Share

04. Kebohongan Allisa

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”

“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi  menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”

“Jalan satu-satunya yang harus begini.”

“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.

“Baiklah  Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.

“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”

“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”

“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.

Setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya Arlan tahu siapa wanita yang dinikahinya, perasaannya begitu hancur berkeping-keping. Dia terduduk lemas saat tahu kalau anak yang dikandungnya dulu ternyata adalah anak dari Bima pacarnya.

Ingin meluapkan kekesalannya di hadapan mereka, tetapi dia urungkan karena ingin membalaskan dendam dengan permainan yang cantik pula.

“Apa ... begitu banyak kebohongan yang disembunyikan oleh wanita itu!”

“Dan sekarang atas permintaan Bima pacarnya dia mau saja menuruti kemauan orang itu!”

“Kamu betul-betul sakit jiwa, Alisa!”

“Dasar bodoh, mau-maunya dia diperalat oleh Bima, yang jelas-jelas tidak mau menikahi kamu karena sudah menjadi barang bekas!”

“Selama ini aku juga tertipu!”

“Bodohnya aku selalu mempercayai mereka padahal mereka sudah melakukannya di belakangku selama ini!”

Setelah makan malam, Alisa pun pergi ke kamar hotel itu yang sudah dipesan oleh Pak Dewa.

Sedangkan Bima masih duduk dan kembali memesan kopi hitam.

Dia sangat menikmati bau khas kopi hitam itu, menghirupnya dalam-dalam dan tersenyum puas.

“Alisa ... gampang sekali dia dibohongi, aku tidak pernah mencintaimu, Sayang!”

 

“Aku hanya ingin membuat kamu jatuh cinta lagi supaya apa yang aku inginkan tercapai, hahaha ...” ucapnya sambil menyeruput kopi hitam itu dengan nikmat.

“Apa maksud perkataannya, apa yang diinginkan Bima dari Alisa?”

“Dasar Bima, apa yang dia sembunyikan?” tanyanya dalam hati.

Setelah menghabiskan secangkir kopi hitam, Bima pun ke luar dari restoran itu.

 

“Gawat ini, Alisa dalam masalah besar!”

“Apakah aku harus menolongnya dari pria tua itu atau tidak?”

“Ah tidak buat apa, dia sendiri yang mau dan sukarela.”

“Ah kenapa aku menjadi dilema?”

“Alisa sudah banyak berbohong dariku, apakah aku pantas menolongnya?” tanyanya dalam hati.

Arlan menjadi bimbang, di sisi satu dia masih sangat mencintai Alisa tetapi disisi lainnya ternyata dia sudah berselingkuh dengan Bima.

Namun hati kecil Arlan juga tidak tega membiarkan Alisa sendiri, dan atas kemanusiaan dia pun berniat untuk membantunya agar tidak sampai terjerumus yang lebih dalam lagi.

“Ya aku harus menolongnya karena dia masih berstatus kan istriku, tidak mungkin aku membiarkan semua ini terjadi.”

“Entah apakah ini yang pertama atau sudah sekian kalinya dia melakukan perbuatan kotor ini,” gerutunya kesal.

Arlan tidak tahu kalau Alisa bukan pertama kali melakukan hal ini, sudah hampir satu tahun profesi baru Alisa sebagai wanita panggilan tidak diketahui olehnya.

Setelah merasa yakin batang hidung Bima tidak ada, Arlan lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya yang bernama Panji.

Nada tersambung seketika ...

@Panji

[Ya halo Bro, ada apa?]

@Arlan

[ Ada tugas buat kamu, Nji]

 

@Panji

[ Ada apa?]

 

@Arlan

[Pak Dewa ada di dalam hotel ini dan dia ingin menghabiskan malam ini bersama istriku]

 

@Panji

[Apa? Yang benar nih, serius?]

 

@Arlan

[Nanti aku jelaskan, sekarang buat bagaimana caranya agar mereka terganggu atau tidak jadi melakukan  hal yang  memalukan itu]

 

@Panji

[Baik Bos, laksanakan]

“Pak Dewa, entah apa yang kalian rencanakan untuk Alisa tetapi semua itu akan hancur bersama namamu yang selalu diagungkan.

Arlan lalu pergi dari restoran itu untuk mengambil pakaiannya yang telah dibawa oleh salah satu pelayannya dan bergegas ke  toilet, setelah itu dia pun segera membuka penyamarannya.

Pria tinggi itu membuat penampilan baru yang akan dikagumi oleh semua banyak wanita.

Setelan jas yang terlihat mewah berwarna hitam, dengan gaya rambut yang berbeda pula, wajah yang glowing tidak ada bulu-bulu halus di wajahnya.

“Waw ... ternyata aku sangat tampan tidak kalah dengan Bima.”

“Bagaimana kalau Alisa melihat wajahku yang seperti ini, apakah dia jatuh cinta atau dia hanya mau kekayaanku saja?” tanyanya sembari mematut dirinya di cermin dan tersenyum kecil.

Setelah merasa cukup meyakinkan Arlan lalu kembali ke restoran itu dan duduk dengan tenang di sana.

Nampak dari jauh seorang pria setengah baya langsung menghampiri Arlan dengan sigap.

“Selamat malam Tuan Radit.”

