Home / Fantasi / Psychofagos: Pemakan Jiwa / 4. Sejarah Keberadaan Chofa (2)

Share

4. Sejarah Keberadaan Chofa (2)

Author: Zeromanaka
last update Last Updated: 2021-09-06 14:14:25

Anar menghabiskan waktunya di Dunia Iblis dengan rasa penasaran tinggi, meski awalnya banyak Ras Iblis mendelik bingung-mengapa ada manusia di dunia tersebut? Namun lama kelamaan pikiran-pikiran itu sirna, Anar bisa menunjukkan jika dia hanyalah anak kecil biasa. Ditambah banyak kaki-tangan Verte yang menjelaskan pada warga desa mengenai Anar, di mana ia hanyalah seorang anak manusia yang tersesat dan akan dikembalikan nanti.

Iblis bisa berbahasa manusia namun Anar tidak bisa mengerti atau mengucapkan bahasa yang digunakan iblis, oleh karena itu, Anar diberi kemampuan untuk memahami bahasa yang digunakan iblis.

Anar mempunyai teman sebayanya bernama Greill, Greill adalah iblis wanita yang berumur tiga belas tahun-sama seperti Anar saat itu. Greill memiliki fisik seperti manusia namun berpasang tanduk hitam seperti iblis pada umumnya. Greill juga memiliki tampang seperti manusia yang membuatnya menarik sebagai seorang wanita.

Greill mengenalkan banyak hal mengenai iblis pada Anar, hal-hal tersebut sangat menarik untuk diketahui seorang manusia. Pertama adalah masalah makanan, Greill membawa Anar ke sebuah tempat makan di desa tersebut, di sana menyediakan berbagai makanan yang pastinya asing bagi Anar.

Greill lebih dahulu duduk, disusul Anar yang masih menyelidik sekitar. Itu adalah hari ketujuh ia berada di Dunia Iblis, sebelumnya, ia diberi makan makanan manusia pada umumnya oleh pelayan Verte, baru kali ini ia terjun langsung untuk melihat bagaimana makanan Iblis di sana. Greill memesan makanan sementara Anar hanya diam, ia tak berniat makan makanan iblis, dari meja-meja lain yang ia lihat, itu tak bisa disebut sebagai makanan oleh manusia.

“Iblis itu memakan segalanya,” ujar Greill di tengah pembicaraan mereka. Ada beberapa pribumi yang asing melihat manusia sehingga terus menerus memerhatikan sosok Anar yang tidak memiliki tanduk hitam.

“Manusia juga seperti itu,” balas Anar tidak mau kalah.

“Apa manusia memakan jiwa?” lawan Greill

“M-maksudnya?”

“Jiwa adalah makanan kesukaan kami, makanan yang dihidangkan di sini sudah tidak lagi mempunyai jiwa, oleh karena itu harganya murah,” jelas Greill.

“Kalau makanan masih memiliki jiwa… berarti dia masih hidup?” tanya Anar tuk meluruskan pemahamannya.

“Jiwa dan tubuh itu bisa dipisahkan, jadi… ada juga yang menyajikan jiwa dalam kemasan botol di desa ini-”

“Hah?” Anar kaget sejenak. “Jiwa makhluk apa yang kalian makan?”

“Semua, binatang, tumbuhan, juga manusia,” kata Greill diiringi senyum kecut.

Anar menyelidik sekitar, kemudian menelan ludah untuk yang… sudah tidak terhitung berapa kali ia menelan ludah.

“Tenang saja, jangan panik seperti itu… aku tak akan memakanmu karena Ketua Desa sudah menandatangani kontrak agar kau hidup aman di sini.”

Makanan yang dipesan Greill sudah datang, itu adalah sup tulang belulang dengan kuah yang masih mendidih, terlihat dari gelembung-gelembung yang mengembang kemudian pecah secara terus menerus.

***

Satu tahun berlalu, setiap hari Anar selalu mencoba kekuatannya-apakah sudah bisa digunakan atau belum. Namun tak ada hasil, lubang hitam itu tak pernah lagi keluar dari kedua telapak tangan bocah yang kini berusia empat belas tahun tersebut.

Genap sebulan kemudian, di suatu malam yang tenang, Anar lagi-lagi mencoba mengeluarkan kekuatannya, kali ini ada sebuah keajaiaban, lingkaran hitam kecil muncul tepat di depan Anar. Senyum Anar sumringah.

