Share

40. Bertemu Ayumi

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.

“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.

“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi.

Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.

“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   01. Pengkhianatan

    “Den, biar Bibi saja yang masak, Aden kan baru sembuh, lagian neng Alisa jadi pulang hari ini?” tanya pembantunya yang tidak tega melihat majikannya bersibuk ria di dapur.“Iya, Bi tadi Alisa telepon katanya pulang sore ini dan aku harus memberi kejutan untuknya, kasihan dia selama enam bulan terakhir ini bekerja menggantikan aku di perusahaan Pak Bima.”“Untung saja Pak Bima mau menerima Alisa dan sekarang dia tidak perlu lagi bekerja karena aku sudah sembuh dan Alisa belum tahu, Bi, biarlah ini menjadi kejutan dan hadiah yang paling teristimewa untuknya.” Arlan merasa bahagia tidak ada rasa curiga semua tampak seperti biasa saja.Namun Bi Atun merasa kasihan melihat Arlan yang terlalu percaya diri tentang istrinya, sehingga dia pun tidak tega untuk menyakiti anak majikannya yang dia rawat dari kecil setelah ibunya meninggal.“Den, biar Bibi bantu ya, supaya cepat selesai, Bibi nggak tega toh, masa majikan yang masak, ini sudah tugas Bibi, sana istirahat saja di kamar!” perintahnya

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   02. Menyembunyikan Rahasia

    “Mudah-mudahan dia mau bekerja sama dengan kita,” jelasnya sambil memuji Alisa.“Iya, saya sangat bersyukur mempunyai istri secantik dan sepintar Alisa, Pak!”“Dia selain istri juga bisa sebagai partner kerja yang patut diacungi jempol.” Arlan ikut memuji istrinya di depan Pak Bima dengan bangga.Tak lama kemudian Alisa turun dengan langkah kaki dari sepatu hak tingginya. Seketika Arlan terkejut dengan penampilan Alisa yang berpakaian terlalu minim.Memakai dres hitam yang ketat memperlihatkan lekuk tubuh bak gitar Spanyol, tanpa lengan dengan sedikit melihatkan belahan yang menggoda di bagian atas, sedangkan bagian bawah terlalu pendek sehingga memperlihatkan juga kaki jenjangnya yang putih mulus.Rambut hitamnya dibiarkan terurai panjang, hanya memakai penjepit rambut kecil berwarna putih. Dandanannya tidak terlalu tebal karena Alisa sudah memiliki paras yang cantik, sehingga tidak terlalu menggunakan make up yang berlebihan.Arlan ingin menegurnya tetapi dia tidak ingin dua oran

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   03. Apa Maksud Mereka

    Arlan lalu menghentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, memastikan keberadaan istrinya di suatu tempat.Hal itu membuatnya terkejut saat melihat keberadaan Alisa ada di sebuah hotel bintang lima.“Apa dia pergi ke hotel? Katanya meeting dengan klien tetapi kenapa mereka ke sana, ada apa ini?”“Mudah-mudahan tebakanku ini salah, tetapi jika kamu menjual harga dirimu hanya karena uang, lihat saja kamu Alisa, aku tidak akan memaafkanmu!” Arlan bergegas melajukan kembali mobilnya sambil menghubungi seseorang.Tak lama kemudian seorang laki-laki sedang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah tas kecil dan sebuah jas yang di gantung.Mobil Arlan menepi dan membukakan secara otomatis untuk bisa orang itu masuk ke dalam mobil dan menaruh tas dan pakaian bergantung itu dengan rapi.Setelah selesai orang itu keluar dan Arlan pun melanjutkan perjalanannya dengan cepat.Sepuluh menit kemudian akhirnya Arlan sampai dan semakin yakin kalau istrinya berada di hotel itu karena dia bisa m

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   04. Kebohongan Allisa

    “Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”“Jalan satu-satunya yang harus begini.”“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.“Baiklah Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.Setel

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   05. Jati Diri

    Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   06. Penyesalan

    “Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   37. Cerita Allisa

    “Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   36. Menemui Allisa

    “Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   35. Gugup

    Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   34. Siapa Pria Itu

    Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i

DMCA.com Protection Status