Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan)
"Kamu selingkuh, Mas?" Tak sengaja aku membaca pesan yang baru masuk ke ponsel Mas Andra, ketika dia lalai dengan benda pipih itu.Suamiku terpaku ketika melihat ponselnya berada di tanganku. Kemudian dia terlihat gelagapan, seperti salah tingkah.Aku kembali mengecek pesan itu, dan menelusuri lebih dalam lagi tentang siapa pengirimnya. "Minta hapeku!" Dengan paksa, Mas Andra merampas benda pipih itu dari tanganku, yang membuat diriku semakin curiga."Jadi benar, kamu selingkuh?" selidikku padanya, karena sempat membaca beberapa histori chat mereka juga."Siapa yang selingkuh?" jawabnya cuek, sembari sibuk mengutak-atik ponselnya itu."Jadi, yang baru ngirim pesan itu siapa?" Aku bertanya dengan lembut, berharap agar suamiku mau berkata jujur."Teman.""Teman?""Iya.""Sejak kapan seorang teman chatingan dengan menggunakan kalimat 'Sayang'?""Sudahlah, Indah. Kamu tidak usah mencari-cari kesalahan Mas, untuk memancing keributan. Justru hal ini yang membuat Mas tidak betah berlama-lama tinggal di rumah ini." Tanpa alasan yang jelas, Mas Andra tiba-tiba marah. Padahal aku hanya bertanya padanya. Apa aku salah bertanya pada suami sendiri?"Karena selalu ribut dengan Indah, atau karena wanita murahan itu?""Ah, sudahlah. Aku capek bertengkar terus sama kamu. Lebih baik aku keluar untuk mencari hiburan." Mas Andra pergi, meninggalkanku tanpa ada kejelasan yang pasti.Baik Mas. Jika kamu tidak mau menjelaskan semuanya, biar aku yang mencari tahunya sendiri.Tapi awas jika sampai ketahuan bahwa kamu benar-benar telah berbuat curang dibelakang ku? Aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu sampai kamu mat1.*Setelah punggung mobil Mas Andra menghilang, aku segera memesan taksi online untuk mengekorinya dari belakang.Aku yakin bahwa suamiku itu akan menemui wanita murahan yang baru saja menghubunginya tadi, yang memintanya untuk datang ke sebuah kamar hotel.(Mas, Nina sedang berada di Hotel Bintang.)(Apa Mas bisa menemani Nina untuk malam ini?)(Plis. Nina sangat merindukan Mas.)(Datang ya!)(Nina menunggu kehadiran, Mas.)Begitulah isi pesan yang masuk ke ponsel suamiku.Selama ini aku tak pernah memeriksa ponsel miliknya. Aku percaya dia. Aku percaya dengan suamiku.Tapi entah kenapa, setelah mendengar beberapa notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya tadi, jiwa kepoku meronta-ronta. Merasa ingin tahu bahwa suamiku bergaul dengan siapa saja.Namun alangkah terkejutnya diriku ketika membaca pesan darinya. Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia bisa mengenal Mas Andra? Sejak kapan dia dekat dengan suamiku?Tak lama kami sampai di Hotel Bintang.Aku mengatur siasat, bagaimana caranya agar aku bisa masuk kedalam sana."Andi! Apakah kamu bisa datang ke sini!" Aku menghubungi adikku yang seorang polisi."Kemana, Mbak?""Ke Hotel Bintang.""Untuk apa?""Sudah, datang saja. Bawa temanmu dua atau tiga orang. Mbak butuh bantuan kalian."Lima belas menit, Andi datang bersama kedua orang rekannya. Kebetulan adikku itu piket malam sehingga mereka datang dengan seragam lengkap kedinasan."Ada apa, Mbak?" tanyanya menghampiriku setelah turun dari mobil patroli."Mas mu ada di dalam bersama dengan seorang wanita.""Mas Andra?"Aku mengangguk."Dari siapa Mbak tau?""Mbak mengekorinya sampai sini.""Kurang ajar. Ayo kita cari dia."Adikku terlihat marah.Setelah menemui resepsionis, adikku mengajakku untuk menuju ke suatu tempat, dimana Mas Andra sedang berduaan dengan seorang wanita yang masih belia.Kalau bukan untuk berbuat maksiat, untuk apalagi wanita murahan itu mengundang suamiku.Tok. Tok. Tok.Adikku mengetuk pintu tiga kali. Tak lama daun pintu terbuka. Seorang wanita tampak keluar dari sana."Ada apa ya?" tanya wanita berpakaian seksi itu, ketika melihat ada tiga orang polisi yang mengetuk pintu kamarnya."Mana Mas Andra? Suruh dia keluar!" teriakku pada wanita itu."Kamu siapa?" tanyanya ketakutan."Saya istrinya Andra. Kamu siapa? Kenapa kamu bisa satu kamar dengan suamiku?" Aku melotot tajam pada wanita yang usianya sepertinya masih jauh di bawah usiaku."Mas! Istri Mas datang." Wanita itu memanggil pasangannya untuk keluar.