Share

14. Pertengkaran

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jam dinding sudah menunjukkan pukul lima subuh. Arlan terbangun saat mendengar suara azan berkumandang, tetapi saat menoleh dia tidak menemukan Allisa tidur di sampingnya.

Dia pun mencari ke seluruh ruangan tetapi tidak menemukan sosok wanita yang sudah dinikahinya itu selama tiga tahun ini.

“Bik Atun ada lihat Allisa nggak, apakah dia sudah pulang?” tanya Arlan saat melihat Bik Atun hendak ke kamar mandi bawah.

“Belum pulang Den,” jawabnya singkat.

Ada rasa kehilangan sekaligus kecewa, marah dengan istrinya sendiri, dia lebih memilih tidur di tempat lain, hatinya sudah mulai tertutup untuk bisa memaafkan perbuatan Allisa, apalagi saat dia tahu dulu sudah pernah berhubungan sampai hampir memiliki anak dan mereka pun sepakat untuk menggugurkannya.

Banyak kebohongan Allisa yang baru diketahui oleh Arlan kalau selama ini mereka telah bersandiwara tentang cinta mereka.

“Bik, kita salat berjamaah ya?”

“Iya Den, silakan.”

Mereka pun akhirnya salat berjamaah. Bik Atun sangat menyaya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   15. Berpisah Atau Bertahan

    “Apa ini yang kamu inginkan dari dulu? Apakah kamu tidak bahagia hidup denganku, katakan sejujurnya Allisa, apa kita tidak bisa bersama lagi dan kamu tidak menyesal dengan apa yang kamu katakan?” tanya Arlan memastikan dan mengiba.Arlan dapat melihat wajah Alisa yang mengejek dirinya, tetapi sebisa mungkin pria itu menahan gejolak emosinya agar tidak ketahuan kalau dia sudah bisa melihat dengan jelas. Tersungging sebuah senyuman kecil yang meremehkan diri Arlan.“Apakah aku harus menjelaskannya lagi, aku sudah muak dengan pernikahan ini Mas, aku ingin hidup bahagia, mungkin aku bukan wanita yang tepat untukmu.”“Aku sudah berusaha untuk mencintaimu selama dua tahun ini tetapi aku tetap tidak bisa mencintaimu, entahlah,” jawabnya tanpa ada rasa beban.“Kamu tidak mencintaiku karena kamu mencintai pria lain kan atau kamu bertemu dengan mantan kekasihmu dulu?” Ucapan Alan membuat Allisa terkejut tetapi sebisa mungkin wanita cantik itu berusaha untuk tidak terlihat gugup menanggapi semua

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   16. Berita Mengejutkan

    Arlan sudah berganti pakaian dengan penampilan culunnya berkaca mata tebal, rambut dengan tatanan belah tengah dan minyak rambut yang banyak sehingga terlihat mengkilap. Memakai sweter tanpa lengan berwarna cokelat dan dipadupadankan dengan kemeja kotak-kotak berwarna cream muda dan celana panjang kain dengan warna cokelat tua dan sepatu hitam, dan tidak lupa membawa tongkat lipat untuk berjaga-jaga yang dia selipkan di dalam kemejanya. Setelah dirasa sudah cukup berdandan dia pun keluar dari kamarnya.“Bik, bagaimana penampilan Saya?” tanya Arlan ketika telah sampai di bawah anak tangga dan berdiri tepat di hadapannya.Bik Atun memperhatikan dari ujung kaki sampai ujung rambut, penampilan yang sama saat bertemu dengan Allisa saat itu. Wajahnya pun menunjukkan ekspresi datar dan sedikit kecewa.“Apa yang Aden lakukan? Kenapa tidak berpenampilan seperti biasa saja, kembali ke kehidupan nyata Aden?” cercanya dan kembali ke dapur meninggalkan sang majikan begitu saja.Arlan mengiku

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   17. Rahasia Yang Mulai Terungkap

    Sampai di ruangan VVIP, Arlan pun langsung mengetuk pintu dan masuk, diikuti oleh Panji dari belakang. Terlihat seorang pria tua yang berambut putih sedang duduk menyenderkan tubuhnya di tempat tidur sembari membaca majalah bisnis yang selalu di bawanya.“Opa?” panggil Arlan dan menghampiri orang tua itu dan mencium punggung tangan yang sudah berkeriput.“Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa datang Arlan, apakah harus menunggu Opa masuk rumah sakit jadi kamu bisa menemui Opa?” tanyanya dengan nada sinis.“Bagaimana keadaan Opa, apakah ada yang serius, apa kata Dokter?” tanya Arlan sedikit khawatir.“Opa pikir kamu tidak khawatir lagi dan sudah tidak mau menjenguk orang tua renta ini, karena masih marah,” sindirnya dan membuang majalah itu di sampingnya.“Ya bagaimanapun juga Anda adalah keluarga saya, dan masih menghormati sebagai orang yang di tuakan,” jawabnya datar.“Kamu masih marah dengan Opa?”“Opa baik-baik saja, hanya terkena serangan jantung sedikit,” sahutnya santai dan te

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   18. Hati Luluh

    Pria tua itu membetulkan posisi duduknya dan kemudian menatap Arlan yang masih berdiri dengan angkuh tidak mau mendekat kepada dirinya.“Sebelum meninggal Arum menitipkan Axel dengan Opa dan dia mengatakan semuanya kalau Axel bukanlah anak kandung papa kamu dan dia juga sudah tahu saat menikahinya, ternyata papa kamu hanya ingin melindungi dan memberi nama keluarga kita agar anak itu tidak terlantar.” Opa juga tidak mungkin membiarkan Axel pergi dari keluarga kita karena namanya sudah ter sematkan dengan nama Keluarga Atmaja tetapi bukan berarti dia yang akan mengendalikan semuanya, karena Opa masih percaya dengan kamu.”“Opa akui sangat keras sama kamu karena untuk mendidik kamu agar lebih kuat dalam dunia bisnis, Arlan. Tidak semua apa yang kamu lihat di depan mata kamu adalah kenyataan, semua banyak tipu muslihat dan kamu harus selalu waspada dengan di sekelilingmu.”“Axel memang Opa tempatkan di sana agar tidak mengganggu kamu, dia yang akan mengurus bisnis kita di luar negeri,