“Kau sudah bisa melakukannya ya?” Verte tepat berada di belakang Anar dengan pintu kamar yang masih tertutup. Entah dari mana datangnya.

“Iya, Paman!” Anar sangat akrab dengan penguasa desa tersebut hingga memanggilnya dengan sebutan demikian.

“Tidurlah, kau akan belajar membuat lingkaran hitam yang besar besok!” seru Verte.

Malam semakin larut, Anar tidur sesuai yang diintruksikan Verte, sementara penguasa desa tersebut masuk ke dalam suatu tempat yang sudah menjadi rahasia umum di desa. Tempat itu adalah sebuah ruangan bawah tanah yang menyimpan makhluk misterius di mana semua ini berasal. Ya, di sana terdapat makhluk yamh akan menjadi bencana bagi bumi, Chofa. “Apa kau siap untuk mengamuk?” tanya Verte, setelah sampai di lantai paling bawah tempat yang dimaksud. Sesosok makhluk hanya menjawab penuh geram dari balik jeruji hitam, matanya menyala merah penuh kebencian, dia adalah nenek moyang dari Chofa.

Hawa hitam pekat nan menakutkan tidak membuat takut Verte, karena sejatinya iblis lah yang telah sengaja membuat makhluk tersebut dari ratusan tahun lalu. Mereka hanya menunggu waktu seseorang dengan kekuatan seperti Anar datang. Sebenarnya iblis bisa berpindah dunia semau mereka, tapi membawa Chofa itu beda lagi urusannya karena energi kehidupan Chofa begitu besar, bahkan satu dari sekian banyak iblis pun tidak ada yang bisa memindahkannya ke lain dunia.

Pagi mulai menjelang, Anar sudah berhasil membuat lingkaran hitam sebesar dua kali tubuh anak berusia empat belas tahun itu. Verte selalu bersikeras untuk membuatnya lebih besar, Anar pun menurut. Terik siang sudah terasa panas dan akhirnya Anar bisa membuat lingkaran hitam tersebut sebesar rumah meski ia terlihat begitu kelelahan.

Verte menyentuh lingkaran hitam tersebut untuk memastikannya agar mengarah ke dunia manusia. Setelah yakin, senyum menyeramkan itu merekah. “Hilangkan lagi, ini sudah cukup besar, sekarang… kita akan memindahkan makhluk yang sebenarnya.”

Anar menurut kemudian mengikuti langkah Verte menuju suatu tempat, tempat yang selalu membuatnya penasaran, sebuah ruangan bawah tanah dengan hawa hitam yang mencekam. Anar menelan ludah beberapa kali saat masuk ke dalamnya, awalnya gelap, namun Verte mengeluarkan api dari tangannya dan membuat sekitar menjadi terang. Semakin masuk, Anar merasakan hawa gelap yang semakin menjadi, rasa dingin itu benar-benar menusuk, serta suara geraman yang sedari tadi menggema semakin keras. Pikiran Anar penuh tanya, ada apa di sana?

“Kita sudah sampai,” kata Verte, kakinya berhenti tepat di hadapan sebuah jeruji hitam.

Sesosok makhluk mengaum sembari menabrak jeruji hitam dan membuat Anar terkejut hingga jatuh. Mata makhluk tersebut menatap tajam ke arah Anar, merah, dan penuh rasa mencekam. “A-apa makhluk ini tidak berbahaya jika dipindahkan ke duniaku?” tanya Anar, masih gemetar sembari selalu menatap makhluk hitam pekat di hadapannya.

“Tidak… tenang saja,” Verte berbohong. “Lagian kita sudah membuat kontrak, kau akan dikenakan hukuman jika tidak menuruti kontrak tersebut. Sekarang… bukalah lubang hitam itu di dalam jeruji besi ini!” pinta Verte.

Anar yang masih gemetar berusaha berdiri, menarik napas perlahan untuk menyingkirkan takutnya. Ia perlu berkonsentrasi untuk mengeluarkan lubang hitam sebesar rumah. Kedua telapak tangan Anar mengarah ke depan, matanya menutup, wajahnya serius menandakan konsentrasi yang tidak main-main. Dengan sekejap, sebuah lubang hitam muncul sebesar manusia dewasa, bertambah besar, semakin besar, hingga dua kali besar rumah.