Arlan sedikit terkejut karena salah satu stafnya ada yang mengenalinya.

Dia adalah seorang Manajer hotel yang bernama Pak Seno.

“Selamat malam Pak Seno.”

“ Maaf Pak, Ada yang bisa saya bantu?”

“Tumben Bapak tidak memberitahukan kalau mau datang ke sini?” tanyanya dengan sedikit kikuk.

“Kenapa, tidak boleh saya datang ke sini?”

“Bukan begitu Pak, maksudnya saya bisa menyambut Bapak dengan baik, tadi saya nggak tahu kalau yang duduk di meja ini adalah Bapak, begitu,” jelasnya dengan tersenyum datar.

“Oh ya, Bapak kok bisa tahu kalau saya Raditya Arlan Erlangga Adtmaja?” tanyanya penasaran.

“Maaf Pak, saya memang bisa mengenali dari suara Bapak dan saat pelayan saya menyajikan minuman ke Bapak katanya dia melihat ada tanda lahir di jari kelingking Bapak sebelah kanan.”

“Dan terus terang Pak, penampilan yang baru ini sangat bagus, Bapak terlihat sangat tampan dan berkarismatik, ”pujinya kepada Arlan.

“Oh ya? Tetapi tolong katakan oleh pelayan tadi untuk tidak memberitahukan siapa pun, karena jika sampai ada yang tahu, bukan nyawa saja taruhannya kamu mengerti kan?” ancam Arlan dengan menatap tajam kearah Pak Seno.

“B-baik, Pak!” jawabnya sedikit gugup.

“Silakan duduk Pak Seno , ada yang ingin saya sampaikan,” ucap Arlan dengan sopan.

“Baik Pak, terima kasih,” jawab Pak Seno sedikit mengatur jalan napasnya agar tidak gugup lagi di depan sang pewaris keluarga Erlangga itu.

“Begini Pak Seno, apa betul Pak Dewa Ajibatara menginap di hotel ini?”

“Pak Dewa?”

“Maksud Bapak  Dewa Ajibatara?”

“Iya betul Pak, beliau adalah langganan tamu VIP kami, memangnya ada apa ya, Pak?” tanya Pak Seno bingung.

“Cepat usir dia dari kamar hotel saya!”

“Saya tidak mau hotel saya dijadikan tempat mesum untuk para kalangan orang kaya seperti dia!”

“Maksud Bapak?”

“Lakukan saja perintah saya!” hardiknya.

Tak lama kemudian terdengar ponsel Arlan berbunyi.

Dia pun segera mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Panji.

“Tugas sudah dilaksanakan, aman, bebas dan terkendali.”

Arlan tersenyum mengembang, lalu membalas pesan itu.

 

“Oke, thanks Bro.”

“Sekarang kamu datang ke sini, aku ada di restoran bersama Pak Seno.” Send.

“Siap Bos, meluncur.” Send.

Pak Seno yang masih bingung dengan tingkah laku Arlan, berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

 

“Maaf Pak Radit, ada apa kok Bapak terlihat bahagia seperti itu?” tanya Pak Seno dengan pelan.

“Semua sudah beres Pak Seno, orang itu sudah pergi dan Pak Seno tidak perlu mengotori tangan Bapak untuk hal kecil seperti ini,” jawabnya membuat bingung  Pak Seno.

“Maksud Pak Ra-Radit apa?”

“Bapak telah menyuruh orang untuk melenyapkan Pak Dewa atau apa Pak?” tanya Pak Seno yang mulai ketakutan saat melihat wajah Arlan seperti tidak biasanya yang berubah menjadi menyeramkan.

 

 

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   05. Jati Diri

    Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   06. Penyesalan

    “Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   07. Negosiasi

    “Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   08. Wanita Itu Istriku

    “Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   09. Pria Misterius

    Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   10. Dia Harus Menjadi Milikku

    Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   11. Kekecewaan

    “Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   12. Kecelakaan

    “Bagaimana, kamu bisa membatalkan perjanjian kalian kan?” tanya Doni memastikan.“Oke nanti aku bicara lagi dengan orang itu,” jawabnya sedikit bingung.“Ayolah Bima, kamu pasti bisa, ini kesempatan langka loh!”“Bang, saya cari Allisa dulu, mungkin dia masih di kamar,” ucapnya mengalihkan perhatiannya.“Oke, suruh dia istirahat yang cukup karena besok malam wajahnya harus terlihat segar dan menarik, kamu paham kan maksudku?” “Beres Bang!”Bima meninggalkan Doni yang masih memandang selembar cek itu yang ada di tangannya dengan wajah bahagia.Bima segera mencari kamar yang tadi mereka berdua pakai.“Oh ini kamarnya.”“Tok! Tok!”“Sayang, apakah kamu masih di dalam?”“Iya masuk saja , pintu nggak di kunci!” teriaknya dari dalam.Setelah mendapat persetujuan dari Allisa, Bima pun masuk, tetapi dai sangat terkejut saat melihat kamar itu sangat berantakan, kamar yang di tata dengan cantik untuk meningkat hasrat kini menjadi porak-poranda.“Sayang apa ini, kalian bermain sampai begini?

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   37. Cerita Allisa

    “Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   36. Menemui Allisa

    “Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   35. Gugup

    Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   34. Siapa Pria Itu

    Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i

DMCA.com Protection Status