Lingkaran hitam itu semakin besar dan kilatan-kilatan di sekitarnya semakin menyala terang pula. Angin di sekelilingnya pun semakin kencang, membuat suasana mencekam bertambah. Vee mendahului masuk ke dalam lingkaran tersebut, sementara Lava mengikutinya dari belakang karena jika Lava yang lebih dulu masuk, portal tersebut akan tertutup. Setelah mereka berdua masuk, kesan mencekam pun sirna, lingkaran hitam pun lenyap, bekas-bekas ritual juga menghilang.
Tubuh dua pemuda itu kini masuk ke dalam sebuah tempat entah di mana, seluruhnya hitam dan tubuh mereka seakan terseret ke dalam suatu arah. Lama kelamaan, tubuh yang mereka rasakan menjadi lemas, semakin lemas, hingga menjadi kenyal, seperti sebuah jelly. Kesadaran pun perlahan menghilang, pandangan mereka menjadi abu-abu kini. Namun, secercah cahaya muncul, meski tak begitu jelas dilihat mata mereka, cahaya itu berwarna putih bersih di antara gelapnya ruangan.
Tubuh kedua pemuda itu masuk ke dalam cah
Di sebuah tempat yang cukup luas, dengan es yang berkilau di dinding-dindingnya, namun alas dari tempat tersebut bukanlah gumpalan es, melainkan rumput yang hijau. Di sebelah selatan tempat tersebut ada sebuah lubang yang mengarah langsung ke tempat matahari yang bersinar singkat di Kutub Utara. Ya, di bumi bagian kutub saat musim dingin, matahari hanya bersinar tak lebih dari satu jam, seperti saat ini, padahal, baru beberapa menit matahari terlihat, namun akan tenggelam beberapa menit lagi. Lava menginjak rumput hijau di bawah itu, terasa lebih hangat, ia tak mengerti bagaimana bisa ada rerumputan hijau di tengah padang es. Sementara saat Vee menginjak rumput tersebut, rasanya hangat, dinginnya berkurang drastis, tubuhnya tidak lagi menggigil. Mata Vee melihat rumput di bawahnya tersebut, kemudian menyentuhnya dengan telapak tangan karena penasaran dengan apa yang diinjaknya ini. Hangat, benar-benar berbeda dengan suhu es di sekelilingnya. “Mungkin, ini adalah keku
Matahari pun kini tinggal setengah, hari akan segera malam namun Lava belum bisa menuntaskan tantangan yang ia terima-menyentuh tanduk sang Naga. Meski begitu, lelaki dari keluarga Ice tersebut belum menyerah, ia kini akan mengeluarkan salah satu serangan pamungkasnya. Jari telunjuk Lava sudah bersiap mengarah ke sasaran yang ia tentukan.WUZH! Sebuah peluru es melesat dengan cepat, Naga Ice tidak bisa membaca pergerakan serangan itu jauh-jauh waktu, ia baru sadar saat hampir mengenai tanduk putihnya. Alhasil, Naga Ice melindungi tanduknya itu dengan perisai yang tidak optimal.CRACK! Perisai es untuk melindungi tanduk itu pecah dan peluru es berhasil menembus tanduk putih sang Naga, pecahan-pecahan tanduk pun bertebaran di mana-mana. Namun, tanduk itu masih kokoh berdiri.“Apa itu barusan?” untuk yang kesekian kalinya, Naga Ice takjub.Sementara itu, Lava sudah terbaring karena kehabisan tenaga setelah serangan yang barusan lakukan. Vee pun m
Vee dan Lava akhirnya berhasil kembali setelah puas dengan mendapatkan apa yang mereka ingin ketahui, terutama Lava, ia sangat puas karena bertemu dengan naga yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. “Sekarang, aku tahu jika ada yang jauh lebih kuat dariku,” kata Lava setelah mereka baru saja keluar dari gerbang. Syarat-syarat pembuka gerbang itu sudah lenyap, tinggallah sebuah cahaya biru yang perlahan-lahan memudar. Vee hanya diam, ia belum sempat membalas apa yang dikatakan Lava, lelaki dari keluarga Ice itu lebih dahulu meneruskan kalimatnya, “Trysula, ia adalah lelaki terkuat di keluarga Ice, aku mengakui itu.” Vee hanya mendengarkan, sementara ia memandang bulan yang hanya separuh terang. “Aku pulang.” Vee langsung bergegas pulang, ia mungkin kelelahan setelah menemani Lava ke Kutub Utara. Tanpa berpikir panjang jika nanti ada Chofa yang bisa saja sedang menyerang manusia saat ini. Sesampainya di rumah, Gadis Tengkorak itu masuk melalui jendela kamar
Avalon dan Oya-nama keluarga Ice sebelum mendapatkan kekuatan dari Naga Ice-sudah bermusuhan sejak lama. Sebelum Chofa tumbuh dengan cepat, sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan dari kontraknya dengan iblis, sebelum Oya mendapatkan kekuatan dari Naga Ice. Cerita itu bermula dengan meresahkannya Chofa di dunia saat itu, di mana manusia benar-benar terdesak tanpa adanya kekuatan yang dapat melawannya. Saat itu, manusia hanya menggunakan kekuatan fisiknya seperti bela diri tangan kosong maupun dengan menggunakan senjata. Hanya satu keluarga yang tersohor dengan cap sebagai pemburu Chofa dan sangat disegani saat itu, mereka adalah keluarga Drakon, keluarga yang mendapatkan kekuatan untuk melawan Chofa lebih dulu dari keluarga-keluarga lainnya. Di samping itu, hal itu membuat iri beberapa keluarga yang lain yang notabene merupakan keluarga besar saat itu. Suatu hari, sesosok yang tak diduga hadir, berwujud seperti gumpalan hitam namun bisa berbicara bahasa ma
