Allisa sudah tidak sabar untuk menunggu Elang di kamar, dia selalu mondar-mandir menunggunya. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari luar. Langkah Allisa terhenti, jantungnya mulai berdegup kencang, tetapi wajahnya terlihat bahagia.“Ya Tuhan, akhirnya dia datang juga,” ucapnya sedikit gugup.Allisa kembali menatap dirinya yang menurutnya telah cantik maksimal. Lalu bergegas membuka pintu kamar itu.“Mas, aku sudah ti ... “ ucapannya menggantung saat melihat siapa yang datang tidak sesuai dengan akseptasi. Wajah semringah untuk menyambut kedatangan pria tampan yang dingin itu langsung meredup dengan berganti muram.Pria tua itu kemudian masuk ke kamar tanpa memedulikan Allisa yang masih mematung di ambang pintu. “Waw, Sayang kamu sudah menyiapkannya semua ini sebagai bulan madu kita? Ternyata kamu sangat romantis juga ya?” Pria itu mengedarkan pandangan sekeliling yang tampak seperti kamar pengantin baru.Aroma terapi yang memanjakan penciumannya dengan lilin-lilin kecil ya
“Jawab Mas, kenapa kamu diam saja? Kamu menyuruhku melakukan semua ini tanpa sepengetahuan Om Doni juga?” sambungnya lagi.“Sayang, tidak ada waktu lagi jika kita bicara, nanti aku akan jelaskan semua, sekarang kamu harus cepat membersihkan dirimu, sepuluh menit lagi Tuan Elang akan datang dan jika dia melihat semua kekacauan ini makanya uang yang sudah ditransfer olehnya akan diambil kembali dengan denda tiga kali lipat, kamu enggak mau itu terjadi kan?”“Sayang, bertahanlah sebentar lagi, kamu akan segera menikmatinya juga, tetapi itu semua harus ada pengorbanan besar agar apa yang kita harapkan terwujud, oke?”“Please ... Bima kembali membujuk Allisa agar mengerti keadaan.Allisa kembali menatap ke arah Bima yang sudah memasang wajah sendu, dengan begitu hati Allisa kembali ingin memaafkan orang yang sudah menjebaknya itu. Tak lama kemudian Allisa kembali tersenyum.“Mas, aku sangat mencintaimu, apa pun yang kamu katakan akan aku turuti tetapi aku mohon jangan tinggalkan aku dan
Sebuah ruangan yang sedikit luas, terdapat banyak buku pajangan yang tersusun rapi di rak yang memanjang, jika penat dan letih telah merasuki tubuhnya dia akan membuka sebuah buku yang bisa menghilangkan rasa itu. Hobi Arlan yang suka membaca mengantarkannya untuk bisa mengoleksi berbagai macam buku yang sarat akan pesan moral, perjalanan hidup atau pun motivasi.Namun, sudah semua dia pelajari tetapi untuk masalah yang dihadapi dirinya sekarang tidak bisa menghilang begitu saja, bahkan dia pun mencari jawaban untuk setiap pertanyaan di pikirannya tetapi tetap tidak ada, perselingkuhan yang dilakukan Allisa sangat menyakitkan hatinya apalagi saat dia tahu setiap kebohongan yang dilakukan sejak pertama kali membuatnya terlihat bodoh dan buncin akan cinta. Cinta telah membutakan mata hatinya sehingga dengan mudah orang lain ikut memanfaatkannya. Arlan menelisik melihat semua buku pajangan itu walaupun hampir semuanya sudah dia baca dan hafal di luar kepala. Sampai akhirnya dia meliha
Allisa berpikir jika Arlan akan marah ataupun kecewa dengan keputusan sepihak ini, tetapi dia juga tidak mungkin menarik kembali perkataannya.“Apakah ini sudah keputusan kamu, jangan sampai kamu menyesal dengan apa yang kamu ucapkan, karena aku tidak mungkin kembali denganmu lagi karena egois kamu sendiri,” sahut Arlan terlihat serius.Lagi-lagi ekspresi wajah Allisa sama sekali merendahkan Arlan, terlihat wanita cantik itu menyunggingkan sebuah senyuman, tetapi Arlan tidak mau terpancing dia tetap bersandiwara pura-pura buta.“Sudah buta, masih tinggi saja egoisnya, memang siapa peduli dengan kamu, Mas, bahkan dari dulu sampai sekarang aku tidak mencintaimu, buat apa aku mempertahankan rumah tangga ini, aku hanya memanfaatkan kamu untuk bisa mengubur aib itu, sekarang sudah waktunya aku bebas dan mengejar cintaku yang sesungguhnya ... Elang Pratama ... Allisa membatin dan membayangkan wajah Elang yang begitu tampan dari Bima ataupun Arlan menurutnya.“Aku tahu siapa sasaran kamu A
Waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh, terdengar sayup-sayup suara azan berkumandang. Bergegas Arlan beranjak dari tempat tidurnya untuk menunaikan kewajiban sebagai umat yang beragama. Setelah selesai mandi dan berpakaian muslim salat lalu disambung dengan membaca kitab suci Al Quran membuatnya dirinya menitikkan air mata, antara sedih dan bahagia.Sedih karena tidak ada lagi wanita yang selalu memberikan kehangatan senyuman setiap dia membuka matanya dan bahagia karena bisa melepaskan wanita yang sudah mengisi hidupnya selama tiga tahun untuk Kebahagiaan wanita itu.Pria tampan itu menoleh ke ranjangnya sebentar, masih terbayang akan kehadiran sosok wanita cantik itu, biar bagaimanapun rasa cinta itu masih ada meskipun Allisa sudah meninggalkannya dalam duka. Tak ingin berlama-lama bersedih Arlan bangkit dan bersiap diri untuk melakukan rencana yang telah dia susun di kepalanya. Hari ini adalah hari yang baru untuk Arlan untuk memulai hidup barunya karena dia tidak ingin lagi b
“Saya suka dengan seorang gadis dan ingin lebih dekat dengan dia gitu,” jawabnya malu-malu. “Nah berarti elo modus kan untuk melakukan sesuatu?” tanyanya pria bertato itu. “Ya nggak juga sih Bang tapi namanya anak muda wajar kan Bang, ada usaha untuk mendekati gadis yang diincarnya?” bela Arlan.Mereka terdiam sejenak. “Hemm ... oke, karena elo jujur kasih tahu kita nggak apalah kalau elo boleh ngambil itu penumpang kita, tapi enggak ada yang gratis lah,” jawabnya dengan penuh semangat.“Maksud Abang?” Arlan mengerutkan dahinya.“Elo boleh ambil itu penumpang asalkan elo harus kasih kita duit setiap elo narik penumpang itu nggak banyak cuma lima puluh ribu setiap elo narik jalan sama dia, bagaimana kalau setuju silakan kalau nggak jangan harap bisa bawa penumpang itu di sini!” pinta orang bertato itu. “Kalau itu mah gampang lah Bang, tapi tolong jagain dia buat saya Bang, nanti uangnya saya tambahkan, maksudnya jangan sampai dia ikut sama yang lain. Dan kalau perlu Abang bisa menja
“Mas ini pintar gombal ya, pasti sudah banyak gadis yang sudah terjerat dengan rayuan Mas itu,” sahut Yumi ikut tersenyum.Arlan melihat untuk pertama kalinya senyuman manis itu yang terukir indah diri sudut bibirnya itu. “Tidak ada yang mau dengan saya apalagi berpenampilan seperti ini, kalau menghina ya banyak, tapi saya tidak peduli selama mereka tidak keterlaluan membuly , saya abaikan saja, kita berangkat?” Arlan mengingatkan kalau dirinya harus segera pergi untuk mencari pekerjaan.“Oh iya Mas maaf kok malah kita ngobrol, tapi saya nggak pergi ke cafe itu, saya sudah dipecat dari sana tapi bos cafe itu sangat baik dia merekomendasikan saya untuk bekerja di sebuah hotel besar, sebenarnya saya nggak terlalu suka bekerja di hotel tapi saya butuh uang untuk pengobatan bapak, kita berangkat?” Kini Ayumi yang meminta Arlan pergi. “Hati-hati di jalan ya Mas bro,” teriak Jarwo membuat Yumi bingung. Pegangan yang erat ya Neng, nanti takut jatuh,” timpa Udin mengingatkan sambil terke
“Ya Tuhan, benarkah itu Allisa? Kenapa aku malah mengkhawatirkan dia? Kita sudah berpisah dan sebentar lagi surat perceraian itu akan selesai, tapi ...” Hati Arlan kembali dilema setelah melihat wanita yang pernah singgah di hatinya itu dibawa pergi dengan sebuah mobil. Arlan mengejar mobil itu dengan cepat. Terlihat sekilas kalau Allisa atau siapa pun itu berontak. Setidaknya ada dua orang yang memegangi tubuhnya dan satu lagi tiba-tiba saja berusaha mencekoki sesuatu ke mulut Allisa sehingga wanita itu tersedak dan lama-lama kesadaran wanita itu hilang seketika.“Kenapa juga kita harus membawa wanita ini?” tanya orang itu dengan wajah sangarnya. “Ini perintah Bos, yang penting kita sudah melakukan apa yang dia mau. Dia memang cantik sekali, tubuhnya sangat menggairahkan bagaimana kalau kita cicipi dulu, bos kita tidak akan tahu kan?” usul preman satunya lagi. “Kamu sudah nggak waras Bro, meskipun Bos tidak bersama kita, tapi dia itu mempunyai indera ke enam, dan jika sampai keta