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   19. Ketabahan Hati Ayumi

    Waktu semakin berlalu, sudah jam setengah sepuluh pagi. Anak-anak itu sudah bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing setelah berjalan puas mengelilingi pusat kota. Semua anak terlihat masih ceria dan masih bersemangat. Bagi gadis itu melihat senyuman mereka adalah semangat untuknya bertahan dari terpaan angin dan badai yang harus dia laluinya setiap hari. Gadis itu sedikit merelakskan kedua kakinya dan menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi plastik sebentar setelah anak-anak itu pulang. Perutnya pun mulai melalukan konser amal di dalamnya karena sedari tadi belum terisi apa pun kecuali segelas air hangat yang dia teguk di rumahnya.Dia lalu melepaskan kacamata tebalnya untuk menutupi kecantikan alami yang ada di dalam dirinya sendiri, matanya sedikit terpejam sebentar. “Kamu sepertinya sangat lelah hari ini, Mi, apakah kamu sudah makan?” tanya Anggun yang tiba-tiba saja datang dan membawakan kotak makanan dan menyodorkannya kepada Ayumi.“Apa ini?” tanya gadis itu membu

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   20. Permintaan Maaf

    “A—apa maksud Ibu?” “Kamu pikir aku tidak tahu sertifikat rumah ini kamu simpan, hah?” “Sudah aku gadaikan di tempat Juragan Arya dan yang kamu lihat di dapur itu adalah uang hasil aku menggadaikan rumah reyot ini, sisanya ya buat shopping lah,” jawabnya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.“Ibu keterlaluan!” teriaknya histeris.“Pikirkan apa yang aku katakan, mau sampai kapan kamu membiarkan bapak kamu menderita dengan penyakitnya, bawa virus tahu?”“Lebih baik kamu buang saja ke panti Jompo sekalian agar tidak merepotkan kita,” lanjutnya lagi sambil meninggalkan Ayumi dan Pak Amin yang saling berpelukan.Ayumi segara memapah tubuh kurus itu dengan perlahan-lahan dan menyenderkan badannya di dinding. Kedua kakinya pun diangkat kembali ke tempat tidur.“Mi, ma-maafkan Ba—bapak su—sudah membuat ka—kamu menderita,” ucap Pak Amin terbata-bata dan nyaris tak terdengar.Ayumi tetap diam dan pergi keluar, tak lama kemudian dia kembali dengan membawa nampan yang berisikan bubur dengan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   21. Bertemu Ayumi

    “Maaf Mbak, mau diantar ke mana?” tanya Arlan bersemangat.“Ke Cafe Melati, tetapi agak ngebut sedikit nggak apa-apa Mas, soalnya sudah telat sekali,” jelasnya dengan tersenyum malu-malu.Arlan mengangguk dan segera memutar motor maticnya untuk bersiap. Untung saja di jok motornya masih ada helm cadangan, dia lalu memberikannya kepada gadis manis itu.“Ayok Mbak!”“Permisi Mas, saya naik ya,” ucapnya dengan lemah lembut. Arlan kembali tersenyum karena bisa mengantarkan gadis yang sebenarnya dia sudah cari.“Maaf Mbak sudah lama kerja di Cafe itu?” tanya Arlan ketika di atas motor.“Sudah hampir dua tahun, Mas,” jawabnya sedikit berteriak.“Kira-kira ada lowongan nggak ya di sana, saya juga mau cari pekerjaan, kalau ojek ini kan hanya kerja sampingan saja, siapa tahu Mbak nya bisa minta tolong begitu,” sahutnya lagi.“Oh nanti saya tanyakan dulu ya Mas, tetapi sepertinya ada sih kemarin itu ada lowongan bagian cleaning servis, Mas nya mau nggak kalau bagian itu, lumayan sih,” sangg

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   22. Pemecatan Ayumi

    “Kenapa, ada yang salah dengan pertanyaan gue?” “Bukan begitu pokoknya ceritanya panjang deh .”“Ah elo dari tadi ngomongnya panjang melulu , seberapa panjang sih seperti rel kereta api?” tandasnya dengan rasa sedikit kesal. “Elo lama-lama enggak ketemu mulai bawel ya seperti mulutnya wanita saja.”“Nantilah gue cerita, yang penting nomor elo aktif aja, nanti gue hubungi lagi dan ingat jangan bilang kalau gue yang suruh elo melakukan semua ini, gue pergi dulu masih ada tugas negara,” jelasnya lagi sambil meninggalkan Dimas.“Ah elo, enggak asyik!” teriaknya lagi sambil menatap temannya itu menghampiri kendaraannya.Arlan lalu menyalakan mesin motornya dan pergi sedikit laju membelah jalanan sembari tersenyum ke arah Dimas yang masih terlihat kesal.Setelah kepergian Arlan, Dimas pun langsung masuk dan menemui Ayumi, dan memanggilnya untuk berbicara di dalam ruangan manajer. Hal itu membuat beberapa rekan kerjanya ada yang merasa bingung dan kasihan tetapi ada yang merasa senang te

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   37. Cerita Allisa

    “Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   36. Menemui Allisa

    “Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   35. Gugup

    Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   34. Siapa Pria Itu

    Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i

DMCA.com Protection Status