Share

Psychofagos: Pemakan Jiwa
Psychofagos: Pemakan Jiwa
Penulis: Zeromanaka

0. Vee

Penulis: Zeromanaka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 19:26:24

Malam itu gelap, sinar rembulan tertutup rapat awan hitam, semilir angin malam mampu menghadirkan rasa dingin di setiap tubuh manusia, menjadikan setiap orang memakai minimal satu penghangat dari tubuhnya, baik sweeter, jaket, maupun sekedar dua baju berbahan tebal.

“Dingin, ya?” ujar Narto, salah seorang warga di sebuah warung kopi di pinggir jalan yang cukup sunyi sembari mengobrolkan masalah yang selalu meresahkan masyarakat Yamaisia belakangan ini. Yamaisia, sebuah negara di balik cermin suatu wilayah bernama Nusantara, apa yang ada di dalamnya merupakan cerminan hampir persis wilayah tersebut.

“Kabarnya, jika malam dingin begini, terus cahaya bulan tak tampak, ‘dia’ akan muncul dan mencari korban…” ucap secara bisik salah seorang lagi di warung kopi tersebut, Rehan.

“Sssttt… jangan sebut-sebut nama itu,” kata wanita penjaga warung yang sedang membuatkan secangkir kopi untuk pelanggannya.

“Halah! Itu mah cuma mitos!” kata seorang pria berambut panjang dan memakai pakaian serba hitam yang duduk agak berjarak dari obrolan. Ia meminum kopi sekali teguk, “Gluk!”.

“Buset!” kaget Narto.

“Tapi kemarin, ada yang bercerita jika ‘dia’ muncul, sosoknya menyeramkan,” tambah Rehan.

“Ah, sudah, Mas. Jangan omongin masalah itu lagi, saya takut,” gelisah sang Penjaga Warung.

Tiba-tiba, pria berbaju hitam tadi meninggalkan warung dengan dua cangkir kopi kosong dan empat buah keping Hella-mata uang yang digunakan Negara Yamaisia.

“Haus kali tuh orang ya? Hahaha, minum dua cangkir kopi gak sampai selesai kedip,” celoteh Narto dengan kesan medok yang khas.

Malam semakin sunyi, Narto dan Rehan baru saja usai menghabiskan secangkir kopinya dan membayar, namun sebelum mereka pergi, kabut hitam tiba-tiba datang, semilir angin dingin yang tadinya terus berhembus kini diam seakan memerintah kabut hitam itu agar tetap berada di sekitar warung kopi tersebut.

“I-ini…” Kaki Narto gemetaran, wajah yang tadinya selalu mengeluarkan kesan canda sekarang menjadi pucat pasi. Begitu pula dengan Rehan yang sudah tak bisa berkata-kata.

“Lari!” sang Penjaga Warung sudah lari terlebih dahulu setelah menyadari ada yang tidak beres dengan warungnya.

Narto dan Rehan saling berpandangan, memastikan apakah mereka sepikiran atau tidak. “L-lari, Han!” seru Narto.

“T-tidak bisa!” Mereka berdua mencoba menggerakkan kaki namun hal itu sekan mustahil, ada sesuatu yang mencengkeram kedua kaki mereka.

“Di bawah ada…” Rehan mencoba menebak namun ia keburu penasaran ingin melihat ke belakang dan terbelalak sebelum menyelesaikan kalimatnya. “Nar… Narto…” Rehan mencoba menepuk bahu kawannya dengan pandangan masih mengarah ke belakang, namun tepukan tangan itu tak kunjung mengenai teman yang seharusnya berada di sampingnya. “Narto!” panggil Rehan sekali lagi. Setelah Rehan menengok ke arah Narti, kawannya itu sudah tiada di sisinya. “Narto!?”

WUZH!

“Tolong!” teriak Narto yang sudah bergelayutan di atas Rehan, kakainya ditarik oleh sosok makhluk yang membuat Rehan terbelalak barusan. Melihat itu, jiwa pengecut Rehan sedikit bangkit, ia berniat laru namun lupa jika kakinya juga dipegang oleh makhluk mengerikan tersebut. “Sial!”

