“Den, biar Bibi saja yang masak, Aden kan baru sembuh, lagian neng Alisa jadi pulang hari ini?” tanya pembantunya yang tidak tega melihat majikannya bersibuk ria di dapur.
“Iya, Bi tadi Alisa telepon katanya pulang sore ini dan aku harus memberi kejutan untuknya, kasihan dia selama enam bulan terakhir ini bekerja menggantikan aku di perusahaan Pak Bima.”“Untung saja Pak Bima mau menerima Alisa dan sekarang dia tidak perlu lagi bekerja karena aku sudah sembuh dan Alisa belum tahu, Bi, biarlah ini menjadi kejutan dan hadiah yang paling teristimewa untuknya.” Arlan merasa bahagia tidak ada rasa curiga semua tampak seperti biasa saja.Namun Bi Atun merasa kasihan melihat Arlan yang terlalu percaya diri tentang istrinya, sehingga dia pun tidak tega untuk menyakiti anak majikannya yang dia rawat dari kecil setelah ibunya meninggal.“Den, biar Bibi bantu ya, supaya cepat selesai, Bibi nggak tega toh, masa majikan yang masak, ini sudah tugas Bibi, sana istirahat saja di kamar!” perintahnya kepada Arlan.“Aku baik-baik saja, Bi, nggak perlu ada yang dikhawatirkan, kata dokter sudah sembuh seratus persen, lagian sudah tiga hari yang lalu Bi, aku sembuh dan sekarang waktunya Alisa harus tahu yang sebenarnya, dan aku akan kembali bekerja di sana,” jelasnya tersenyum sembari tangannya dengan cekatan mencuci daging ayam hingga bersih. “Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengembalikan kedua mataku untuk bisa melihat lagi, dan kamu manis, gara-gara kamu aku sudah bisa melihat lagi!”“Sebagai gantinya aku akan merawatmu dan tinggal di rumahku saja,” ucapnya berbicara dengan seekor anak kucing yang telah dia selamatkan dari mobil yang hampir menabraknya.Kucing putih itu seakan-akan tahu majikan baru itu sangat menyayanginya, dia lalu duduk manis melihat sang majikannya masih sibuk di dapur menyiapkan semua bahan masakan.Arlan yang hobinya memasak dengan cekatan bekerja di dapur, sesekali Bi Atun membantunya.Ada tiga macam hidangan yang dibuat sang suami, semua adalah masakan kesukaan Alisa sang istri.Ada sayur cap cay, ayam lada hitam dan udang goreng mentega. Tidak lupa ditambah kerupuk udang dan acar manis.Semua dia kerjakan dengan cepat dan bahagia, ditambah dengan bumbu cinta sehingga masakan itu telah siap hanya dalam waktu satu jam.Setelah selesai dia langsung menatanya di meja makan, ditambah dengan sekuntum bunga mawar merah yang dia ambil dari halaman rumah untuk menghiasi meja makan mereka.Aroma masakan yang tersaji sangat menggugah selera, tidak sabar rasanya Arlan untuk bisa makan berdua dengan istri tercintanya.Tepat jam empat sore semua sudah selesai semuanya, Arlan yang sudah mandi dan berganti pakaian, tidak lupa dia menyemprotkan parfum yang disukai istrinya itu.Arlan pun duduk sambil menunggu kedatangan sang istri yang baru pulang dari luar kota, menurutnya dia akan merasa lapar sehingga Arlan pun membuatkan masakan itu tanpa sepengetahuan Alisa. “Den, lama banget datangnya, coba ditelepon dulu, sudah sampai di mana jangan-jangan nggak jadi lagi pulang, masih di Bandung,” gerutu Bi Atun kesal yang ikut menunggu bersama Arlan.“Dia bilang sih jam setengah lima sore ini, Bi, mungkin masih di perjalanan, ponselnya nggak aktif lagi,” sahutnya sembari melihat ke arah gerbang pintu.“Mudah-mudahan sebentar lagi, deh, Bibi takut Den kalau Neng Alisa datang dengan Pak Bima dengan saling berpelukan seperti yang sudah-sudah mereka lakukan,” lirihnya dalam hati.