“Masuklah, Chofa!” seru Verte, kemudian makhluk hitam tersebut masuk ke dalam lubang hitam buatan Anar, setelahnya, anak berusia empat belas tahun itu pingsan disusul lubang hitam yang menghilang.

Related chapters

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   5. Iblis di Dalam Diri

    Vee menyusuri kota dengan bentuk setengah iblisnya, membawa serta pedang di tangan kanan untuk bersiaga jika ada Chofa yang mendadak ia temukan. Vee melompati setiap gedung, menikmati angin malam yang namun tenang. Tudung hitam selalu menutupi kepala tengkoraknya agar tidak diketahui orang.Tengah malam sudah tiba, dan tidak ada Chofa yang ditemukan Vee malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah tuk beristirahat. Vee tetaplah manusia yang membutuhkan tidur. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Vee tidak menemukan hal yang mencurigakan seperti tanda-tanda kemunculan Chofa atau apa pun. Biasanya, Vee akan menangani Chofa yang ia temukan terlebih dahulu meski dalam perjalanan pulang, ia tidak mungkin bisa tidur nyenyak jika mendapati Chofa yang belum ia basmi.Vee terlebih dahulu memastikan jika adiknya sudah tertidur nyenyak lewat jendela yang bisa ia intip, meski kamar tersebut gelap, Vee bisa menggunakan cahaya biru dari matanya untuk menerangi penglihatan. Setel

    Last Updated : 2021-09-07
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   6. Sebuah Perkenalan

    Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.Setelah pikiran Vee kembali tenang,

    Last Updated : 2021-09-08
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   7. Emosi Negatif Manusia (1)

    Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah

    Last Updated : 2021-09-09
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   8. Emosi Negatif Manusia (2)

    Chofa sangat tertarik dengan emosi negatif manusia. Marah, kesal, dendam,putus asa, iri, benci dan masih banyak lagi. Chofa akan mendekati manusia-manusia yang sedang dalam emosi tersebut. Mengajak mereka untuk terjerumus ke suatu tindakan yang menjadi ujung dari sebuah kehidupan, membunuh atau dibunuh. Chofa tidak akan memakan jiwa-jiwa manusia yang memiliki emosi negatif kuat, ia akan merasuki manusia-manusia tersebut dan menjadikannya sebagai tameng untuk bisa bertahan hidup dari kemusnahan dua kali.Saat emosi negatif manusia meninggi, saat itulah Chofa sangat memiliki cela lebar untuk masuk. Setelah seorang manusia dirasuki oleh Chofa, manusia tersebut tidak lagi utuh, kebanyakan dari tindakannya dikuasai Chofa, aura hitamnya pun akan terasa kental, apalagi saat hari semakin malam.Anak perempuan yang dirasuki oleh Chofa dan sedang berhadapan dengan Lava juga Vee itu adalah Fira. Fira memiliki kehidupan yang begitu menyesakkan hati. Ayah dan ibunya sudah pisah sem

    Last Updated : 2021-09-10
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   9. Emosi Negatif Manusia (3)

    Lava menyerang dengan cepat ke arah anak perempuan yang sedang dirasuki Chofa di hadapannya tersebut, sementara Vee masih tidak tega jika harus benar-benar membunuh anak itu untuk mengalahkan Chofa, ia masih memutar otak.Sebuah pukulan dahsyat dilancarkan Lava dengan kepalan berlapis es, namun sebuah benda hitam yang sedari tadi menyelimuti anak perempuan itu menahannya, malah Lava dibuat terpental jauh hingga menabrak pembatas lapangan. Tapi seperti Lava yang biasanya, dia tersenyum karena mendapatkan lawan yang kuat. “Sepertinya, kau lawan yang cocok untukku,” kata Lava sembari kembali berdiri. Kemudian dia kembali menyerang, kali ini semua lengannya dilapisi oleh es, lengan kanannya memiliki es yang runcing setajam pedang. SLASH! Lava berusaha menebas ke arah anak perempuan itu, namun masih digagalkan oleh benda hitam yang selalu melindunginya. Lagi, Lava terpental karena sebuah hantaman dari benda hitam. Lelaki dari keluarga Ice itu belum menyerah, ia kembali

