Psykopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 4)
"Ayo pulang!" Aku mengajak Andi dan kedua temannya untuk pulang."Mana Mas Andra?" tanya Andi ketika aku keluar hanya sendiri."Sudah, biarin aja, tidak usah diurus." Aku melanjutkan langkahku."Tapi dia sudah kedapatan selingkuh, Mbak?" Kelihatannya adikku itu juga tidak suka dengan kelakuan suamiku."Biar itu menjadi urusan rumah tangga, Mbak.""Tapi Mbak, dia harus diberi pelajaran.""Maksudmu, kamu mau mengorbankan profesimu hanya demi membela Mbak?" Aku menatapnya lekat.Adikku terdiam, kemudian menggeleng pelan."Oke. Kalau begitu, biar itu menjadi urusan, Mbak." Aku kembali berjalan."Dibuatkan laporannya aja, Buk! Nanti setelah di sel tahanan, kami yang akan menghajarnya." Sekarang, teman dari adikku yang memberi usulan."Apa kalian yakin bisa melakukannya?" Aku kembali menatap mereka, satu persatu.Mereka saling menatap satu sama lain. Sepertinya mereka juga kurang yakin, bahwa sanggup untuk menghajar Mas Andra di sel tahanan. Adikku hanya tidak terima melihat harga diri kakaknya diinjak-injak oleh kakak iparnya.Walaupun selama ini Mas Andra tidak memiliki pekerjaan yang pasti alias pengangguran, namun dengan kekuasaan yang dimiliki oleh kedua orang tuanya, dia bisa saja melakukan apapun yang dia suka.Mertuaku bukan orang sembarangan. Mertua laki-laki merupakan salah satu kepala Mafia di tempat asalku. Dia memiliki segala-galanya. Sedangkan ibu mertua merupakan seorang politikus senior dari tempat yang sama.Lain lagi dengan keluarga besar suamiku, semua memiliki pangkat dan jabatan yang sangat strategis di kotaku. Mereka bisa melakukan apapun semau mereka.Tapi tidak denganku. Aku tidak akan mau diperlakukan dengan semena-mena. Dia pikir aku ini siapa?"Kalau begitu, lupakan kejadian malam ini. Mbak juga tidak ingin jika masalah ini tercium sampai keluar. Kalian tahukan siapa keluarga mereka. Jika mereka sampai tahu bahwa kalian ikut campur dengan urusan pribadi anaknya, mungkin besok kalian sudah tidak bisa lagi bekerja di institusi itu. Apa kalian mau di pecat?"Ketiga orang itu menggeleng kuat."Oke. Kalau begitu, antar Mbak pulang."*Sesampai di rumah, aku tak tinggal diam. Aku harus menyiapkan segala sesuatu sebelum Mas Andra pulang. Jika tidak, kemungkinan besar aku yang akan terlebih dahulu dia habisi.Sebagai seorang pengangguran, Mas Andra memiliki banyak orang di lapangan. Jika ada pesanan dari atasan, biasanya Mas Andra sendirilah yang akan langsung turun tangan untuk mengeksekusi orang tersebut sesuai dengan perintah atasan.Bahkan aku juga sering ia ajak untuk ikut turun tangan kelapangan membantunya untuk melaksanakan tugas yang sedang ia emban itu. Biasanya aku dia gunakan hanya sebagai pancingan saja, atau sekedar untuk mata-mata.Tapi kali ini, aku sendiri yang akan menjadi eksekutornya.Aku kembali mengecek berbagai senjata yang akan aku pergunakan untuk menghabisi suamiku itu.Mulai dari senjata api, senjata tajam, benda tumpul serta zat kimia yang dapat mematikan. Pokoknya, apa yang biasa digunakan oleh seseorang untuk menghabisi nyawa targetnya, telah aku persiapkan semuanya. Tanpa terkecuali seutas tali.Aku juga telah menentukan tempat dimana suamiku akan mat1 meregang nyawa.Setelah nanti aku memukulnya dari belakang, lalu aku akan menyeretnya ke kamar mandi. Di sana aku akan membiarkannya selama beberapa jam. Lalu, aku akan melaporkan kejadian itu pada pihak keluarganya, dan mengatakan bahwa suamiku mat1 akibat terpeleset dikamar mandi. Selesai.Mudah bukan?