Share

06. Penyesalan

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”

“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”

“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”

“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus  berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”

“Kamu memang aneh, Radit!”

“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.

Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.

“Apa yang kamu pikirkan, Lan?”

“Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”

“Kamu cemburu?”

“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.

“Aku membenci yang namanya kebohongan, kamu tahu akan sulit bagiku untuk memaafkan orang yang telah membohongiku,” jelasnya dengan nada amarah.

“Oh ya, bagaimana dengan sikapmu?”

“Kamu juga membohongi dirimu sendiri, Alisa bahkan di mata dunia kamu berpura-pura buta.”

“Menyembunyikan identitas kamu sebenarnya kalau kamu adalah salah satu pewaris dari keluarga Admaja, apakah itu namanya bukan kebohongan?” sindir Panji tersenyum kecil sembari menyeruput secangkir kopi hitam yang dipesannya tadi.

“Ya, aku akui memang betul tetapi aku berbohong ada alasannya.”

“Aku tidak mau orang menganggapku sebagai pria yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa nama besar itu.”

“Kamu tahu sendiri kan Panji, aku mengubah penampilanku dari masih berusia dua belas tahun, aku ingin merasakan menjadi orang yang sederhana, culun tetapi kutu buku.”

“Jauh dari kata kemewahan seperti yang sekarang dirasakan oleh anak manja itu, si Axel putra kesayangan mereka yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang dia tahu adalah hanya membuat onar.”

“Dan itu berhasil, aku bisa diterima karena aku pintar, tenaga dan pikiranku di pakai. Aku menikmatinya sampai aku bertemu dengan wanita pengkhianat itu,” jelasnya yang masih terlihat kesal.

“Kamu memang beda Dit, orang lain malah ingin menjadi kaya dalam sekejap, tetapi kamu malah tidak ingin orang tahu kalau kamu putra tertua dari keluarga Adtmaja ,” jelas Panji terlihat bingung dengan apa jalan pikiran sahabatnya itu.

“Karena kekuasaan itu lah mereka menjadi tamak, tidak lagi memikirkan yang di bawah dan berlomba -lomba  untuk mengumpulkan harta di dunia tetapi lupa kalau semua itu akan kembali lagi ke tempat semula.”

“Memang tidak semuanya seperti itu tetapi nyatanya itu terjadi di dalam keluarga yang aku banggakan.”

“Ya sudahlah, tidak perlu di bahas lagi, sekarang aku akan fokus dengan masalah ini dulu, dan pastikan tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya  begitu juga dengan para pelayan di sini,” tegasnya.

“Oke ...  sesuai dengan perintahmu.”

“Dan aku akan segera memberitahukan semua informasi tentang mereka, beri aku waktu dua hari untuk menyelesaikan masalah ini,” ucap Panji dengan penuh keyakinan.

“Aku memang bekerja dengan Bima selama lima tahun ini, tetapi tidak ada satu pun aku tahu tentang masa lalunya , yang aku tahu dia sudah lama bercerai dari istrinya karena tidak mempunyai anak, dan aku tidak tahu kalau wanita yang sering dia puji di kantor selama ini ternyata istriku sendiri?”

“Keterlaluan sekali mereka!” rutuknya kesal.

“Baik, sekarang waktunya aku kembali ke kehidupanku yang semula menjadi orang lugu dan polos.”

“Pasti Alisa pulang dengan wajah cemberut karena hari ini adalah hari yang sangat dibenci olehnya,” sahutnya dengan serius.

“Kalau begitu aku pamit dulu, Dit, semoga saja kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Alisa,” doanya untuk Arlan alias Radit.

“Kamu tahu sendiri bagaimana kau, Nji!”

“Nggak bisa dengan semudah itu aku mencari tambatan  hati  lagi, setiap wanita yang aku temui dengan penampilan seperti ini pasti bawaannya matre,” celetuknya.

“Tidak semua wanita seperti itu Radit, buktinya Ibu kita menjadi  panutan bagi kita karena mereka sangat menyayangi kita, iya kan?”  bela Panji.

“Kamu pasti akan bertemu dengan gadis itu yang sangat berbeda, dia tidak akan memandang orang dari fisiknya melainkan dari hatinya, kamu akan segera mendapatkannya, mungkin malam ini.”

“Gadis itu akan menjadi pelabuhan terakhir dalam perjalanan hidupmu untuk mencari  cinta sejati.”