“Den, sebaiknya kita tunggu di dalam saja, nanti kalau Neng Alisa datang, Bibi kasih tahu Aden ya,” usul Bi Atun bersemangat.“Nggak usah, Bi, paling-paling sebentar lagi Alisa pulang, Bibi nggak perlu khawatir, aku bukan anak kecil lagi, Bi yang mengeluh kalau sakit,” jelasnya kepada Bi Atun tersenyum.“Bukan itu Den tetapi hatimu yang akan sakit kalau kamu melihat apa yang istrimu lakukan di belakang kamu,” ucapnya dalam hati.“Maaf Den, Bibi tidak bisa mengatakannya karena Bibi belum bisa memastikan apakah mereka mempunyai hubungan atau tidak, walaupun di dalam hati kecil selalu mengatakan kalau mereka bukan sekedar anak buah dan atasannya tetapi lebih dari itu,” gerutunya dam hati.“Bi ... Bibi kenapa kok melamun, ada apa?” panggil Arlan seketika sehingga membuat Bi Atun terkejut.“Oh ... nggak apa-apa, Den,” jawabnya sedikit gugup.Beberapa menit kemudian sebuah mobil berwarna hitam mengkilap akhirnya masuk ke dalam halaman rumah Arlan.Dia sangat yakin itu adalah istrinya bersama Pak Bima bos mereka di kantor.Alisa turun dengan senyum yang mengembang semakin hari wanita yang sudah dinikahinya selama dua tahun itu semakin memesona di mata kaum laki-laki, sehingga tidak heran Pak Bima pun pasti akan luluh hatinya jika melihat kecantikan yang dimiliki oleh istrinya itu.Saat ingin menyambut istrinya tiba-tiba tangan Bima merangkul pinggang Alisa, sebuah pemandangan yang tak terelakkan.Bagaikan disambar petir, hatinya bergemuruh ada rasa sakit hati, cemburu bahkan tangannya ingin sekali menghajar Bima yang tak lain adalah bosnya sendiri itu berani memegang pinggang Alisa.Namun Alisa pun tak marah, malah dia tersenyum penuh arti, membuat Arlan semakin bingung.“Bi, tolong jangan kasih tahu Alisa, kalau aku sudah bisa melihat, dan biarkan ini menjadi rahasia untuk sementara!”“Ba-baik, Den,” sahutnya gugup.“Aku ingin tahu, sedekat itukah anak buah dan bosnya, sampai-sampai tangannya boleh menyentuh tubuh istriku dan Alisa ... ah dia tampak bahagia sepertinya,” ucapnya dalam hati.Sampai di teras rumah Alisa dan Bima yang tidak menyadari kalau mereka sedang ditunggu kedatangannya oleh Arlan, sedikit terkejut.“Loh Mas, kok di sini, Ayuk masuk!”“Apa kabar Lan?”“Alhamdulillah seperti yang Bapak lihat!” jawabnya tersenyum miris.“Maaf Lan, saya datang bersama Alisa dan saya hanya mengantarnya pulang, tetapi setelah ini ada tentu janji lagi, makanya kita nggak bisa lama-lama di sini, nggak apa-apa, kan?” jelasnya dengan santai.“Mari silakan masuk, Pak!”“Ayuk Mas eh ... maksudnya Pak Bima,” Alisa buru-buru mengoreksi kalimatnya.“Bagaimana kalau kita makan dulu, kamu pasti lapar kan, aku minta tolong sama Bi Atun untuk memasak ini semua, makanan kesukaanmu,” ucapnya menjelaskan dengan tersenyum.“Ayolah Mas, aku capek, lagian aku ada meeting lagi bersama Pak Bima, jadi aku harus mengosongkan perutku supaya nanti di sana tidak malu-maluin,” sahutnya sambil berjalan menuju kamarnya di atas.“Mas, kamu temani Pak Bima sebentar, aku mau mandi dan berganti pakaian dulu,” teriaknya saat masih dianak tangga.“Bi tolong buatkan minuman,” perintah Arlan kepada Bi Atun.“Baik, Den!”“Oh ya Pak, maafkan saya belum bisa menggantikan posisi Alisa di kantor, nanti kalau saya sudah bisa ...”“Ayolah Arlan tidak usah merasa bersalah, biarkan saja istrimu yang menggantikan posisimu sementara sampai kamu benar-benar bisa melihat, bukannya kata dokter kebutaanmu tidak permanen, suatu saat kamu bisa melihat lagi.” Bima tersenyum penuh arti.