Chofa, adalah sebutan makhluk mengerikan tersebut, ia adalah sekumpulan emosi-emosi jahat yang menjelma menjadi sesosok makhluk pemakan jiwa manusia. Semakin banyak jiwa yang dia makan maka semakin kuat kemampuannya. Chofa yang sedang mencoba memakan Narto dan Rehan kali ini berwujud makhluk abstrak berwarna hitam, namun ia memiliki mulut yang sedia kapan pun menelan jiwa manusia. Tubuh abstraknya tersebut bisa berwujud apa saja tergantung dari kekuatan yang Chofa miliki, saat ini, ia hanya mampu membentuk empat tangan.

“Tolong!” teriak Rehan yang lebih dahulu akan dimakan oleh Chofa,

“Rehan!” teriak Narto nyaring, kemudian menutup matanya saat Rehan akan dimakan oleh Chofa. “Tidak!”

GLEGK! Chofa dengan mudahnya menelan Rehan. Sekarang giliran Narto, ia dibawa menuju mulut yang sudah menganga lebar, bersiap menelan jiwa siapa pun.

“Tidak! Aku belum mau mati! Aku belum menikah!” teriak Narto histeris.

Tepat sebelum Narto akan dimakan, sesosok makhluk menyeramkan lainnya datang, membawa sebuah pedang lalu melompat tinggi dan menebas lengan Chofa yang membuat Narto kini lepas dan terjatuh.

SLASH!

Makhluk tersebut bertubuh seperti seorang wanita namun memiliki kepala tengkorak yang berambut panjang tergerai. Wanita berkepala tengkorak tersebut adalah Vee, seseorang yang menjalin kontrak dengan Iblis secara turun-temurun dari keluarganya. Kontrak tersebut menjadikan dirinya mempunyai kekuatan iblis, dan kekuatan tersebut akan terus meningkat menjelang tengah malam. Namun bayaran dari itu adalah: Setiap matahari mulai tenggelam, Vee harus menjadi setengah iblis dengan wajah yang menyeramkan.

Sebelum Narto terjatuh, Vee lebih dahulu menangkapnya dan membawa lelaki lajang tersebut ke tempat yang aman.

Vee menyiapkan kuda-kuda dengan pedang bersarung-tak pernah ia lepas sarung pedang tersebut sampai saat ini-peninggalan keluarganya turun-temurun yang juga digunakan untuk membasmi Chofa. Pedang Ava, adalah pedang khas keluarga Avalos, yaitu nama keluarga yang saat ini disandang Vee sebagai salah satu pembasmi Chofa.

Makhluk hitam abstrak tersebut-Chofa-memperbanyak lengannya, kemudian menyerang Vee bertubi-tubi namun Vee berhasil menghindar. Beberapa lengan dapat Vee tebas dengan lihainya-tanpa sedikit pun membuka sarung pedang Ava-, seperti ia tengah menari di antara empat tangan yang jika ia potong selalu tumbuh. Semakin waktu, Vee semakin mendekati Chofi tersebut. Setelah yakin jika Chofi ada dalam jangkauan jurusnya, Vee menusukkan pedang tepat di sebuah titik hitam Chofi, itu adalah inti dari Chofi yang harus dihancurkan agar dia bisa dikalahkan. Vee mengeluarkan sesuatu dari sakunya, itu adalah sebuah Bunga Mawar, Bunga Mawar tersebut bisa menyerap kekuatan Chofi. Karena jika tidak diserap, aura hitam yang berbentuk asap sisa Chofi akan berkeliaran tak tentu arah dan mempunyai kemungkinan besar membentuk Chofi baru lewat emosi negatif manusia.

***

Pagi itu cerah, kokok jago bersuara nyaring, matahari mempunyai sinar yang indah dan awan tak menyapa dengan gelapnya mendung. Vee membuka tokonya tepat pukul tujuh pagi setelah bersiap-siap. Toko miliknya menjual berbagai jenis tanaman hias yang cukup lengkap, dari mulai yang biasa seperti Lidah Mertua, Paku Tanduk Rusa, Philodendron, bunga-bungaan seperti Mawar-Melati, sampai yang langka seperti Bunga Kosmos Cokelat pun tersedia di toko milik Vee yang bernama “Batang Pohon Ajaib”.