*****Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 2)"Minggir kamu!" Aku mendorong wanita itu dengan paksa agar aku bisa masuk untuk melihat suamiku. Dan di dalam sana aku mendapati Mas Andra sedang sibuk untuk memakai pakaiannya.Dan di atas kasur yang sama terlihat juga sebuah sprei kusut, bergulung dan bergerak-gerak sendiri. Seperti ada sesuatu di dalamnya.Tanpa banyak bertanya, aku langsung menarik sprei itu dan mendapati seorang wanita lagi tanpa busana bersembunyi di dalamnya."Siapa ini, Mas?" tanyaku dengan berapi-api pada Mas Andra.Kali ini dia tidak bisa mengelak lagi karena telah tertangkap basah olehku. Jangankan untuk membela diri, untuk menatap wajahku saja pun dia sudah tidak berani.Sedangkan Andi, membantuku untuk mengambil gambar, merekam perbuatan asusila suamiku. Agar ada sebuah bukti yang kuat bahwa suamiku telah berkhianat di belakangku.Awalnya aku ingin melaporkan kecurangan suamiku pada pihak yang berwajib, atau menyebarluaskan videonya supaya viral. Agar suamiku me
Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 3)Ketiga orang itu masih diam, enggan menuruti perintahku."Ayo buka pakaianmu! Atau aku yang akan membukanya secara paksa. Cepat!" Aku mendorong kepala wanita yang masih mengenakan busana itu."Dan kamu, Mas! Cepat buka pakaianmu sekarang!" perintahku pada Mas Andra."Tapi, Indah.""Tidak ada tapi-tapian. Bukankah ini yang Mas inginkan?" Aku menatapnya tajam.Namun ketiga orang itu masih diam."Baiklah. Berarti kalian suka dengan cara kekerasan. Oke."Aku mengambil sebuah botol minuman dan memecahkannya ke cermin rias. Pecahan botol itu aku todongkan pada mereka."Kalian mau melakukannya atau aku bunuh kalian sekalian.""Jangan Indah. Jangan lakukan itu! Polisi ada diluar, mereka akan menangkapmu jika sampai kau melakukan penganiayaan terhadap kami di sini." Mas Andra menakut-nakutiku."Mereka keluargaku. Mereka akan membelaku.""Tidak semudah itu Indah. Tidak ada kata saudara jika itu berkenaan dengan hukum. Bahkan profesi adikmu juga akan m
Psykopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 4)"Ayo pulang!" Aku mengajak Andi dan kedua temannya untuk pulang."Mana Mas Andra?" tanya Andi ketika aku keluar hanya sendiri."Sudah, biarin aja, tidak usah diurus." Aku melanjutkan langkahku."Tapi dia sudah kedapatan selingkuh, Mbak?" Kelihatannya adikku itu juga tidak suka dengan kelakuan suamiku."Biar itu menjadi urusan rumah tangga, Mbak.""Tapi Mbak, dia harus diberi pelajaran.""Maksudmu, kamu mau mengorbankan profesimu hanya demi membela Mbak?" Aku menatapnya lekat.Adikku terdiam, kemudian menggeleng pelan."Oke. Kalau begitu, biar itu menjadi urusan, Mbak." Aku kembali berjalan."Dibuatkan laporannya aja, Buk! Nanti setelah di sel tahanan, kami yang akan menghajarnya." Sekarang, teman dari adikku yang memberi usulan."Apa kalian yakin bisa melakukannya?" Aku kembali menatap mereka, satu persatu.Mereka saling menatap satu sama lain. Sepertinya mereka juga kurang yakin, bahwa sanggup untuk menghajar Mas Andra di sel tahanan. Adik
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 5)Tiga hari berlalu, namun Mas Andra tak kunjung pulang. Aku semakin cemas dengan keadaannya. Bukannya aku takut akan kehilangan dirinya, namun yang aku takutkan jika dia kembali enak-enak dengan kedua bocil itu lagi.Aku yang sudah letih di sini, mengatur berbagai cara untuk melenyapkannya, malah dia enak-enak di sana dengan gadis-gadis belia pilihannya. Enak saja. Itu tidak boleh dibiarkan. Aku harus segera mencarinya dan menyeretnya pulang.Baru saja akan beranjak keluar, tiba-tiba ponselku berdering. Tumben ibu dari suamiku menelepon siang-siang begini. Ada apa gerangan? Biasanya dia tidak pernah menghubungi kami sudah sejak lama sekali. Baginya, atau bagi keluarga mereka suamiku adalah sebuah aib yang harus disembunyikan dan dibuang jauh-jauh.Walau begitu, ketika terjadi sesuatu pada anaknya itu, ibu mertua selalu menjadi orang nomor satu yang turun tangan duluan untuk membela suamiku. Tak penting benar atau salah, yang dia tahu bahwa k