    Last Updated : 2021-09-11
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   10. Kekuatan Azamy (1)

    Siang begitu terik, matahari bersinar tanpa ragu, tak ada awan hitam yang mengganggunya. Hal itu membuat kebanyakan manusia beristirahat dari aktivitas harian, atau sekedar menikmati teduh dengan mampir di warung-warung pinggir jalan yang menyediakan minuman dingin.Vee sedang asik mencatat di buku hariannya, buku harian yang berisi penuh petualangan si Gadis Tengkorak itu saat malam. Terutama apa yang terjadi malam ini di mana baru pertama kali ia bertemu dengan Chofa yang merasuki tubuh manusia, meski sebelumnya sudah sering diceritakan oleh sang ayah atau beberapa keluarga lain, tetap saja: Pengalaman melihatnya langsung yang paling berkesan. Vee menulis apa yang dirasakan juga dilihatnya, termasuk kematian anak perempuan, juga kejadian setelah seorang nenek mengetahui cucunya meninggal dengan mengenaskan yang tidak Vee ketahui kelanjutannya karena lekas meninggalkan tempat.Sebenarnya Vee merasa tenang karena adiknya sudah tidak lagi dipulangkan siang ini, itu bera

    Last Updated : 2021-09-12
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   11. Kekuatan Azamy (2)

    Vee mulai serius pasca dia tahu jika Chofa yang dia hadapi bukanlah Chofa biasa. Chofa tersebut sudah memakan puluhan jiwa, dan mendapatkan kekuatan yang luar biasa dari jiwa yang ia makan. Vee memulai fokusnya, ia kini bisa menyamai kecepatan serangan dari Chofa tersebut. Meski Vee terpukul mundur, ia selalu mencari celah untuk melawan balik Chofa tersebut. Pertarungan mereka berdua begitu sengit, Vee terus menerus menghindar sementara serangan Chofa begitu cepat meski terus menerus memukul angin karena Vee bisa menyamai gerakannya.SLASH! Vee berhasil melancarkan satu serangan tepat mengenai lengan Chofa itu, membuat lengan tersebut terpotong. Namun Vee melihat sesuatu hal yang belum pernah ia lihat, regenerasi Chofa itu begitu cepat. Dalam tiga detik, lengan besar itu kembali, lalu lekas menyerang Gadis Tengkorak yang masih tercengang dengan kemampuan regenerasi Chofa di hadapannya. Alhasil, Vee terkena serangan itu, tubuhnya lagi-lagi terpelanting dan menabrak sebuah poho

    Last Updated : 2021-09-13
  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   12. Cerita Azamy (1)

    Ras Iblis memang terkenal dengan keserakahannya, namun di balik itu semua, ada ras lain yang membuat suatu desa di Dunia Iblis bisa hancur seketika, ini adalah kisah mengapa Azamy sangat benci dengan senjata saat bertarung.Saat kecil, Azamy tinggal di sebuah desa terpencil di mana seluruh penduduknya sebagian besar bekerja sebagai peternak. Hewan-hewan seperti sapi, kambing, ayam dan banyak ternak lainnya dapat ditemukan di desa tempat tinggal Azamy tersebut. Tidak semua tentang iblis itu selalu perihal kekuatan yang gelap atau semacamnya, di dunia mereka juga terdapat iblis-iblis yang memilih untuk hidup biasa nan damai, tidak ingin terlalu menggunakan kekuatan mereka. Meski di desa itu terlihat damai, namun ada salah satu keluarga yang selalu mempunyai andil besar dalam setiap pertempuran Ras Iblis melawan ras lain. Mereka adalah Keluarga Mi. Mi memiliki kekuatan turun-temurun dari leluhur, yaitu menyatukan diri mereka dengan alam, hal itu membuat alam memihak mereka, mesk

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   53. Pahlawan Kerajaan Iblis