“Bibit Philodendron ini berapa, Mba?” tanya seorang pelanggan lelaki siang itu sedikit berteriak karena tempat Vee agak jauh.

Vee mendekat berlari menghampiri. “Itu… seratus keping Hella, A.”

“Mahal amat, Mba-” mulut lelaki itu terkunci saat melihat paras cantik Vee. “Ah, iya baik. Seratus keping.”

“Terima kasih,” kata Vee sembari tersenyum manis, lelaki itu membalas senyumnya sembari membawa bibit yang dia beli.

Seperti itulah, Vee menjalani kehidupannya seperti manusia biasa ketika pagi, sampai sore hari.

Bab terkait

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   1. Malam Menjelang

    Siang terik saat itu, mata hari hampir menyentuh puncaknya, Vee menulis apa yang dia temui semalam, ia harus menuliskan pembasmian Chofa di sebuah buku harian berwarna merah. Catatan-catatan tersebut kemudian akan menjadi pemantauan perkembangan Chofa di kemudian hari. Pasalnya, Vee tak jarang bertemu Chofa yang sudah mendapatkan bentuk karena sudah memakan cukup banyak jiwa. Ada yang berbentuk raksasa besar, hewan seperti singa bersayap atau kera yang memiliki mata merah, semua bentuk itu mungkin dirupai Chofa yang sudah mendapatkan cukup jiwa tergantung dari gabungan emosi-emosi dari jiwa-jiwa yang Chofa makan.Vee menuliskannya dengan teliti, menceritakan segala yang ia lihat dan rasakan meski semalam hanyalah Chofa belum berwujud yang ia temui.“Kak Vee sedang menulis apa?” tanya seorang lelaki kecil-adik dari Vee-yang tiba-tiba saja ada di belakang tempat duduk Vee.Dengan sigap, Vee menutup buku berwarna merah tersebut dan berdalih lain tentang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   2. Keluarga Ice

    WUSH!BRAKG!Sebuah hantaman ke arah Vee dan lelaki misterius dari Chofa yang sedang mencoba untuk mencapai wujudnya, mereka berdua dapat menghindari itu dengan meloncat ke atap gedung sekolah. Saat Vee mulai menyiapkan kuda-kuda dengan pedangnya, sesuatu seperti es tiba-tiba menjalar di depan Vee, menghalangi aksinya. Melihat lelaki misterius itu memiliki kekuatan di atas manusia biasa, Vee pun penasaran dengannya. “Kau dari keluarga Ice?” tanya Vee sembari mengembalikan tubuhnya ke keadaan rileks.“Sudah jelas, bukan?” balas lelaki itu. “Aku adalah Lava-”“Kenapa kau membiarkan Chofa itu memakan jiwa penjaga sekolah barusan!?” potong Vee dengan nada marah, ia tak bisa menampakkan raut dengan wajah tengkorak yang mengerikan itu.“Hey… aku tidak tahu jika ada pemburu Chofa yang masih melawan Chofa sebelum mendapatkan wujudnya-”“Apa kau bilang!?” Vee memberikan pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   3. Sejarah Keberadaan Chofa (1)

    Chofa lahir beratus-ratus tahun yang lalu, tak ada yang tahu kapan kemunculan persis pertamanya. Namun ada sebuah cerita turun temurun yang melegenda tentang kelahiran awal mula Chofa yang tadinya tak ada. Konon katanya, ada manusia yang berteman baik dengan iblis, dia adalah seorang pria bernama Anar. Anar memiliki kemampuan unik dengan bisa memasuki dunia selain dunia manusia sesukanya, termasuk dunia tempat iblis berada.Pertama kali Anar mengetahui kekuatannya saat dia berusia tiga belas tahun, saat itu, sebuah lubang hitam muncul di hadapan Anar ketika dia mengarahkan kedua telapak tangan ke depan. Bocah yang baru genap tujuh tahun itu awalnya takut dengan kejadian yang ia alami, namun lama kelamaan ia semakin penasaran dengan lubang hitam yang selalu muncul jika ia dengan sengaja mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan. Suatu ketika, Anar memasuki lubang hitam yang misterius tersebut. Anar berhasil masuk, tubuhnya seolah terseret dengan cepat ke dalam lubang hitam.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   4. Sejarah Keberadaan Chofa (2)