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 6)Taraaa. Aku pulang."Cepetan dong, Mas! Kok lambat amat sih jalannya? Indah sudah nggak sabar, nih." Aku menyeret suamiku dengan paksa, yang jalannya mengangkang sambil terseok-seok."Yang pelan dong, Sayang. Anu Mas masih sakit, nih.""Siapa suruh Mas kegatelan, coba? Masih untung ituh barang masih ada ditempatnya. Kalau kemarin sampai lepas gimana?" Aku berucap ketus."Jangan dong, Sayang. Doa kamu kok jelek amat sih sama suami sendiri.""Biarin. Orang Mas nakal sih." Aku pura-pura cuek."Namanya juga laki-laki, Sayang."Aku berhenti, kemudian menatapnya. " Emang semua laki-laki begitu, ya?""Nggak semua, sih. Hanya kebanyakan aja." Suamiku salah tingkah."Oh, gitu ya? Emangnya apaan sih bedanya antara wanita yang satu dengan wanita lainnya?" Aku merasa sedikit penasaran. Soalnya bentuknya kan sama aja. Sama-sama bulet.Eh, bulet apa segitiga ya? Coba di cek dulu!"Beda dong Sayang. Dari karakternya aja kan beda-beda. Ada yang galak, ada
Psikopat ( Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 7)"Ini Mas, jamunya diminum dulu!" Aku menyerahkan segelas jamu yang baru kuseduh pada suamiku. Tentu dengan gaya manja yang sengaja kubuat-buat agar suamiku tergoda."Kok dingin?" protes suamiku, ketika gelas itu baru saja menyentuh kulitnya."Tidak apa-apa, Mas. Biar seger. Nanti kalau mau panas, biar Indah yang panasin." Aku masih bersikap lembut, sembari memberi kode dengan lidah dan bibirku agar suamiku segera meminum jamu yang telah aku persiapkan untuknya."Ini jamunya beli atau racik sendiri?" "Beli dong, Mas. Tapi ini harganya mahal banget lho. Jamu ini khusus Indah pesen buat Mas seorang. Pokoknya jamu ini limited edition, deh.""Oh, gitu ya." Mas Andra mencicipi sedikit jamu itu dengan ragu-ragu.Sepertinya tingkat kewaspadaan suamiku memang benar-benar sangat tinggi. Dia sangat peka terhadap gerak-gerik orang disekitarnya. Sehingga mempersulit diriku untuk mengeksekusi suamiku ini.Aku harus bisa mengontrol emosi dan bersikap se
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 8)[Aku sudah ada di depan. Kamu dimana? Cepat keluar!] Gadis itu kembali menghubungiku.Aku mengintip dari jendela, dan ternyata calon pelakor itu benar-benar datang ke rumahku.[Oke. Masuk saja! Pagarnya tidak dikunci.] Aku membalas pesan darinya.[Rumah kamu yang mana? Di sini banyak rumah. Titik kordinatnya juga tidak jelas.][Ya, pas yang di depan kamu. Masuk aja, pagar sama pintu nggak dikunci. Langsung aja naik menuju lantai dua. Aku ada di atas, tepat dilantai dua.]Wanita itu menoleh ke atas, tepat kearahku.Aku membuka sedikit jendela, mengulurkan tangan untuk memberi kode padanya.[Oke. Aku masuk,] jawab gadis abege itu. Lalu melangkah menuju halaman rumahku.Kira-kira anak siapa ya? Masih kecil kok sudah sangat meresahkan. Apa tidak dicariin sama orang tuanya?Aku memantau gerak gerik gadis itu melalui kamera pengawas cctv yang terkoneksi ke ponselku. Dia berjalan memasuki pagar, lalu menutupnya kembali. Lalu menuju pintu utama, mem
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 9)Hari beranjak malam, aku baru saja selesai membedah dua orang pasien di rumahku.Setelah membersihkan badan, aku memilih untuk beristirahat sejenak, dengan duduk santai di teras depan. Dengan bertemankan secangkir kopi hitam dan sebungkus rokok dihadapan.Sembari memeriksa tiga ponsel milik gadis-gadis selingkuhan suamiku satu persatu. Mulai dari pesan chat mereka, hingga foto galeri gadis-gadis belia itu.Ternyata benar, bahwa kedua gadis itu merupakan dua orang sahabat yang cukup dekat. Dari histori media sosial mereka terlihat bahwa kedua wanita itu selalu bersama.Raut wajah mereka terlihat ayu dan cantik-cantik. Namun sayang, dengan kecantikan itu pula mereka manfaatkan untuk menjerat laki-laki hidung belang.Sampai detik ini saja, puluhan chat silih berganti masuk ke aplikasi whatsapps yang mereka punya.Namanya, Nirina, biasa dipanggil Nina. Dan dialah orang yang menghubungi suamiku kala itu.[Nin, kamu dimana, sih? Kok chat aku ngga