ucap Eva dengan bibir bergetar. Butiran bening lolos begitu saja membasahi pi
Setelah mengirim pesan kepada suaminya, Wulan pun segera memasukan ponselnya ke dalam tas. Ia membawa seluruh barang belanjaannya. Sore ini ia akan memasak menu spesial untuk makan malam bersama Fatih."Aduh berat sekali' sih, mana lagi tuh taxi. Bukannya dia bilang sudah di depan? Yang mana mobilnya?" ucap Wulan. Ia nampak kesulitan membawa barang belanjaannya.Matanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari taxi online yang sudah dipesannya."Ah sepertinya itu mobilnya," bisik Wulan saat dirinya melihat mobil avanza berwarna silver masuk ke area parkir supermarket. Gegas Wulan berjalan tergesa-gesa menghampiri mobil itu dan ….Bugh! Ia tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di hadapannya. Barang belanjaan nya berjatuhan, begitupun dengan minuman yang sedang di pegang oleh orang yang ditabraknya.Wulan terkejut saat melihat minuman kopi itu tumpah dan mengotori baju pria dihadapannya."Anda punya mata nggak sih? Lihat nih baju saya jadi kotor!" teriak pria itu membersihkan bajun
Setelah mendapatkan nomor hp Wulan, Gio pun bergegas pergi. Jam istirahatnya sudah habis, sudah waktunya ia kembali ke kantor untuk mengecek laporan penjualan para sales juniornya.Sedangkan Wulan kembali membereskan belanjaannya yang tercecer. Ia memunguti satu per satu buah dan sayur yang terjatuh itu."Untung saja tidak kotor," ucap Wulan. Tangannya dengan cekatan memasukan barang-barang itu ke dalam kantong belanjanya."Maaf, Mbak Wulan yah?" tanya pria berumur 50 an itu menghampiri Wulan."Iya," jawab Wulan, ia pun segera berdiri setelah membereskan belanjaannya."Maaf ya' Mbak, barusan ban mobil saya kempes. Jadi saya isi angin dulu, maaf sudah membuat Mbak Wulan menunggu lama," ucap sopir taxi berambut putih itu menjelaskan."Oh tidak apa, Pak. Kebetulan saya juga tidak buru-buru, mobil Bapak dimana?" tanya Wulan."Disana, Mbak. Mobil Avanza hitam," sahutnya menunjuk mobil yang terparkir tepat di bawah pohon depan supermarket. "Mari, saya bantu bawa belanjaannya," Sopir taxi on
Melihat sikap suaminya yang ketus' akhirnya Wulan mengurungkan niatnya untuk membalas pesan Gio.Selesai makan Wulan bergegas membereskan piring dan gelas kotor bekas mereka, sedangkan Fatih memilih untuk menonton TV di ruang keluarga."Sudah beres?" tanya Fatih saat Wulan datang menghampirinya."Sudah, Mas," jawab Wulan duduk di samping suaminya itu."Mas, kamu tidak telpon Ibu dan Mbak Sarah? Sepertinya dari tadi mereka nggak pulang," "Oh ya? Syukurlah kalau begitu. Biar saja mereka pulang ke rumahnya! Lagi pula, Mas pusing di teror terus sama Ibu, tadi pagi aja Ibu nelpon Mas terus," kata Fatih. Matanya fokus menatap layar televisi 32 inch di hadapannya.Ting! Gio kembali mengirim pesan membuat ponsel Wulan terus berbunyi."Tumben hape kamu terus bunyi? Yang nanya resep belum selesai?" tanya Fatih melirik benda pipih di tangan istrinya."Ah, iya Mas. Sepertinya begitu," jawab Wulan sekenanya. Ia pun segera membalas pesan beruntun yang dikirim oleh Gio. Wulan tidak ingin orang itu