    Anar menghabiskan waktunya di Dunia Iblis dengan rasa penasaran tinggi, meski awalnya banyak Ras Iblis mendelik bingung-mengapa ada manusia di dunia tersebut? Namun lama kelamaan pikiran-pikiran itu sirna, Anar bisa menunjukkan jika dia hanyalah anak kecil biasa. Ditambah banyak kaki-tangan Verte yang menjelaskan pada warga desa mengenai Anar, di mana ia hanyalah seorang anak manusia yang tersesat dan akan dikembalikan nanti.Iblis bisa berbahasa manusia namun Anar tidak bisa mengerti atau mengucapkan bahasa yang digunakan iblis, oleh karena itu, Anar diberi kemampuan untuk memahami bahasa yang digunakan iblis.Anar mempunyai teman sebayanya bernama Greill, Greill adalah iblis wanita yang berumur tiga belas tahun-sama seperti Anar saat itu. Greill memiliki fisik seperti manusia namun berpasang tanduk hitam seperti iblis pada umumnya. Greill juga memiliki tampang seperti manusia yang membuatnya menarik sebagai seorang wanita.Greill mengenalkan banyak hal mengena

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   5. Iblis di Dalam Diri

    Vee menyusuri kota dengan bentuk setengah iblisnya, membawa serta pedang di tangan kanan untuk bersiaga jika ada Chofa yang mendadak ia temukan. Vee melompati setiap gedung, menikmati angin malam yang namun tenang. Tudung hitam selalu menutupi kepala tengkoraknya agar tidak diketahui orang.Tengah malam sudah tiba, dan tidak ada Chofa yang ditemukan Vee malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah tuk beristirahat. Vee tetaplah manusia yang membutuhkan tidur. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Vee tidak menemukan hal yang mencurigakan seperti tanda-tanda kemunculan Chofa atau apa pun. Biasanya, Vee akan menangani Chofa yang ia temukan terlebih dahulu meski dalam perjalanan pulang, ia tidak mungkin bisa tidur nyenyak jika mendapati Chofa yang belum ia basmi.Vee terlebih dahulu memastikan jika adiknya sudah tertidur nyenyak lewat jendela yang bisa ia intip, meski kamar tersebut gelap, Vee bisa menggunakan cahaya biru dari matanya untuk menerangi penglihatan. Setel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   6. Sebuah Perkenalan

    Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.Setelah pikiran Vee kembali tenang,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   7. Emosi Negatif Manusia (1)

    Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   8. Emosi Negatif Manusia (2)

    Chofa sangat tertarik dengan emosi negatif manusia. Marah, kesal, dendam,putus asa, iri, benci dan masih banyak lagi. Chofa akan mendekati manusia-manusia yang sedang dalam emosi tersebut. Mengajak mereka untuk terjerumus ke suatu tindakan yang menjadi ujung dari sebuah kehidupan, membunuh atau dibunuh. Chofa tidak akan memakan jiwa-jiwa manusia yang memiliki emosi negatif kuat, ia akan merasuki manusia-manusia tersebut dan menjadikannya sebagai tameng untuk bisa bertahan hidup dari kemusnahan dua kali.Saat emosi negatif manusia meninggi, saat itulah Chofa sangat memiliki cela lebar untuk masuk. Setelah seorang manusia dirasuki oleh Chofa, manusia tersebut tidak lagi utuh, kebanyakan dari tindakannya dikuasai Chofa, aura hitamnya pun akan terasa kental, apalagi saat hari semakin malam.Anak perempuan yang dirasuki oleh Chofa dan sedang berhadapan dengan Lava juga Vee itu adalah Fira. Fira memiliki kehidupan yang begitu menyesakkan hati. Ayah dan ibunya sudah pisah sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10

Bab terbaru

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   53. Pahlawan Kerajaan Iblis

