Sementara itu, di sisi lain dunia, dunia yang begitu penuh dengan kegelapan, dunia tempat di mana iblis tinggal, tengah diadakan pesta besar besaran. Lebih tepatnya di kerajaan Madome, salah satu kerajaan yang sangat mendukung keberadaan Chofa di dunia manusia untuk kebutuhan para iblis di sana. Jiwa-jiwa manusia yang dimakan oleh Chofa dikumpulkan ke dalam bejana transparan besar di mana. sangat banyak apalagi pasca malam bencana yang barusan dihadapi oleh manusia. Hampir seluruh iblis di kerajaan tersebut bersuka cita, mereka minum dan makan dengan lahap seraya senang menyambut jiwa-jiwa manusia yang telah mereka dapatkan.
Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya jika jiwa adalah makanan yang sangat lezat bagi ras Iblis. Daging, susu, masakan yang enak atau apa pun itu akan kalah lezatnya jika dibandingkan dengan jiwa, karena itulah mereka mengirimkan Chofa sebagai pemburu jiwa manusia yang nantinya akan me
Malam itu gelap, sinar rembulan tertutup rapat awan hitam, semilir angin malam mampu menghadirkan rasa dingin di setiap tubuh manusia, menjadikan setiap orang memakai minimal satu penghangat dari tubuhnya, baik sweeter, jaket, maupun sekedar dua baju berbahan tebal.“Dingin, ya?” ujar Narto, salah seorang warga di sebuah warung kopi di pinggir jalan yang cukup sunyi sembari mengobrolkan masalah yang selalu meresahkan masyarakat Yamaisia belakangan ini. Yamaisia, sebuah negara di balik cermin suatu wilayah bernama Nusantara, apa yang ada di dalamnya merupakan cerminan hampir persis wilayah tersebut.“Kabarnya, jika malam dingin begini, terus cahaya bulan tak tampak, ‘dia’ akan muncul dan mencari korban…” ucap secara bisik salah seorang lagi di warung kopi tersebut, Rehan.“Sssttt… jangan sebut-sebut nama itu,” kata wanita penjaga warung yang sedang membuatkan secangkir kopi untuk pelanggannya.
Siang terik saat itu, mata hari hampir menyentuh puncaknya, Vee menulis apa yang dia temui semalam, ia harus menuliskan pembasmian Chofa di sebuah buku harian berwarna merah. Catatan-catatan tersebut kemudian akan menjadi pemantauan perkembangan Chofa di kemudian hari. Pasalnya, Vee tak jarang bertemu Chofa yang sudah mendapatkan bentuk karena sudah memakan cukup banyak jiwa. Ada yang berbentuk raksasa besar, hewan seperti singa bersayap atau kera yang memiliki mata merah, semua bentuk itu mungkin dirupai Chofa yang sudah mendapatkan cukup jiwa tergantung dari gabungan emosi-emosi dari jiwa-jiwa yang Chofa makan.Vee menuliskannya dengan teliti, menceritakan segala yang ia lihat dan rasakan meski semalam hanyalah Chofa belum berwujud yang ia temui.“Kak Vee sedang menulis apa?” tanya seorang lelaki kecil-adik dari Vee-yang tiba-tiba saja ada di belakang tempat duduk Vee.Dengan sigap, Vee menutup buku berwarna merah tersebut dan berdalih lain tentang
WUSH!BRAKG!Sebuah hantaman ke arah Vee dan lelaki misterius dari Chofa yang sedang mencoba untuk mencapai wujudnya, mereka berdua dapat menghindari itu dengan meloncat ke atap gedung sekolah. Saat Vee mulai menyiapkan kuda-kuda dengan pedangnya, sesuatu seperti es tiba-tiba menjalar di depan Vee, menghalangi aksinya. Melihat lelaki misterius itu memiliki kekuatan di atas manusia biasa, Vee pun penasaran dengannya. “Kau dari keluarga Ice?” tanya Vee sembari mengembalikan tubuhnya ke keadaan rileks.“Sudah jelas, bukan?” balas lelaki itu. “Aku adalah Lava-”“Kenapa kau membiarkan Chofa itu memakan jiwa penjaga sekolah barusan!?” potong Vee dengan nada marah, ia tak bisa menampakkan raut dengan wajah tengkorak yang mengerikan itu.“Hey… aku tidak tahu jika ada pemburu Chofa yang masih melawan Chofa sebelum mendapatkan wujudnya-”“Apa kau bilang!?” Vee memberikan pu