“Dia akan menjadi separuh jiwamu dan akan selalu mendampingimu baik dalam keadaan suka maupun duka.”

“Gadis itu akan membuat menuntunmu ke jalan yang benar dan kalian akan hidup bahagia  bersama anak-anak kalian nantinya.”

Panji memberikan semangat kepada sahabatnya itu agar bisa move on dari Alisa yang sudah jelas-jelas mengkhianatinya.

“Hemmh ... sepertinya itu kriteria dari istrimu deh,” kedua matanya memicingkan kearah Panji.

Sedangkan Panji hanya bisa tersenyum lebar.

“Eh iya, tetapi itulah kenyataannya Radit, istriku walaupun dia big size aku tetap mencintainya karena sudah melahirkan anak-anakku yang sekarang super aktif.”

“Kamu tidak lama lagi bisa Radit, bisa merasakan menjadi seorang papah.”

“Setiap kamu pulang kerja ada yang menyambut kamu, yaitu istri dan anak-anakmu.” Panji tetap mengoceh memberikan penjelasan untuk Arlan.

“Katanya kamu mau pergi?” usir Arlan secara halus.

“Oke ... Ini mau pergi juga Radit,  Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikumsalam!”

Arlan kembali menyendiri dan menghabiskan kopi hitamnya setelah Panji pergi meninggalkannya, lalu pria itu pergi menuju ke toilet pria dan ingin  mengubah penampilannya kembali.

“Semua wanita sama saja, tidak ada peduli dengan perasaan, mereka hanya mementingkan uang dan uang!”

“Tidak ada ... tidak ada yang peduli dengan ...ah!” ucapnya tidak meneruskan kalimatnya karena  kesal di pantulan cermin toilet pria itu.

Saat bercermin timbul lagi ide di dalam pikirannya, Arlan ingin mengubah penampilannya tetapi dia urungkan sementara, dia ingin menguji kembali apa yang dikatakan Panji.

“Mungkin nggak sih aku bertemu dengan gadis yang dikatakan oleh Panji? Biasanya tuh anak selalu betul kalau dia bilang ...

“Hemm ... baiklah bagaimana kalau kita coba malam siapa tahu ada keajaiban,” ucapnya sambil bercermin memandang wajahnya sendiri yang terlihat tampan.

Tak lama kemudian ponsel Arlan berbunyi dan Lansung mengambilnya dari saku celana.

“Alisa?”

“Mau apa lagi dia? Lebih baik aku angkat dulu!”

Arlan: [ Ya halo, Sayang?]

Alisa: [ Sayang, aku akan pulang telat malam ini soalnya ada masalah sebentar, kamu jangan khawatir aku akan diantar pulang oleh Pak Bima]

Arlan: [ Memang ada apa, Sayang? Tidak bisakah besok saja meeting nya ini sudah jam sembilan malam]

Alisa: [ Nggak bisa Sayang, nanti saja aku jelaskan, sekarang aku sudah ditunggu, bye]

Arlan: [ Tapi Alisa ... halo ... halo] Tut ... Tut.

Alisa pun menutup teleponnya begitu saja membuat Arlan bertambah kesal.

“Dasar wanita m*****n begitu gampangnya dia melakukan ini semua!”

Arlan melihat kembali ponsel miliknya, mencari persis letak posisi istrinya.

 

“Apa?”

 

“Dia ke rumah selingkuhannya?” ucapnya sedikit berteriak kesal.

“Kenapa dari dulu aku tidak memasang GPS di ponsel dia?”

“Ternyata kamu sudah membuat aku kecewa Alisa, akan kubalas pengkhianatan kalian ini!” gumamnya dalam hati.

Setelah menenangkan dirinya Arlan keluar dari toilet dengan memakai setelan jas lengkap layaknya seorang pengusaha kolongmerat.

Lalu dia pun pergi meninggalkan hotel itu dan memacu kendaraannya ke sebuah bar yang biasa digandrungi oleh pengusaha kaya untuk mencari hiburan semata.

Tempat itu sengaja Arlan pilih karena disana banyak wanita cantik dan berkelas yang siap menjajakan dirinya dengan cara elegan.

 “Waw ... Ini tempatnya si anak manja itu menghabiskan waktunya,” ucapnya dalam hati setelah sampai ditempat bar itu dan memarkirkan mobilnya.