Peperangan dibubarkan, keluarga Avalon dan Oya kembali ke tempat mereka masing-masing dan mempersiapkan seorang perwakilan untuk bertarung esoknya. Mereka tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan membawa mayat dari keluarga-keluarga mereka yang telah gugur. Tidak jarang mayat yang sudah tidak lagi utuh, tapi mereka tetap membawanya demi memakamkan di tempat dan suasana yang layak, mereka akan diberi penghormatan terakhir.“Trysula! Kau yang akan maju!” pinta Pemimpin Keluarga Oya pada seorang pemuda yang baru saja datang setelah mengembara. Pemuda tersebut bernama Trysula, ia tidak ikut peperangan melawan Avalon karena saat itu masih dala perjalanan pulang dalam pengembaraannya.“Baik…” Trysula langsung meng-iya-kan setelah melihat kebanyakan keluarga Oya sedang dalam perawatan pasca peperangan hari ini. Pemakaman untuk prajurit yang gugur pun sedang dipersiapkan.Trysula mengembara ke negeri yang kebanyakan keluarganya tak ket
Ry mengangkat pedang yang kini telah bebas dari sarungnya, ia merasakan ringan di tangan yang luar biasa, baru pertama kali sarung pedang itu terlepas selama hidupnya. Ry melesat dengan cepat, ke arah Trysula yang hanya berdiam diri di dalam dinding es sambil berkonsentrasi. Saat Ry datang, Trysula mengarahkan peluru es nya ke arah Ry datang. Namun, Ry lebih dulu datang di hadapan Trysula sebelum peluru-peluru es itu mulai menyerang. Ry lebih cepat, ia menebas dinding es yang melindungi lelaki dari keluarga Oya tersebut, dinding itu lekas hancur seketika saat tebasan pedang yang tajam sampai ke tanah. Trysula terdorong ke belakang karena tameng yang selama ini melindungi dirinya meledak pasca tebasan Ry.Trysula kini terduduk lemas, sisa tenaga di dalam dirinya hampir habis. Ry pun kini paham jika Trysula membutuhkan tenaga yang besar untuk mengeluarkan kekuatan berwujud es barusan.Ry tak berkata apa-apa, ia menjulurkan ujung pedang ke arah wajah Trysula, menandakan j
Malam itu, Vee berhadapan dengan sesosok Chofa di sebuah lapangan bola yang tengah senyap karena jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Chofa itu masih tidak memiliki wujud, hanya berupa asap tebal hitam yang memiliki dua lengan padat. Vee tidak terlalu serius menghadapinya karena ia sudah berhadapan dengan banyak Chofa kuat yang sudah mendapatkan bentuk sebelumnya.Vee maju lebih dulu, membawa pedangnya yang selalu di dalam sarung itu di tangan kanan, kemudian melompat, angin yang berhembus berlawanan dengan arah gerak Vee membuat api biru di tengkoraknya berkibar ke belakang. Vee mengangkat pedang dengan kedua tangan, lalu mengayunkannya. Padahal Vee sudah yakin jika satu serangan itu sudah dapat memusnahkan Chofa di hadapannya dan sekaligus menghancurkan inti di dalam tubuh itu, namun tak disangka, serangan itu dapat ditahan oleh tangan hitam dari sang Chofa, Vee terpental ke belakang namun dapat mendarat dengan sempurna setelah beberapa kali berputar di udara.
Pada malam selanjutnya, Vee mendengar suara tangisan perempuan. Tidak, bukan tangisan, lebih tepat disebut sebagai “jeritan”. Pastinya, Vee dengan wujud kepala tengkoraknya lekas menuju ke sumber suara yang memekakan telinga itu. Angin berkibar cukup kencang, hawa dingin menyelimuti di sekitar sebuah rumah yang kini sudah Vee temukan, di mana suara tangisan itu mulai mereda.Vee mengecek keadaan rumah tersebut, ia mengintip di balik setiap jendela yang sedikit terbuka. Kosong, lalu beralih ke jendela lainnya. Masih kosong, kemudian di jendela ketiga yang ia lihat, barulah ada suatu hal yang mengerikan. Chofa yang masih belum memiliki wujud sedang memakan seseorang, tanpa basa-basi Vee langsung memecahkan jendela di hadapannya. Chofa yang sedang menelan manusia itu terkejut serta mendengok ke arah Vee, namun Vee dengan cekatan memukul sang Chofa sebelum bereaksi. Namun tetap saja, terlambat, Chofa sudah menelan sepenuhnya manusia yang barusan tinggal kaki di mulutn