*Satu hari berlalu, namun Mas Andra tak kunjung pulang. Aku mulai mengkhawatirkan keadaannya. Jangan-jangan kemarin dia telah mat1 di kamar hotel akibat kehabisan tenaga. Jika benar demikian yang terjadi padanya, baguslah. Berarti aku tidak perlu susah payah mengeluarkan tenaga untuk m3mbunuhnya. Merasa bosan, aku berselancar di dunia maya, mencari-cari berita tentang Hotel dimana Mas Andra menginap malam tadi. Namun tak ada berita kejadian hari ini di sana. Dapat disimpulkan bahwa Mas Andra dalam keadaan baik-baik saja. Akan tetapi kemana dia?(Ditemukan Tewas Di Kamar Mandi, Ternyata Siswi SMA Di 8unuh Oleh Kekasihnya.) Tak sengaja aku membaca salah satu judul berita yang lewat di beranda Mbah G****e, di ponselku.Merasa penasaran, aku segera mengklik gambar ilustrasi berita itu sehingga aku masuk ke halaman berita itu dimuat. Setelah membaca isinya, ternyata tersangka menghabisi ny4wa korban dengan cara dipukul dari belakang dengan menggunakan benda tumpul. Lalu j4sad korban diseret ke kamar mandi untuk menghilangkan jejak.Tersangka sempat kabur ke luar kota, namun dapat diburu oleh petugas kepolisian. Karena melawan petugas, akhirnya tersangka dihadiahi sebuah timah panas di kaki kirinya.Wadaw, bahaya. Rencanaku telah diketahui oleh petugas kepolisian. Aku harus mengatur ulang strategi lagi, agar jangan sampai ketahuan.Sebentar! Sebentar! Aku ada ide. Sepertinya ide ini lebih apik dari yang tadi.Aku bergegas, kembali mempersiapkan skenario yang kedua. Mudah-mudahan ini bisa berhasil.*****Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 5)Tiga hari berlalu, namun Mas Andra tak kunjung pulang. Aku semakin cemas dengan keadaannya. Bukannya aku takut akan kehilangan dirinya, namun yang aku takutkan jika dia kembali enak-enak dengan kedua bocil itu lagi.Aku yang sudah letih di sini, mengatur berbagai cara untuk melenyapkannya, malah dia enak-enak di sana dengan gadis-gadis belia pilihannya. Enak saja. Itu tidak boleh dibiarkan. Aku harus segera mencarinya dan menyeretnya pulang.Baru saja akan beranjak keluar, tiba-tiba ponselku berdering. Tumben ibu dari suamiku menelepon siang-siang begini. Ada apa gerangan? Biasanya dia tidak pernah menghubungi kami sudah sejak lama sekali. Baginya, atau bagi keluarga mereka suamiku adalah sebuah aib yang harus disembunyikan dan dibuang jauh-jauh.Walau begitu, ketika terjadi sesuatu pada anaknya itu, ibu mertua selalu menjadi orang nomor satu yang turun tangan duluan untuk membela suamiku. Tak penting benar atau salah, yang dia tahu bahwa k
