Matahari pun kini tinggal setengah, hari akan segera malam namun Lava belum bisa menuntaskan tantangan yang ia terima-menyentuh tanduk sang Naga. Meski begitu, lelaki dari keluarga Ice tersebut belum menyerah, ia kini akan mengeluarkan salah satu serangan pamungkasnya. Jari telunjuk Lava sudah bersiap mengarah ke sasaran yang ia tentukan.
WUZH! Sebuah peluru es melesat dengan cepat, Naga Ice tidak bisa membaca pergerakan serangan itu jauh-jauh waktu, ia baru sadar saat hampir mengenai tanduk putihnya. Alhasil, Naga Ice melindungi tanduknya itu dengan perisai yang tidak optimal.
CRACK! Perisai es untuk melindungi tanduk itu pecah dan peluru es berhasil menembus tanduk putih sang Naga, pecahan-pecahan tanduk pun bertebaran di mana-mana. Namun, tanduk itu masih kokoh berdiri.
“Apa itu barusan?” untuk yang kesekian kalinya, Naga Ice takjub.
Sementara itu, Lava sudah terbaring karena kehabisan tenaga setelah serangan yang barusan lakukan. Vee pun m
Vee dan Lava akhirnya berhasil kembali setelah puas dengan mendapatkan apa yang mereka ingin ketahui, terutama Lava, ia sangat puas karena bertemu dengan naga yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. “Sekarang, aku tahu jika ada yang jauh lebih kuat dariku,” kata Lava setelah mereka baru saja keluar dari gerbang. Syarat-syarat pembuka gerbang itu sudah lenyap, tinggallah sebuah cahaya biru yang perlahan-lahan memudar. Vee hanya diam, ia belum sempat membalas apa yang dikatakan Lava, lelaki dari keluarga Ice itu lebih dahulu meneruskan kalimatnya, “Trysula, ia adalah lelaki terkuat di keluarga Ice, aku mengakui itu.” Vee hanya mendengarkan, sementara ia memandang bulan yang hanya separuh terang. “Aku pulang.” Vee langsung bergegas pulang, ia mungkin kelelahan setelah menemani Lava ke Kutub Utara. Tanpa berpikir panjang jika nanti ada Chofa yang bisa saja sedang menyerang manusia saat ini. Sesampainya di rumah, Gadis Tengkorak itu masuk melalui jendela kamar
Avalon dan Oya-nama keluarga Ice sebelum mendapatkan kekuatan dari Naga Ice-sudah bermusuhan sejak lama. Sebelum Chofa tumbuh dengan cepat, sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan dari kontraknya dengan iblis, sebelum Oya mendapatkan kekuatan dari Naga Ice. Cerita itu bermula dengan meresahkannya Chofa di dunia saat itu, di mana manusia benar-benar terdesak tanpa adanya kekuatan yang dapat melawannya. Saat itu, manusia hanya menggunakan kekuatan fisiknya seperti bela diri tangan kosong maupun dengan menggunakan senjata. Hanya satu keluarga yang tersohor dengan cap sebagai pemburu Chofa dan sangat disegani saat itu, mereka adalah keluarga Drakon, keluarga yang mendapatkan kekuatan untuk melawan Chofa lebih dulu dari keluarga-keluarga lainnya. Di samping itu, hal itu membuat iri beberapa keluarga yang lain yang notabene merupakan keluarga besar saat itu. Suatu hari, sesosok yang tak diduga hadir, berwujud seperti gumpalan hitam namun bisa berbicara bahasa ma
Peperangan dibubarkan, keluarga Avalon dan Oya kembali ke tempat mereka masing-masing dan mempersiapkan seorang perwakilan untuk bertarung esoknya. Mereka tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan membawa mayat dari keluarga-keluarga mereka yang telah gugur. Tidak jarang mayat yang sudah tidak lagi utuh, tapi mereka tetap membawanya demi memakamkan di tempat dan suasana yang layak, mereka akan diberi penghormatan terakhir.“Trysula! Kau yang akan maju!” pinta Pemimpin Keluarga Oya pada seorang pemuda yang baru saja datang setelah mengembara. Pemuda tersebut bernama Trysula, ia tidak ikut peperangan melawan Avalon karena saat itu masih dala perjalanan pulang dalam pengembaraannya.“Baik…” Trysula langsung meng-iya-kan setelah melihat kebanyakan keluarga Oya sedang dalam perawatan pasca peperangan hari ini. Pemakaman untuk prajurit yang gugur pun sedang dipersiapkan.Trysula mengembara ke negeri yang kebanyakan keluarganya tak ket