“Aku malah ingin kamu buta selamanya Arlan sehingga aku bisa menikmati tubuh istrimu selamanya bahkan aku bisa mendapatkan uang lebih dari apa yang istrimu miliki,” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.“Oh ya Lan, istrimu sangat pintar mengambil hati orang, buktinya klien kita dari Singapura itu mau bekerja sama dengan kita dengan menginvestasikan uangnya sebanyak yang kita mau loh, aku saja tidak bisa membuat klien itu menerima denganku, tetapi dengan bantuan Alisa semuanya beres.” “Makanya aku mau Alisa bertemu dengan klien kita dari Bali, dia juga ingin menginvestasikan dananya ke kita, kamu tahu Pak Dewa Ajibatara pengusaha dari Bali itu, kan, dia itu orang yang sangat susah ditaklukkan, siapa tahu dengan Alisa dia mau iya kan?” jelasnya mendetail.“Apa maksudnya ini, kenapa harus Alisa, bukannya Pak Dewa adalah lelaki hidung belang?” tanyanya dalam hati.“Mudah-mudahan dia mau bekerja sama dengan kita,” jelasnya sambil memuji Alisa.“Iya, saya sangat bersyukur mempunyai istri secantik dan sepintar Alisa, Pak!”“Dia selain istri juga bisa sebagai partner kerja yang patut diacungi jempol.” Arlan ikut memuji istrinya di depan Pak Bima dengan bangga.Tak lama kemudian Alisa turun dengan langkah kaki dari sepatu hak tingginya. Seketika Arlan terkejut dengan penampilan Alisa yang berpakaian terlalu minim.Memakai dres hitam yang ketat memperlihatkan lekuk tubuh bak gitar Spanyol, tanpa lengan dengan sedikit melihatkan belahan yang menggoda di bagian atas, sedangkan bagian bawah terlalu pendek sehingga memperlihatkan juga kaki jenjangnya yang putih mulus.Rambut hitamnya dibiarkan terurai panjang, hanya memakai penjepit rambut kecil berwarna putih. Dandanannya tidak terlalu tebal karena Alisa sudah memiliki paras yang cantik, sehingga tidak terlalu menggunakan make up yang berlebihan.Arlan ingin menegurnya tetapi dia tidak ingin dua oran
Arlan lalu menghentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, memastikan keberadaan istrinya di suatu tempat.Hal itu membuatnya terkejut saat melihat keberadaan Alisa ada di sebuah hotel bintang lima.“Apa dia pergi ke hotel? Katanya meeting dengan klien tetapi kenapa mereka ke sana, ada apa ini?”“Mudah-mudahan tebakanku ini salah, tetapi jika kamu menjual harga dirimu hanya karena uang, lihat saja kamu Alisa, aku tidak akan memaafkanmu!” Arlan bergegas melajukan kembali mobilnya sambil menghubungi seseorang.Tak lama kemudian seorang laki-laki sedang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah tas kecil dan sebuah jas yang di gantung.Mobil Arlan menepi dan membukakan secara otomatis untuk bisa orang itu masuk ke dalam mobil dan menaruh tas dan pakaian bergantung itu dengan rapi.Setelah selesai orang itu keluar dan Arlan pun melanjutkan perjalanannya dengan cepat.Sepuluh menit kemudian akhirnya Arlan sampai dan semakin yakin kalau istrinya berada di hotel itu karena dia bisa m
“Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”“Jalan satu-satunya yang harus begini.”“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.“Baiklah Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.Setel
Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin
“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong
“Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.
“Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan
Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de
“Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter
Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay
Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng
Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da
“Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”
“Kalian harus mengganti rugi karena sudah membuat saya marah. Pikirkan hukuman apa yang pantas untuk kalian, kamu tenang saja Bima dalam perjalanan menuju ke sini, saya ingin tahu dari mulutnya sendiri. Sementara itu kamu boleh keluar sebentar dan jangan berusaha kabur dari sini karena banyak anak buah saya yang siap akan mematahkan kaki kamu jika berusaha kabur, kamu mengerti?” ancamnya lagi “Ba—baik Tuan, permisi!” Doni keluar dari ruangan Allisa. Kini tinggal Arlan dan Allisa berada dalam satu ruangan itu. Arlan menatap tajam tapi entah kenapa wajah sayu Allisa menyihirnya kembali untuk merasa kasihan.Tidak bisa dipungkiri kalau Allisa adalah cinta pertamanya bahkan dia rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan cinta Allisa, tapi wanita itu malah mempermainkan hatinya. Bahkan dia pun berani menipu cinta Arlan setalah pria itu tidak mempunyai apa-apa dan buta.“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah menyelamatkan saya, dan apa yang harus saya berikan sebagai imbalan atau bala
“Tenang Arlan, kenapa kamu yang malah salah tingkah sih? Dia bakalan nggak tahu siapa kamu asalkan bisa memperlihatkan wibawa kamu,” tegur hatinya berkala. Arlan berusaha mengatur napasnya. Dia lalu berdiri dan berani menatap Ayumi yang sudah mendekati dan memandang wajah tampan itu. Seakan tersihir oleh pesona masing-masing sehingga mereka pun saling beradu tatap. Namun, sesaat Ayumi menyadari tindakan konyolnya yang mendekati Arlan. “Maaf Pak, saya telah lancang menatap Anda seperti itu. Saya tidak ada maksud untuk menggoda Anda, tolong jangan pecat saya. Hanya saja wajah Bapak tidak asing bagi saya atau mungkin hanya kembar saja, permisi!” Ayumi merutuk dirinya dan langsung ke luar dengan napas tersengal-sengal. “Apa yang kamu lakukan Yumi, kenapa kamu sangat berani menatap Bos kamu seperti itu? Mudah-mudahan dia tidak marah, ya Allah!” lirihnya masih begitu syok dengan apa yang dia lakukan sekarang.Hatinya berdegup kencang tapi sesaat kemudian Ayumi merasakan kalau dia perna
Langkahnya sedikit melambat karena dia sendiri pun bingung ingin menanyakan sesuatu kepada siapa. Namun, pada saat tiba di bagian pantri Ayumi pun melihat ada seseorang di sana yang sedang menyiapkan minuman entah untuk siapa.Bunyi ketukan pintu terdengar sehingga orang itu pun menoleh ke belakang. “Permisi Bu, saya mengganggu sebentar,” ucap Ayumi ramah.“Ya, ada apa ya?” tanya wanita paru baya itu lagi dengan membalasnya ramah juga dan mempersilakan masuk ke dapur. “Maaf, saya ingin bertanya sesuatu karena saya masih baru kerja mulai hari ini dan tadi saat ada di ruangan Pak Panji, saya menerima telepon, ucapan memberi perintah untuk pergi ke ruangan nya, tapi saya bingung ruangan yang mana, belum saya mau bertanya tiba-tiba saja sudah terputus,” jelas Ayumi bingung.Sedangkan wanita paru baya itu begitu menyimak apa yang disampaikan Ayumi sambil manggut-manggut seakan mengerti siapa yang dimaksud oleh Ayumi.“Wah, kamu harus hati-hati dengan pria itu. Wajahnya memang tampan r
Mendengar ucapan itu membuat hati Sheila panas dan ingin sekali melayangkan tangannya ke wajah tampan Arlan tapi melihat isyarat dari papanya Sheila pun mengurungkan niatnya. Hanya bisa memendam rasa itu yang seakan-akan telah menghinanya secara terang-terangan. “Maaf Pak Radit, saya akan menyetujui permintaan Bapak untuk merevisi proposal ini dan kami janji akan membuat Bapak terkesan. Beri kami waktu dua hari saja untuk mengkaji kembali proposal kami dan kami janji tidak akan mengecewakan untuk kedua kalinya,” ucap Pak Daniel melunak. “Baiklah, saya bukan orang yang tidak menghargai kerja keras orang lain selama orang itu mau menerima kritikan dan masukan dari saya. Tepat di hari itu saya akan memutuskan apakah perusahaan Anda layak berdampingan dengan perusahaan saya atau tidak, permisi!” Lagi-lagi sikap Arlan membuat mereka geram tapi mereka harus bersabar karena proyek ini sangat dikejar oleh Daniel. “Terima kasih, Pak Radit, kalau begitu kami permisi, selamat siang!” Daniel i