    Sementara itu, di sisi lain dunia, dunia yang begitu penuh dengan kegelapan, dunia tempat di mana iblis tinggal, tengah diadakan pesta besar besaran. Lebih tepatnya di kerajaan Madome, salah satu kerajaan yang sangat mendukung keberadaan Chofa di dunia manusia untuk kebutuhan para iblis di sana. Jiwa-jiwa manusia yang dimakan oleh Chofa dikumpulkan ke dalam bejana transparan besar di mana. sangat banyak apalagi pasca malam bencana yang barusan dihadapi oleh manusia. Hampir seluruh iblis di kerajaan tersebut bersuka cita, mereka minum dan makan dengan lahap seraya senang menyambut jiwa-jiwa manusia yang telah mereka dapatkan. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya jika jiwa adalah makanan yang sangat lezat bagi ras Iblis. Daging, susu, masakan yang enak atau apa pun itu akan kalah lezatnya jika dibandingkan dengan jiwa, karena itulah mereka mengirimkan Chofa sebagai pemburu jiwa manusia yang nantinya akan me

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   52. Keluarga Drakon

    Keluarga Drakon adalah mereka yang diakui sebagai garis langsung keturunan manusia naga pertama. Keluarga Drakon yang melawan Chofa ada lebih dulu daripada keluarga-keluarga Pembasmi Chofa lainnya. Mereka ada jauh sebelum keluarga Ice mendapatkan kekuatan, juga sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan iblisnya. Mereka sudah ada jauh sebelum itu. Dalam kitab yang diturunkan turun-temurun kepada keluarga Drakon, awal mula mereka terbentuk bukanlah atas dasar adanya Chofa, karena Chofa saat itu belum muncul di permukaan bumi atau bisa dibilang masih dalam kurungan di dunia iblis. Pada saat itu, terdapat duan aga yang berhasil menemukan sebuah dunia dengan manusia yang sangat banyak di dalamnya beserta sumber daya alam yang sangat melimpah. Seperti tanaman, air, panas yang stabil, tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Alhasil, dua naga itu membentuk kerajaannya sendiri dengan manusia-manusia sebag

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   51. Drakon

    “Kau belum menyebutkan nama,” cegat Tokki pada Vee yang hanya merespon dengan diam saat didengarkan sebuah nama. “Ah iya, namaku Vee, Vee Avalon,” jawab Vee dengan ragu-ragu karena baru pertama kali ini ia bertemu langsung dengan anggota keluarga Drakon secara langsung. “Vee? Nama yang indah!” celetuk Tokki. Gadis Naga itu berjalan mendekat ke arah Lava yang akan memasuki gua. “Gua apa ini?” tanya Tokki asal. “Apa kita akan masuk?” Mereka berdua sudah ada di mulut gua, sementara Vee sedikit berlari untuk menyusul. “Apa kita benar akan masuk? Kita takt ahu apa yang ada di dalam sana, bukan?” cemas Vee. “Tenang saja,

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   50. Malam Bencana (3)

    “Jadi… apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Lava setelah menceritakan kejadian malam mengerikan yang ia lihat. Vee menggeleng sebagai tanda ia tak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tangan lembut Vee masih menggenggam mayat sang Adik, ia tak mampu untuk melepaskannya meski mayat itu perlahan mulai dingin, juga kaku seperti sebuah papan. Untuk yang kesekian kalinya air mata Vee mengalir perlahan, menetes sampai pada kulit mayat berwajah Feri tersebut. Vee merasa benar-benar tak tau arah setelah kematian Feri, seperti keinginan untuk membasmi Chofa pun lenyap begitu saja. “Apa kau akan terus-menerus menangisinya dan tidak akan berbuat apa-apa?” celetuk Lava. “Memangnya… apa yang bisa aku perbuat untuk menghidupkannya kembali?” kalimat Vee mulai

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   49. Malam Bencana (2)

    Perlahan, tabir yang menyelimuti mereka berlima mulai terbuka, dapat dirasakan oleh masing-masing dengan pertanda yang berbeda-beda. Setelah seluruh bagian tabir terbuka, mereka melihat dunia yang baru. Ya, dunia yang mereka kenali itu ternyata baru saja luluh lantah, selama ini tabir tersebut menutupinya, sebuah peristiwa yang terjadi saat mereka berlima sibuk melawan Chofa yang kuat di dalam tabir. “A-apa yang terjadi?” Savi bertanya pada entah siapa, sementara matahari mulai malu-malu muncul dari ufuk timur. Vendre menggeleng sebagai pertanda tidak tahu, begitu pula dengan Asta dan Vee dalam menanggapi pertanyaan Savi yang terlihat panik. Karena matahari yang mulai menunjukkan sinarnya, tubuh-tubuh mereka yang tadinya kerangka, kini kembali menjadi m