Ry mengangkat pedang yang kini telah bebas dari sarungnya, ia merasakan ringan di tangan yang luar biasa, baru pertama kali sarung pedang itu terlepas selama hidupnya. Ry melesat dengan cepat, ke arah Trysula yang hanya berdiam diri di dalam dinding es sambil berkonsentrasi. Saat Ry datang, Trysula mengarahkan peluru es nya ke arah Ry datang. Namun, Ry lebih dulu datang di hadapan Trysula sebelum peluru-peluru es itu mulai menyerang. Ry lebih cepat, ia menebas dinding es yang melindungi lelaki dari keluarga Oya tersebut, dinding itu lekas hancur seketika saat tebasan pedang yang tajam sampai ke tanah. Trysula terdorong ke belakang karena tameng yang selama ini melindungi dirinya meledak pasca tebasan Ry.Trysula kini terduduk lemas, sisa tenaga di dalam dirinya hampir habis. Ry pun kini paham jika Trysula membutuhkan tenaga yang besar untuk mengeluarkan kekuatan berwujud es barusan.Ry tak berkata apa-apa, ia menjulurkan ujung pedang ke arah wajah Trysula, menandakan j
Malam itu, Vee berhadapan dengan sesosok Chofa di sebuah lapangan bola yang tengah senyap karena jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Chofa itu masih tidak memiliki wujud, hanya berupa asap tebal hitam yang memiliki dua lengan padat. Vee tidak terlalu serius menghadapinya karena ia sudah berhadapan dengan banyak Chofa kuat yang sudah mendapatkan bentuk sebelumnya.Vee maju lebih dulu, membawa pedangnya yang selalu di dalam sarung itu di tangan kanan, kemudian melompat, angin yang berhembus berlawanan dengan arah gerak Vee membuat api biru di tengkoraknya berkibar ke belakang. Vee mengangkat pedang dengan kedua tangan, lalu mengayunkannya. Padahal Vee sudah yakin jika satu serangan itu sudah dapat memusnahkan Chofa di hadapannya dan sekaligus menghancurkan inti di dalam tubuh itu, namun tak disangka, serangan itu dapat ditahan oleh tangan hitam dari sang Chofa, Vee terpental ke belakang namun dapat mendarat dengan sempurna setelah beberapa kali berputar di udara.
Pada malam selanjutnya, Vee mendengar suara tangisan perempuan. Tidak, bukan tangisan, lebih tepat disebut sebagai “jeritan”. Pastinya, Vee dengan wujud kepala tengkoraknya lekas menuju ke sumber suara yang memekakan telinga itu. Angin berkibar cukup kencang, hawa dingin menyelimuti di sekitar sebuah rumah yang kini sudah Vee temukan, di mana suara tangisan itu mulai mereda.Vee mengecek keadaan rumah tersebut, ia mengintip di balik setiap jendela yang sedikit terbuka. Kosong, lalu beralih ke jendela lainnya. Masih kosong, kemudian di jendela ketiga yang ia lihat, barulah ada suatu hal yang mengerikan. Chofa yang masih belum memiliki wujud sedang memakan seseorang, tanpa basa-basi Vee langsung memecahkan jendela di hadapannya. Chofa yang sedang menelan manusia itu terkejut serta mendengok ke arah Vee, namun Vee dengan cekatan memukul sang Chofa sebelum bereaksi. Namun tetap saja, terlambat, Chofa sudah menelan sepenuhnya manusia yang barusan tinggal kaki di mulutn
Vee mempunyai salah satu teman yang bekerja di pusat rehabilitasi ini, dia adalah Fento, anak lelaki yang pernah Vee selamatkan namun tidak dengan keluarganya. Saat itu, Vee hanya sempat untuk menyelamatkan Fento seorang, anak kecil itu sedang membawa pisau dan meringkuk di depan rumahnya sembari melihat Chofa melahap kedua orang tuanya. Pandangan anak tersebut amat kosong saat Vee pertama kali ke tempat itu.Namun saat ini, Fento sudah pulih, ia menghabiskan hari-harinya sebagai salah satu pekerja di pusat rehabilitasi milik keluarga Avalon ini. Meski hanya sebagai pendata pasien, ia senang bisa berguna. Begitulah salah satu potret pasien yang telah sembuh dari pusat rehabilitasi, jika mereka tidak memiliki keluarga, maka akan ditampung oleh keluarga Avalon sebagai pekerja di salah satu bidang apa pun yang dibutuhkan.Saat Vee berniat bertemu dengan Fento malam itu, ia tak ada di ruangan seperti biasa. Namun Vee tahu di mana Fento berada. Vee mengunjungi sebuah lapang
