Share

Matanya nyalang penuh emosi

"Ini kopinya, Den! Silahkan diminum!" ucap si Mbok menaruh satu cangkir kopi dan satu cangkir teh di atas meja.

"Terima kasih, Bu" jawab Fatih.

"Makasih' ya, Mbok," kali ini giliran Wulan.

"Iya, sama-sama. Si Mbok ke dapur dulu' ya Non. Mau lanjut masak," ucap Mbok Romlah kembali ke dapur meninggalkan mereka berdua.

"Dia itu siapa? Kenapa manggilnya Non? Dia bukan ibumu?" tanya Gio penasaran.

Wulan menoleh dan menjawab dengan ketus. "Memangnya pertanyaan seperti ini tertulis di dalam kontrak?"

"Hahaha," Gio kembali tertawa. "Sepertinya belum, nanti akan saya tulis," sahut Gio membuat Wulan semakin jengkel.

"Pertanyaan saya itu serius, dia itu siapa? Ibu kamu atau bukan?"

"Bukan, tapi sudah saya anggap ibu saya sendiri," mendengar jawaban Wulan Gio pun hanya manggut-manggut.

"Kalian tinggal berdua di rumah ini?"

"Iya,"

"Memangnya kamu nggak punya saudara?" Wulan pun menggeleng.

"Orang tua kandung kamu dimana?"

"Sudah meninggal saat saya masih kecil,"

"Ouh, maaf–saya tidak bermaksud
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status