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   48. Malam Bencana

    Vee dan Vendre bergerak bersamaan, mereka hampir melaju dengan kecepatan yang sama, hanya saja Vee sedikit lebih cepat. Gadis tengkorak itu diselimuti penuh oleh aura hitam kuat yang stabil, sementara Vendre masih berusaha mengeluarkan api merah meski tidak sebesar sebelumnya. Kedua tusukkan pedang mereka tepat mengenai bagian lemah yang direncanakan, Vendre agak telat sedikit. Dari tusukkan tersebut, retaknya merambat. Chofa yang besar itu berteriak keras, membuat gemuruh yang hebat, ombak pun terpengaruh olehnya. “Sekarang! Asta!” perintah Riv selanjutnya. Asta yang sedari tadi sudah mengumpulkan energi di dalam pedang besar, kini tengah dibantu oleh Savi, membuat pedang yang berasap hitam itu bercampur dengan api hijau. Asta mengayunkan dengan cepat pedangnya bersamaan dengan Vee dan Vendre yang lekas menghindar dari sasar

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   47. Api Merah

    Api merah adalah sebuah kekuatan Avalon yang sudah sangat jarang ditemukan karena cukup berbahaya jika penggunanya kehilangan konsentrasi barang sebentar saja. Pasalnya, api itu memanfaatkan banyak energi dari iblis secara tiba-tiba yang dicampur dengan amarah dari manusia. Vendre sudah menguasai amarah yang bisa dia keluarkan meski tak ada hal yang membuat marah maup[un sedih di sekelilingnya. Itu berarti, Vendre bisa menangis maupun marah tanpa sebab. Bahkan di saat sekarang pun, ia dalam kondisi sedih dan marah secara bersamaan, pedang yang masih di dalam sarung itu pun berkibarkan api merah yang cukup besar. Angin mulai kembali berhembus kencang, namun kali ini sebagai respon dari kekuatan Vendre yang luar biasa. Lelaki itu melompat, bergerak dengan cepat, menebas bagian leher Chofa yang sedang mereka berlima hadapi. Seketika leher Chofa yang besar itu penuh dengan kobaran api searah goresan pedang milik Vendre. Namun, tak sedikit pun terpotong.&n

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   46. Lari?

    Serangan dari Asta membuat seisi pantai bergemuruh, tebing tinggi itu pun perlahan oleh tebasan yang semakin bergetar. Tidak berselang lama, tebing tersebut berhasil di hancurkan berkeping-keping. Pasca itu terjadi, tebasan pedang hitam itu berhenti, Asta terlihat sangat bisa mengendalkan kekuatannya. Begitulah yang disadari oleh Vee. Perlahan debu-debu yang menyelimuti bekas tebing barusan mulai menghilang dibawa angin malam ke arah laut. Dan terlihatlah sebuah gua di sana, gua yang mengarah ke dalam tanah meski masih terllihat samar-samar. “Gua?” Vendre bergumam perihal apa yang pandangannya bicarakan. Gerbang menuju suatu tempat yang diduga adalah laboratorium Chofa itu terbuka, tapi apakah tabir yang menyelimuti tadi juga sudah hilang? Begitul

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   45. Tempat Penelitian 3

    “Hahaha!” Fazl terbahak mendengar cerita dari Vee siang itu yang menjelaskan jika penghalang di pantai itu hanyalah melindungi dari manusia. “Semudah itu? Kenapa pasukan payah itu tidak bisa menemukan solusinya,” ia kembali menundukkan kepala sembari meremas rambutnya sendiri. “Malam ini, mala mini juga kita harus serang tempat itu habis-habisan, entah makhluk macam apa yang ada di sana, kita akan serang mereka bersamaan.” Vee hanya balas dengan anggukkan, gadis cantik itu masih tidak mengerti mengapa raut wajah sang Ayah dapat berubah begitu cepat dari tertawa menjadi semurung sekarang. Fazl pergi begitu saja dari rumah yang didiami Vee setelah mmeberikan arahan mengenai teknis penyerangan nanti malam. “Apa aku boleh ikut?

DMCA.com Protection Status