    Sementara itu, di sisi lain dunia, dunia yang begitu penuh dengan kegelapan, dunia tempat di mana iblis tinggal, tengah diadakan pesta besar besaran. Lebih tepatnya di kerajaan Madome, salah satu kerajaan yang sangat mendukung keberadaan Chofa di dunia manusia untuk kebutuhan para iblis di sana. Jiwa-jiwa manusia yang dimakan oleh Chofa dikumpulkan ke dalam bejana transparan besar di mana. sangat banyak apalagi pasca malam bencana yang barusan dihadapi oleh manusia. Hampir seluruh iblis di kerajaan tersebut bersuka cita, mereka minum dan makan dengan lahap seraya senang menyambut jiwa-jiwa manusia yang telah mereka dapatkan. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya jika jiwa adalah makanan yang sangat lezat bagi ras Iblis. Daging, susu, masakan yang enak atau apa pun itu akan kalah lezatnya jika dibandingkan dengan jiwa, karena itulah mereka mengirimkan Chofa sebagai pemburu jiwa manusia yang nantinya akan me

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   52. Keluarga Drakon

    Keluarga Drakon adalah mereka yang diakui sebagai garis langsung keturunan manusia naga pertama. Keluarga Drakon yang melawan Chofa ada lebih dulu daripada keluarga-keluarga Pembasmi Chofa lainnya. Mereka ada jauh sebelum keluarga Ice mendapatkan kekuatan, juga sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan iblisnya. Mereka sudah ada jauh sebelum itu. Dalam kitab yang diturunkan turun-temurun kepada keluarga Drakon, awal mula mereka terbentuk bukanlah atas dasar adanya Chofa, karena Chofa saat itu belum muncul di permukaan bumi atau bisa dibilang masih dalam kurungan di dunia iblis. Pada saat itu, terdapat duan aga yang berhasil menemukan sebuah dunia dengan manusia yang sangat banyak di dalamnya beserta sumber daya alam yang sangat melimpah. Seperti tanaman, air, panas yang stabil, tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Alhasil, dua naga itu membentuk kerajaannya sendiri dengan manusia-manusia sebag

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   51. Drakon

    “Kau belum menyebutkan nama,” cegat Tokki pada Vee yang hanya merespon dengan diam saat didengarkan sebuah nama. “Ah iya, namaku Vee, Vee Avalon,” jawab Vee dengan ragu-ragu karena baru pertama kali ini ia bertemu langsung dengan anggota keluarga Drakon secara langsung. “Vee? Nama yang indah!” celetuk Tokki. Gadis Naga itu berjalan mendekat ke arah Lava yang akan memasuki gua. “Gua apa ini?” tanya Tokki asal. “Apa kita akan masuk?” Mereka berdua sudah ada di mulut gua, sementara Vee sedikit berlari untuk menyusul. “Apa kita benar akan masuk? Kita takt ahu apa yang ada di dalam sana, bukan?” cemas Vee. “Tenang saja,

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   50. Malam Bencana (3)

    “Jadi… apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Lava setelah menceritakan kejadian malam mengerikan yang ia lihat. Vee menggeleng sebagai tanda ia tak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tangan lembut Vee masih menggenggam mayat sang Adik, ia tak mampu untuk melepaskannya meski mayat itu perlahan mulai dingin, juga kaku seperti sebuah papan. Untuk yang kesekian kalinya air mata Vee mengalir perlahan, menetes sampai pada kulit mayat berwajah Feri tersebut. Vee merasa benar-benar tak tau arah setelah kematian Feri, seperti keinginan untuk membasmi Chofa pun lenyap begitu saja. “Apa kau akan terus-menerus menangisinya dan tidak akan berbuat apa-apa?” celetuk Lava. “Memangnya… apa yang bisa aku perbuat untuk menghidupkannya kembali?” kalimat Vee mulai

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   49. Malam Bencana (2)

    Perlahan, tabir yang menyelimuti mereka berlima mulai terbuka, dapat dirasakan oleh masing-masing dengan pertanda yang berbeda-beda. Setelah seluruh bagian tabir terbuka, mereka melihat dunia yang baru. Ya, dunia yang mereka kenali itu ternyata baru saja luluh lantah, selama ini tabir tersebut menutupinya, sebuah peristiwa yang terjadi saat mereka berlima sibuk melawan Chofa yang kuat di dalam tabir. “A-apa yang terjadi?” Savi bertanya pada entah siapa, sementara matahari mulai malu-malu muncul dari ufuk timur. Vendre menggeleng sebagai pertanda tidak tahu, begitu pula dengan Asta dan Vee dalam menanggapi pertanyaan Savi yang terlihat panik. Karena matahari yang mulai menunjukkan sinarnya, tubuh-tubuh mereka yang tadinya kerangka, kini kembali menjadi m