Chofa lahir beratus-ratus tahun yang lalu, tak ada yang tahu kapan kemunculan persis pertamanya. Namun ada sebuah cerita turun temurun yang melegenda tentang kelahiran awal mula Chofa yang tadinya tak ada. Konon katanya, ada manusia yang berteman baik dengan iblis, dia adalah seorang pria bernama Anar. Anar memiliki kemampuan unik dengan bisa memasuki dunia selain dunia manusia sesukanya, termasuk dunia tempat iblis berada.Pertama kali Anar mengetahui kekuatannya saat dia berusia tiga belas tahun, saat itu, sebuah lubang hitam muncul di hadapan Anar ketika dia mengarahkan kedua telapak tangan ke depan. Bocah yang baru genap tujuh tahun itu awalnya takut dengan kejadian yang ia alami, namun lama kelamaan ia semakin penasaran dengan lubang hitam yang selalu muncul jika ia dengan sengaja mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan. Suatu ketika, Anar memasuki lubang hitam yang misterius tersebut. Anar berhasil masuk, tubuhnya seolah terseret dengan cepat ke dalam lubang hitam.
Anar menghabiskan waktunya di Dunia Iblis dengan rasa penasaran tinggi, meski awalnya banyak Ras Iblis mendelik bingung-mengapa ada manusia di dunia tersebut? Namun lama kelamaan pikiran-pikiran itu sirna, Anar bisa menunjukkan jika dia hanyalah anak kecil biasa. Ditambah banyak kaki-tangan Verte yang menjelaskan pada warga desa mengenai Anar, di mana ia hanyalah seorang anak manusia yang tersesat dan akan dikembalikan nanti.Iblis bisa berbahasa manusia namun Anar tidak bisa mengerti atau mengucapkan bahasa yang digunakan iblis, oleh karena itu, Anar diberi kemampuan untuk memahami bahasa yang digunakan iblis.Anar mempunyai teman sebayanya bernama Greill, Greill adalah iblis wanita yang berumur tiga belas tahun-sama seperti Anar saat itu. Greill memiliki fisik seperti manusia namun berpasang tanduk hitam seperti iblis pada umumnya. Greill juga memiliki tampang seperti manusia yang membuatnya menarik sebagai seorang wanita.Greill mengenalkan banyak hal mengena
Vee menyusuri kota dengan bentuk setengah iblisnya, membawa serta pedang di tangan kanan untuk bersiaga jika ada Chofa yang mendadak ia temukan. Vee melompati setiap gedung, menikmati angin malam yang namun tenang. Tudung hitam selalu menutupi kepala tengkoraknya agar tidak diketahui orang.Tengah malam sudah tiba, dan tidak ada Chofa yang ditemukan Vee malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah tuk beristirahat. Vee tetaplah manusia yang membutuhkan tidur. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Vee tidak menemukan hal yang mencurigakan seperti tanda-tanda kemunculan Chofa atau apa pun. Biasanya, Vee akan menangani Chofa yang ia temukan terlebih dahulu meski dalam perjalanan pulang, ia tidak mungkin bisa tidur nyenyak jika mendapati Chofa yang belum ia basmi.Vee terlebih dahulu memastikan jika adiknya sudah tertidur nyenyak lewat jendela yang bisa ia intip, meski kamar tersebut gelap, Vee bisa menggunakan cahaya biru dari matanya untuk menerangi penglihatan. Setel
Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.Setelah pikiran Vee kembali tenang,
Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah
Sementara itu, di sisi lain dunia, dunia yang begitu penuh dengan kegelapan, dunia tempat di mana iblis tinggal, tengah diadakan pesta besar besaran. Lebih tepatnya di kerajaan Madome, salah satu kerajaan yang sangat mendukung keberadaan Chofa di dunia manusia untuk kebutuhan para iblis di sana. Jiwa-jiwa manusia yang dimakan oleh Chofa dikumpulkan ke dalam bejana transparan besar di mana. sangat banyak apalagi pasca malam bencana yang barusan dihadapi oleh manusia. Hampir seluruh iblis di kerajaan tersebut bersuka cita, mereka minum dan makan dengan lahap seraya senang menyambut jiwa-jiwa manusia yang telah mereka dapatkan. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya jika jiwa adalah makanan yang sangat lezat bagi ras Iblis. Daging, susu, masakan yang enak atau apa pun itu akan kalah lezatnya jika dibandingkan dengan jiwa, karena itulah mereka mengirimkan Chofa sebagai pemburu jiwa manusia yang nantinya akan me
Keluarga Drakon adalah mereka yang diakui sebagai garis langsung keturunan manusia naga pertama. Keluarga Drakon yang melawan Chofa ada lebih dulu daripada keluarga-keluarga Pembasmi Chofa lainnya. Mereka ada jauh sebelum keluarga Ice mendapatkan kekuatan, juga sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan iblisnya. Mereka sudah ada jauh sebelum itu. Dalam kitab yang diturunkan turun-temurun kepada keluarga Drakon, awal mula mereka terbentuk bukanlah atas dasar adanya Chofa, karena Chofa saat itu belum muncul di permukaan bumi atau bisa dibilang masih dalam kurungan di dunia iblis. Pada saat itu, terdapat duan aga yang berhasil menemukan sebuah dunia dengan manusia yang sangat banyak di dalamnya beserta sumber daya alam yang sangat melimpah. Seperti tanaman, air, panas yang stabil, tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Alhasil, dua naga itu membentuk kerajaannya sendiri dengan manusia-manusia sebag
“Kau belum menyebutkan nama,” cegat Tokki pada Vee yang hanya merespon dengan diam saat didengarkan sebuah nama. “Ah iya, namaku Vee, Vee Avalon,” jawab Vee dengan ragu-ragu karena baru pertama kali ini ia bertemu langsung dengan anggota keluarga Drakon secara langsung. “Vee? Nama yang indah!” celetuk Tokki. Gadis Naga itu berjalan mendekat ke arah Lava yang akan memasuki gua. “Gua apa ini?” tanya Tokki asal. “Apa kita akan masuk?” Mereka berdua sudah ada di mulut gua, sementara Vee sedikit berlari untuk menyusul. “Apa kita benar akan masuk? Kita takt ahu apa yang ada di dalam sana, bukan?” cemas Vee. “Tenang saja,
“Jadi… apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Lava setelah menceritakan kejadian malam mengerikan yang ia lihat. Vee menggeleng sebagai tanda ia tak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tangan lembut Vee masih menggenggam mayat sang Adik, ia tak mampu untuk melepaskannya meski mayat itu perlahan mulai dingin, juga kaku seperti sebuah papan. Untuk yang kesekian kalinya air mata Vee mengalir perlahan, menetes sampai pada kulit mayat berwajah Feri tersebut. Vee merasa benar-benar tak tau arah setelah kematian Feri, seperti keinginan untuk membasmi Chofa pun lenyap begitu saja. “Apa kau akan terus-menerus menangisinya dan tidak akan berbuat apa-apa?” celetuk Lava. “Memangnya… apa yang bisa aku perbuat untuk menghidupkannya kembali?” kalimat Vee mulai
Perlahan, tabir yang menyelimuti mereka berlima mulai terbuka, dapat dirasakan oleh masing-masing dengan pertanda yang berbeda-beda. Setelah seluruh bagian tabir terbuka, mereka melihat dunia yang baru. Ya, dunia yang mereka kenali itu ternyata baru saja luluh lantah, selama ini tabir tersebut menutupinya, sebuah peristiwa yang terjadi saat mereka berlima sibuk melawan Chofa yang kuat di dalam tabir. “A-apa yang terjadi?” Savi bertanya pada entah siapa, sementara matahari mulai malu-malu muncul dari ufuk timur. Vendre menggeleng sebagai pertanda tidak tahu, begitu pula dengan Asta dan Vee dalam menanggapi pertanyaan Savi yang terlihat panik. Karena matahari yang mulai menunjukkan sinarnya, tubuh-tubuh mereka yang tadinya kerangka, kini kembali menjadi m
