Share

03. Apa Maksud Mereka

Author: Meriatih Fadilah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Arlan lalu menghentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, memastikan keberadaan istrinya di suatu tempat.

Hal itu membuatnya terkejut saat melihat keberadaan Alisa ada di sebuah hotel bintang lima.

“Apa dia pergi ke hotel? Katanya meeting dengan klien tetapi kenapa mereka ke sana, ada apa ini?”

“Mudah-mudahan tebakanku ini salah, tetapi jika kamu menjual harga dirimu hanya karena uang, lihat saja kamu Alisa, aku tidak akan memaafkanmu!”

Arlan bergegas melajukan kembali mobilnya sambil menghubungi seseorang.

Tak lama kemudian seorang laki-laki sedang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah tas kecil dan sebuah jas yang di gantung.

Mobil Arlan menepi dan membukakan secara otomatis untuk bisa orang itu masuk ke dalam mobil dan menaruh tas dan pakaian bergantung itu dengan rapi.

Setelah selesai orang itu keluar dan Arlan pun melanjutkan perjalanannya dengan cepat.

Sepuluh menit kemudian akhirnya Arlan sampai dan  semakin yakin kalau istrinya berada di hotel itu karena dia bisa melihat jelas mobil mewah milik Pak Bima terparkir di sana.

Pria itu tersenyum saat melihat nama hotel itu terpampang jelas.

Setelah mengamati dengan saksama sekitar hotel itu, Arlan langsung masuk ke hotel dan mencari restoran di sana.

Kedua matanya bergerilya mencari sosok wanita yang sangat dia cintainya di dalam sana sampai akhirnya dia melihat Bima dipojok meja makan bersama Pak Dewa klien mereka.

“Itu ada Bima dan Pak Dewa, tetapi di mana Alisa?” tanyanya dalam hati.

“Tidak mungkin dia sudah ada di kamar menunggu pria tua itu?” tanyanya lagi dengan gusar.

Arlan lalu mencari tempat duduk yang sekarang bisa memantau pergerakan mereka, dia pun menunggu sebentar siapa tahu Alisa akan muncul di meja mereka.

Lima menit berlalu akhirnya Alisa pun muncul dengan pakaian yang sama saat keluar dari rumahnya.

Wajahnya berseri-seri saat bertemu dengan pria hidung belang itu.

“Apa maksud semuanya ini mengapa Pak Bima membawa Alisa untuk bertemu Pak Dewa?” tanyanya lagi semakin penasaran.

Untung saja tempat duduk yang dia duduki nyaris berdekatan dengan tempat duduk mereka hanya dibatasi dengan dinding penghalang sejenis papan ukiran yang berlubang.

Arlan lalu memasang kamera di ponselnya untuk merekam semua kegiatan mereka. Terdengar jelas kalau mereka sedang melakukan transaksi  yang tidak biasa.

Dia pun sudah melakukan penyamaran dengan memakai jenggot palsu dan berkacamata tebal yang dia bawa dari mobilnya.

“Bagaimana Pak Dewa apakah Bapak menyetujui syarat dari kami?” tanya Pak Bima dengan senyuman liciknya.

Pria tua itu terdiam sejenak sembari kedua matanya tidak lepas dari pandangan seorang wanita cantik yang duduk di sampingnya.

Sedangkan wanita itu malah mempertontonkan kemolekan tubuhnya yang putih mulus ke pria itu secara gratis.

“Bagaimana Pak?” tanyanya lagi tak sabar menunggu jawaban dari orang itu.

“Dasar wanita murahan, gampang sekali dia merendahkan dirinya sendiri hanya untuk pria tua itu, apa sih yang membuat Alisa berpaling dariku?”

“Apakah karena aku miskin dan cupu?”

“Kamu salah besar Alisa kalau kamu menilaiku seperti itu, seandainya saja kamu tahu kalau aku bisa melebihi apa yang dimilik Pak Bima, kamu pasti tidak akan meninggalkanku!”

“Sekarang aku yakin seratus persen untuk bisa menceraikanmu, karena kamu wanita penipu!”

“Aku sudah salah besar menikahimu, padahal aku sudah banyak berkorban untukmu dan aku malah tidak peduli dengan Ibu tiriku sendiri.”

“Pantas saja Ibu tidak menyukaimu dari awal dan ternyata omongan Ibu menjadi kenyataan, kalau kamu itu hanya ingin mencari tempat berlindung dan memang tidak mencintaiku!”

Arlan hampir saja tidak bisa mengendalikan emosinya, tetapi dia kembali mengingat kalau dia harus membuka kedok istrinya yang hanya berpura-pura mencintainya.

Pria itu lalu melanjutkan mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan.

“Saya setuju dengan kerja sama ini asalkan Alisa menjadi simpanan saya.”

“Semua yang kamu inginkan untuk bergabung di perusahaanmu akan saya penuhi termasuk menyuntikkan dana di perusahaanmu yang bangkrut itu.” Pak Dewa dengan tatapan tajamnya tetap ke arah Alisa yang begitu menarik perhatiannya.

“Itu bisa di atur lah Pak, yang penting Bapak senang dan kami juga bisa membangun perusahaan lagi,” ucap Bima bersemangat.