Sebulan berlalu tanpa ada kemunculan Chofa yang banyak, hanya beberapa yang Vee lawan juga teman-teman satu pemburu Chofa. Namun, tiga hari belakangan ini, kemunculan Chofa yang sangat kuat kian sering terjadi.“Mereka sudah mulai bergerak,” kata Fazl-Ayah Vee-pagi itu seperti biasa namun dengan suasana yang tidak biasa. “Chofa yang lebih kuat telah muncul. Sudah tiga hari kemunculan Chofa melonjak, bahkan beberapa pemburu merasa kewalahan menghadapi Chofa saat ini. Mereka bilang, jumlah Chofa meningkat, begitu pula dengan kekuatan mereka.”“Bagaimana dengan pasukan yang mencari pusat penelitian Chofa itu?” tanya Vee.“Mereka tak kunjung menghasilkan. Mereka sudah mencarinya ke hampir seluruh lautan di dunia ini, tapi yang mereka temukan hanya Chofa-Chofa pada umumnya,” jawab Fazl. “Bersiap saja, mungkin malam ini kau juga akan bertemu banyak Chofa kuat. Oh iya, untuk Feri, ayah akan ajak dia untuk kenal deng
Sementara itu, di sisi lain dunia, dunia yang begitu penuh dengan kegelapan, dunia tempat di mana iblis tinggal, tengah diadakan pesta besar besaran. Lebih tepatnya di kerajaan Madome, salah satu kerajaan yang sangat mendukung keberadaan Chofa di dunia manusia untuk kebutuhan para iblis di sana. Jiwa-jiwa manusia yang dimakan oleh Chofa dikumpulkan ke dalam bejana transparan besar di mana. sangat banyak apalagi pasca malam bencana yang barusan dihadapi oleh manusia. Hampir seluruh iblis di kerajaan tersebut bersuka cita, mereka minum dan makan dengan lahap seraya senang menyambut jiwa-jiwa manusia yang telah mereka dapatkan. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya jika jiwa adalah makanan yang sangat lezat bagi ras Iblis. Daging, susu, masakan yang enak atau apa pun itu akan kalah lezatnya jika dibandingkan dengan jiwa, karena itulah mereka mengirimkan Chofa sebagai pemburu jiwa manusia yang nantinya akan me
Keluarga Drakon adalah mereka yang diakui sebagai garis langsung keturunan manusia naga pertama. Keluarga Drakon yang melawan Chofa ada lebih dulu daripada keluarga-keluarga Pembasmi Chofa lainnya. Mereka ada jauh sebelum keluarga Ice mendapatkan kekuatan, juga sebelum keluarga Avalon mendapatkan kekuatan iblisnya. Mereka sudah ada jauh sebelum itu. Dalam kitab yang diturunkan turun-temurun kepada keluarga Drakon, awal mula mereka terbentuk bukanlah atas dasar adanya Chofa, karena Chofa saat itu belum muncul di permukaan bumi atau bisa dibilang masih dalam kurungan di dunia iblis. Pada saat itu, terdapat duan aga yang berhasil menemukan sebuah dunia dengan manusia yang sangat banyak di dalamnya beserta sumber daya alam yang sangat melimpah. Seperti tanaman, air, panas yang stabil, tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Alhasil, dua naga itu membentuk kerajaannya sendiri dengan manusia-manusia sebag
“Kau belum menyebutkan nama,” cegat Tokki pada Vee yang hanya merespon dengan diam saat didengarkan sebuah nama. “Ah iya, namaku Vee, Vee Avalon,” jawab Vee dengan ragu-ragu karena baru pertama kali ini ia bertemu langsung dengan anggota keluarga Drakon secara langsung. “Vee? Nama yang indah!” celetuk Tokki. Gadis Naga itu berjalan mendekat ke arah Lava yang akan memasuki gua. “Gua apa ini?” tanya Tokki asal. “Apa kita akan masuk?” Mereka berdua sudah ada di mulut gua, sementara Vee sedikit berlari untuk menyusul. “Apa kita benar akan masuk? Kita takt ahu apa yang ada di dalam sana, bukan?” cemas Vee. “Tenang saja,
“Jadi… apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Lava setelah menceritakan kejadian malam mengerikan yang ia lihat. Vee menggeleng sebagai tanda ia tak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tangan lembut Vee masih menggenggam mayat sang Adik, ia tak mampu untuk melepaskannya meski mayat itu perlahan mulai dingin, juga kaku seperti sebuah papan. Untuk yang kesekian kalinya air mata Vee mengalir perlahan, menetes sampai pada kulit mayat berwajah Feri tersebut. Vee merasa benar-benar tak tau arah setelah kematian Feri, seperti keinginan untuk membasmi Chofa pun lenyap begitu saja. “Apa kau akan terus-menerus menangisinya dan tidak akan berbuat apa-apa?” celetuk Lava. “Memangnya… apa yang bisa aku perbuat untuk menghidupkannya kembali?” kalimat Vee mulai