Vee dan Vendre bergerak bersamaan, mereka hampir melaju dengan kecepatan yang sama, hanya saja Vee sedikit lebih cepat. Gadis tengkorak itu diselimuti penuh oleh aura hitam kuat yang stabil, sementara Vendre masih berusaha mengeluarkan api merah meski tidak sebesar sebelumnya. Kedua tusukkan pedang mereka tepat mengenai bagian lemah yang direncanakan, Vendre agak telat sedikit. Dari tusukkan tersebut, retaknya merambat. Chofa yang besar itu berteriak keras, membuat gemuruh yang hebat, ombak pun terpengaruh olehnya. “Sekarang! Asta!” perintah Riv selanjutnya. Asta yang sedari tadi sudah mengumpulkan energi di dalam pedang besar, kini tengah dibantu oleh Savi, membuat pedang yang berasap hitam itu bercampur dengan api hijau. Asta mengayunkan dengan cepat pedangnya bersamaan dengan Vee dan Vendre yang lekas menghindar dari sasar
Api merah adalah sebuah kekuatan Avalon yang sudah sangat jarang ditemukan karena cukup berbahaya jika penggunanya kehilangan konsentrasi barang sebentar saja. Pasalnya, api itu memanfaatkan banyak energi dari iblis secara tiba-tiba yang dicampur dengan amarah dari manusia. Vendre sudah menguasai amarah yang bisa dia keluarkan meski tak ada hal yang membuat marah maup[un sedih di sekelilingnya. Itu berarti, Vendre bisa menangis maupun marah tanpa sebab. Bahkan di saat sekarang pun, ia dalam kondisi sedih dan marah secara bersamaan, pedang yang masih di dalam sarung itu pun berkibarkan api merah yang cukup besar. Angin mulai kembali berhembus kencang, namun kali ini sebagai respon dari kekuatan Vendre yang luar biasa. Lelaki itu melompat, bergerak dengan cepat, menebas bagian leher Chofa yang sedang mereka berlima hadapi. Seketika leher Chofa yang besar itu penuh dengan kobaran api searah goresan pedang milik Vendre. Namun, tak sedikit pun terpotong.&n
Serangan dari Asta membuat seisi pantai bergemuruh, tebing tinggi itu pun perlahan oleh tebasan yang semakin bergetar. Tidak berselang lama, tebing tersebut berhasil di hancurkan berkeping-keping. Pasca itu terjadi, tebasan pedang hitam itu berhenti, Asta terlihat sangat bisa mengendalkan kekuatannya. Begitulah yang disadari oleh Vee. Perlahan debu-debu yang menyelimuti bekas tebing barusan mulai menghilang dibawa angin malam ke arah laut. Dan terlihatlah sebuah gua di sana, gua yang mengarah ke dalam tanah meski masih terllihat samar-samar. “Gua?” Vendre bergumam perihal apa yang pandangannya bicarakan. Gerbang menuju suatu tempat yang diduga adalah laboratorium Chofa itu terbuka, tapi apakah tabir yang menyelimuti tadi juga sudah hilang? Begitul
“Hahaha!” Fazl terbahak mendengar cerita dari Vee siang itu yang menjelaskan jika penghalang di pantai itu hanyalah melindungi dari manusia. “Semudah itu? Kenapa pasukan payah itu tidak bisa menemukan solusinya,” ia kembali menundukkan kepala sembari meremas rambutnya sendiri. “Malam ini, mala mini juga kita harus serang tempat itu habis-habisan, entah makhluk macam apa yang ada di sana, kita akan serang mereka bersamaan.” Vee hanya balas dengan anggukkan, gadis cantik itu masih tidak mengerti mengapa raut wajah sang Ayah dapat berubah begitu cepat dari tertawa menjadi semurung sekarang. Fazl pergi begitu saja dari rumah yang didiami Vee setelah mmeberikan arahan mengenai teknis penyerangan nanti malam. “Apa aku boleh ikut?