“Oke, deal!” Mereka saling berjabat tangan yang menandakan kesepakatan itu berhasil.

“Terus bagaimana dengan Arlan, si cupu itu tahu kalau istrinya ada bersama saya?”  tanya Pak Dewa tersenyum licik.

“Tidak lah Pak, dia sekarang masih buta mungkin akan selamanya menjadi buta, bahkan sampai sekarang pun dia itu seperti benalu,” jawab Bima menghinanya.

“Hahaha ... anehnya juga si Arlan, orang jelek seperti dia, penampilan kampungan, tetapi kok bisa sih kamu mau sama dia, Lisa?” tanya Pak Dewa ikut juga merendahkan.

“Ya namanya juga dulu cinta Pak, tetapi semenjak dia buta dan tidak bisa bekerja, saya sudah tidak menyukainya lagi, lagian permainan dia sangat monoton,” ujar Lisa ikut menyepelekan Arlan.

“Hahaha ... baiklah kalau begitu.”

“Saya duluan ke kamar ya Sayang jangan lupa, jika pelayanan kamu sangat memuaskan maka timbal baliknya akan sama, kamu mengerti kan?” tanyanya sembari mencolek dagu Alisa.

“Iya Pak, sebentar saya ke sana, Bapak jangan khawatir,” ucapnya tersenyum sembari memberikan kecupan hangat di pipi lelaki tua itu.

Otomatis dia pun merasa bahagia karena mendapatkan kecupan mesra dari wanita yang sudah lama dia incar selama ini untuk menemaninya tidur dan bersenang-senang.

“Arlan-Arlan sekarang istrimu yang cantik ini akan menjadi milikku, dia sendiri yang datang kepadaku, dan aku sangat menyukainya.”

“Istrimu tidak tahu kalau aku dan Bima akan membuat istrimu melayani semua pria seperti aku, dengan begitu balas dendamku karena telah menghinaku akan terbalaskan.”

“Sebelum itu aku akan bermain-main dulu dengan istrimu dan setelah aku bosan aku akan lempar dia di jurang penistaan,  sampai kamu sendiri tidak bisa menyelamatkan dirinya,” gerutu Pak Dewa  dalam hati dan berjalan meninggalkan mereka berdua di restoran hotel itu.

Sementara itu Alisa dan Bima masih duduk manis menikmati makan malamnya dengan anggun.

“Sayang apakah kamu gugup?” tanya Bima seketika.

“Apa, Sayang?” tanya Arlan dalam hatinya.

“Maksudnya mereka juga pacaran?” lanjutnya lagi.

“Mas, apakah aku harus melakukan ini semua?”

“Bagaimana kalau Mas Arlan tahu  dengan apa yang aku lakukan?” tanyanya khawatir.

“Sayang dia bakalan tidak tahu selama kamu tidak memberitahukannya, apalagi dia itu buta dan beri obat ini, dia akan menjadi linglung bahkan berhalusinasi dengan begitu kamu bisa menggugat cerai si cupu itu,” jelasnya sembari memberikan sebuah botol yang berisikan obat kepada Alisa.

“Lagian dia tidak tahu kalau kamu sebenarnya adalah pacarku dulu waktu kuliah, sampai sekarang pun aman kan?”

“Mas sih, coba waktu itu kamu mau bertanggung jawab dengan kehamilanku, dengan begini kan aku nggak pura-pura jatuh cinta sama si cupu itu!”

“Soalnya aku takut Mas jika orang tuaku tahu aku hamil sebelum menikah, mau taruh di mana reputasi mereka?” gerutunya kesal.

“Sayang, aku minta maaf, saat itu aku disuruh Papi untuk pergi ke luar negeri untuk mengurus Mami di rumah sakit, karena Papi waktu itu sedang berada diluar kota dan nggak bisa meninggalkan pekerjaannya, jadi sebagai anak tertua mau tak mau aku harus pergi ke sana,” kilahnya.

“Dan sekarang aku kembali kan Sayang, dan kita bisa kembali memadu kasih, walaupun kamu sudah menikah kamu tetap sangat menarik dari dulu hingga sekarang.”

“Kamu ingin kan hidup mewah tidak seperti hidupmu sekarang bersama Arlan?”

“Aku sih iya, Mas Arlan itu ternyata miskin, tidak punya apa-apa, walaupun dia itu pekerja keras dan sudah mempunyai rumah tetapi kecil, tetap saja selalu tidak memuaskan.”

“Aku pikir Mas Arlan itu pria yang kaya raya, ternyata zonk, nyesal aku menikah dengannya!”

“Aku mau pisah dengannya Mas, dan kita bisa menikah, kamu mau kan?” tanya Alisa penuh harap.

 

 

Related chapters

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   04. Kebohongan Allisa

    “Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”“Jalan satu-satunya yang harus begini.”“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.“Baiklah Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.Setel

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   05. Jati Diri

    Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   06. Penyesalan

    “Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   07. Negosiasi

    “Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   08. Wanita Itu Istriku

    “Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   09. Pria Misterius

    Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   10. Dia Harus Menjadi Milikku

    Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   11. Kekecewaan

    “Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan

Latest chapter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   37. Cerita Allisa

    “Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   36. Menemui Allisa

    “Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   35. Gugup

    Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   34. Siapa Pria Itu

    Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i

DMCA.com Protection Status