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   48. Malam Bencana

    Vee dan Vendre bergerak bersamaan, mereka hampir melaju dengan kecepatan yang sama, hanya saja Vee sedikit lebih cepat. Gadis tengkorak itu diselimuti penuh oleh aura hitam kuat yang stabil, sementara Vendre masih berusaha mengeluarkan api merah meski tidak sebesar sebelumnya. Kedua tusukkan pedang mereka tepat mengenai bagian lemah yang direncanakan, Vendre agak telat sedikit. Dari tusukkan tersebut, retaknya merambat. Chofa yang besar itu berteriak keras, membuat gemuruh yang hebat, ombak pun terpengaruh olehnya. “Sekarang! Asta!” perintah Riv selanjutnya. Asta yang sedari tadi sudah mengumpulkan energi di dalam pedang besar, kini tengah dibantu oleh Savi, membuat pedang yang berasap hitam itu bercampur dengan api hijau. Asta mengayunkan dengan cepat pedangnya bersamaan dengan Vee dan Vendre yang lekas menghindar dari sasar

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   47. Api Merah

    Api merah adalah sebuah kekuatan Avalon yang sudah sangat jarang ditemukan karena cukup berbahaya jika penggunanya kehilangan konsentrasi barang sebentar saja. Pasalnya, api itu memanfaatkan banyak energi dari iblis secara tiba-tiba yang dicampur dengan amarah dari manusia. Vendre sudah menguasai amarah yang bisa dia keluarkan meski tak ada hal yang membuat marah maup[un sedih di sekelilingnya. Itu berarti, Vendre bisa menangis maupun marah tanpa sebab. Bahkan di saat sekarang pun, ia dalam kondisi sedih dan marah secara bersamaan, pedang yang masih di dalam sarung itu pun berkibarkan api merah yang cukup besar. Angin mulai kembali berhembus kencang, namun kali ini sebagai respon dari kekuatan Vendre yang luar biasa. Lelaki itu melompat, bergerak dengan cepat, menebas bagian leher Chofa yang sedang mereka berlima hadapi. Seketika leher Chofa yang besar itu penuh dengan kobaran api searah goresan pedang milik Vendre. Namun, tak sedikit pun terpotong.&n

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   46. Lari?

    Serangan dari Asta membuat seisi pantai bergemuruh, tebing tinggi itu pun perlahan oleh tebasan yang semakin bergetar. Tidak berselang lama, tebing tersebut berhasil di hancurkan berkeping-keping. Pasca itu terjadi, tebasan pedang hitam itu berhenti, Asta terlihat sangat bisa mengendalkan kekuatannya. Begitulah yang disadari oleh Vee. Perlahan debu-debu yang menyelimuti bekas tebing barusan mulai menghilang dibawa angin malam ke arah laut. Dan terlihatlah sebuah gua di sana, gua yang mengarah ke dalam tanah meski masih terllihat samar-samar. “Gua?” Vendre bergumam perihal apa yang pandangannya bicarakan. Gerbang menuju suatu tempat yang diduga adalah laboratorium Chofa itu terbuka, tapi apakah tabir yang menyelimuti tadi juga sudah hilang? Begitul

  • Psychofagos: Pemakan Jiwa   45. Tempat Penelitian 3

    “Hahaha!” Fazl terbahak mendengar cerita dari Vee siang itu yang menjelaskan jika penghalang di pantai itu hanyalah melindungi dari manusia. “Semudah itu? Kenapa pasukan payah itu tidak bisa menemukan solusinya,” ia kembali menundukkan kepala sembari meremas rambutnya sendiri. “Malam ini, mala mini juga kita harus serang tempat itu habis-habisan, entah makhluk macam apa yang ada di sana, kita akan serang mereka bersamaan.” Vee hanya balas dengan anggukkan, gadis cantik itu masih tidak mengerti mengapa raut wajah sang Ayah dapat berubah begitu cepat dari tertawa menjadi semurung sekarang. Fazl pergi begitu saja dari rumah yang didiami Vee setelah mmeberikan arahan mengenai teknis penyerangan nanti malam. “Apa aku boleh ikut?

DMCA.com Protection Status