Perlahan, tabir yang menyelimuti mereka berlima mulai terbuka, dapat dirasakan oleh masing-masing dengan pertanda yang berbeda-beda. Setelah seluruh bagian tabir terbuka, mereka melihat dunia yang baru. Ya, dunia yang mereka kenali itu ternyata baru saja luluh lantah, selama ini tabir tersebut menutupinya, sebuah peristiwa yang terjadi saat mereka berlima sibuk melawan Chofa yang kuat di dalam tabir. “A-apa yang terjadi?” Savi bertanya pada entah siapa, sementara matahari mulai malu-malu muncul dari ufuk timur. Vendre menggeleng sebagai pertanda tidak tahu, begitu pula dengan Asta dan Vee dalam menanggapi pertanyaan Savi yang terlihat panik. Karena matahari yang mulai menunjukkan sinarnya, tubuh-tubuh mereka yang tadinya kerangka, kini kembali menjadi m
Vee dan Vendre bergerak bersamaan, mereka hampir melaju dengan kecepatan yang sama, hanya saja Vee sedikit lebih cepat. Gadis tengkorak itu diselimuti penuh oleh aura hitam kuat yang stabil, sementara Vendre masih berusaha mengeluarkan api merah meski tidak sebesar sebelumnya. Kedua tusukkan pedang mereka tepat mengenai bagian lemah yang direncanakan, Vendre agak telat sedikit. Dari tusukkan tersebut, retaknya merambat. Chofa yang besar itu berteriak keras, membuat gemuruh yang hebat, ombak pun terpengaruh olehnya. “Sekarang! Asta!” perintah Riv selanjutnya. Asta yang sedari tadi sudah mengumpulkan energi di dalam pedang besar, kini tengah dibantu oleh Savi, membuat pedang yang berasap hitam itu bercampur dengan api hijau. Asta mengayunkan dengan cepat pedangnya bersamaan dengan Vee dan Vendre yang lekas menghindar dari sasar
Api merah adalah sebuah kekuatan Avalon yang sudah sangat jarang ditemukan karena cukup berbahaya jika penggunanya kehilangan konsentrasi barang sebentar saja. Pasalnya, api itu memanfaatkan banyak energi dari iblis secara tiba-tiba yang dicampur dengan amarah dari manusia. Vendre sudah menguasai amarah yang bisa dia keluarkan meski tak ada hal yang membuat marah maup[un sedih di sekelilingnya. Itu berarti, Vendre bisa menangis maupun marah tanpa sebab. Bahkan di saat sekarang pun, ia dalam kondisi sedih dan marah secara bersamaan, pedang yang masih di dalam sarung itu pun berkibarkan api merah yang cukup besar. Angin mulai kembali berhembus kencang, namun kali ini sebagai respon dari kekuatan Vendre yang luar biasa. Lelaki itu melompat, bergerak dengan cepat, menebas bagian leher Chofa yang sedang mereka berlima hadapi. Seketika leher Chofa yang besar itu penuh dengan kobaran api searah goresan pedang milik Vendre. Namun, tak sedikit pun terpotong.&n
Serangan dari Asta membuat seisi pantai bergemuruh, tebing tinggi itu pun perlahan oleh tebasan yang semakin bergetar. Tidak berselang lama, tebing tersebut berhasil di hancurkan berkeping-keping. Pasca itu terjadi, tebasan pedang hitam itu berhenti, Asta terlihat sangat bisa mengendalkan kekuatannya. Begitulah yang disadari oleh Vee. Perlahan debu-debu yang menyelimuti bekas tebing barusan mulai menghilang dibawa angin malam ke arah laut. Dan terlihatlah sebuah gua di sana, gua yang mengarah ke dalam tanah meski masih terllihat samar-samar. “Gua?” Vendre bergumam perihal apa yang pandangannya bicarakan. Gerbang menuju suatu tempat yang diduga adalah laboratorium Chofa itu terbuka, tapi apakah tabir yang menyelimuti tadi juga sudah hilang? Begitul
“Hahaha!” Fazl terbahak mendengar cerita dari Vee siang itu yang menjelaskan jika penghalang di pantai itu hanyalah melindungi dari manusia. “Semudah itu? Kenapa pasukan payah itu tidak bisa menemukan solusinya,” ia kembali menundukkan kepala sembari meremas rambutnya sendiri. “Malam ini, mala mini juga kita harus serang tempat itu habis-habisan, entah makhluk macam apa yang ada di sana, kita akan serang mereka bersamaan.” Vee hanya balas dengan anggukkan, gadis cantik itu masih tidak mengerti mengapa raut wajah sang Ayah dapat berubah begitu cepat dari tertawa menjadi semurung sekarang. Fazl pergi begitu saja dari rumah yang didiami Vee setelah mmeberikan arahan mengenai teknis penyerangan nanti malam. “Apa aku boleh ikut?