Arlan ingin memberitahukan kepada Bik Atun kalau dia akan pulang terlambat, tetapi saat melihat posisi Alisa di ponselnya dia pun semakin emosi karena tempat yang dituju sama dengan tempat dia kunjungi.

“Apa dia ke sini juga?”

 

 

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   07. Negosiasi

    “Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   08. Wanita Itu Istriku

    “Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   09. Pria Misterius

    Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   10. Dia Harus Menjadi Milikku

    Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   11. Kekecewaan

    “Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   12. Kecelakaan

    “Bagaimana, kamu bisa membatalkan perjanjian kalian kan?” tanya Doni memastikan.“Oke nanti aku bicara lagi dengan orang itu,” jawabnya sedikit bingung.“Ayolah Bima, kamu pasti bisa, ini kesempatan langka loh!”“Bang, saya cari Allisa dulu, mungkin dia masih di kamar,” ucapnya mengalihkan perhatiannya.“Oke, suruh dia istirahat yang cukup karena besok malam wajahnya harus terlihat segar dan menarik, kamu paham kan maksudku?” “Beres Bang!”Bima meninggalkan Doni yang masih memandang selembar cek itu yang ada di tangannya dengan wajah bahagia.Bima segera mencari kamar yang tadi mereka berdua pakai.“Oh ini kamarnya.”“Tok! Tok!”“Sayang, apakah kamu masih di dalam?”“Iya masuk saja , pintu nggak di kunci!” teriaknya dari dalam.Setelah mendapat persetujuan dari Allisa, Bima pun masuk, tetapi dai sangat terkejut saat melihat kamar itu sangat berantakan, kamar yang di tata dengan cantik untuk meningkat hasrat kini menjadi porak-poranda.“Sayang apa ini, kalian bermain sampai begini?

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   13. Siapa Gadis Itu

    Pria paruh baya itu ikut mengamati gelang itu yang ada di tangan Arlan sekarang.“Oh yang tadi namanya Ayumi, warga sini juga, kebetulan dia melihat Bapak yang hampir mau ditabrak sama kamu, untungnya dia cepat kalau tidak mungkin Bapak nggak bisa menemani Nak Arlan di sini,” jelasnya sambil tersenyum.“Saya belum sempat berterima kasih dengan gadis itu, apakah Bapak tahu di mana dia tinggal?” tanyanya lagi.“Tidak jauh dari sini, tetapi sebaiknya nak Arlan tidak malam ini, biasalah orang kampung sini kalau ada pria seganteng Nak Arlan bertamu malam-malam mereka akan menggosip yang tidak-tidak dan soalnya orang di rumahnya itu sangat sensitif.”“Maaf ini Nak Arlan, jika boleh tahu kenapa sampai tidak konsentrasi menyetirnya menang ada masalah begitu?” tanya Pak Tejo penasaran.“Nggak ada apa-apa, mungkin karena saya kelelahan dan bawaannya mengantuk itu saja,” kilahnya berbohong.“Oh begitu ...”“Ya sudah Pak, kalau begitu saya pamit pulang saja lagian sudah malam, permisi.”“Sudah

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   14. Pertengkaran

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul lima subuh. Arlan terbangun saat mendengar suara azan berkumandang, tetapi saat menoleh dia tidak menemukan Allisa tidur di sampingnya.Dia pun mencari ke seluruh ruangan tetapi tidak menemukan sosok wanita yang sudah dinikahinya itu selama tiga tahun ini.“Bik Atun ada lihat Allisa nggak, apakah dia sudah pulang?” tanya Arlan saat melihat Bik Atun hendak ke kamar mandi bawah.“Belum pulang Den,” jawabnya singkat. Ada rasa kehilangan sekaligus kecewa, marah dengan istrinya sendiri, dia lebih memilih tidur di tempat lain, hatinya sudah mulai tertutup untuk bisa memaafkan perbuatan Allisa, apalagi saat dia tahu dulu sudah pernah berhubungan sampai hampir memiliki anak dan mereka pun sepakat untuk menggugurkannya.Banyak kebohongan Allisa yang baru diketahui oleh Arlan kalau selama ini mereka telah bersandiwara tentang cinta mereka.“Bik, kita salat berjamaah ya?”“Iya Den, silakan.”Mereka pun akhirnya salat berjamaah. Bik Atun sangat menyaya

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   37. Cerita Allisa

    “Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   36. Menemui Allisa

    “Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   35. Gugup

    Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   34. Siapa Pria Itu

    Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i

DMCA.com Protection Status