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 6)Taraaa. Aku pulang."Cepetan dong, Mas! Kok lambat amat sih jalannya? Indah sudah nggak sabar, nih." Aku menyeret suamiku dengan paksa, yang jalannya mengangkang sambil terseok-seok."Yang pelan dong, Sayang. Anu Mas masih sakit, nih.""Siapa suruh Mas kegatelan, coba? Masih untung ituh barang masih ada ditempatnya. Kalau kemarin sampai lepas gimana?" Aku berucap ketus."Jangan dong, Sayang. Doa kamu kok jelek amat sih sama suami sendiri.""Biarin. Orang Mas nakal sih." Aku pura-pura cuek."Namanya juga laki-laki, Sayang."Aku berhenti, kemudian menatapnya. " Emang semua laki-laki begitu, ya?""Nggak semua, sih. Hanya kebanyakan aja." Suamiku salah tingkah."Oh, gitu ya? Emangnya apaan sih bedanya antara wanita yang satu dengan wanita lainnya?" Aku merasa sedikit penasaran. Soalnya bentuknya kan sama aja. Sama-sama bulet.Eh, bulet apa segitiga ya? Coba di cek dulu!"Beda dong Sayang. Dari karakternya aja kan beda-beda. Ada yang galak, ada
Psikopat ( Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 7)"Ini Mas, jamunya diminum dulu!" Aku menyerahkan segelas jamu yang baru kuseduh pada suamiku. Tentu dengan gaya manja yang sengaja kubuat-buat agar suamiku tergoda."Kok dingin?" protes suamiku, ketika gelas itu baru saja menyentuh kulitnya."Tidak apa-apa, Mas. Biar seger. Nanti kalau mau panas, biar Indah yang panasin." Aku masih bersikap lembut, sembari memberi kode dengan lidah dan bibirku agar suamiku segera meminum jamu yang telah aku persiapkan untuknya."Ini jamunya beli atau racik sendiri?" "Beli dong, Mas. Tapi ini harganya mahal banget lho. Jamu ini khusus Indah pesen buat Mas seorang. Pokoknya jamu ini limited edition, deh.""Oh, gitu ya." Mas Andra mencicipi sedikit jamu itu dengan ragu-ragu.Sepertinya tingkat kewaspadaan suamiku memang benar-benar sangat tinggi. Dia sangat peka terhadap gerak-gerik orang disekitarnya. Sehingga mempersulit diriku untuk mengeksekusi suamiku ini.Aku harus bisa mengontrol emosi dan bersikap se
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 8)[Aku sudah ada di depan. Kamu dimana? Cepat keluar!] Gadis itu kembali menghubungiku.Aku mengintip dari jendela, dan ternyata calon pelakor itu benar-benar datang ke rumahku.[Oke. Masuk saja! Pagarnya tidak dikunci.] Aku membalas pesan darinya.[Rumah kamu yang mana? Di sini banyak rumah. Titik kordinatnya juga tidak jelas.][Ya, pas yang di depan kamu. Masuk aja, pagar sama pintu nggak dikunci. Langsung aja naik menuju lantai dua. Aku ada di atas, tepat dilantai dua.]Wanita itu menoleh ke atas, tepat kearahku.Aku membuka sedikit jendela, mengulurkan tangan untuk memberi kode padanya.[Oke. Aku masuk,] jawab gadis abege itu. Lalu melangkah menuju halaman rumahku.Kira-kira anak siapa ya? Masih kecil kok sudah sangat meresahkan. Apa tidak dicariin sama orang tuanya?Aku memantau gerak gerik gadis itu melalui kamera pengawas cctv yang terkoneksi ke ponselku. Dia berjalan memasuki pagar, lalu menutupnya kembali. Lalu menuju pintu utama, mem
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 9)Hari beranjak malam, aku baru saja selesai membedah dua orang pasien di rumahku.Setelah membersihkan badan, aku memilih untuk beristirahat sejenak, dengan duduk santai di teras depan. Dengan bertemankan secangkir kopi hitam dan sebungkus rokok dihadapan.Sembari memeriksa tiga ponsel milik gadis-gadis selingkuhan suamiku satu persatu. Mulai dari pesan chat mereka, hingga foto galeri gadis-gadis belia itu.Ternyata benar, bahwa kedua gadis itu merupakan dua orang sahabat yang cukup dekat. Dari histori media sosial mereka terlihat bahwa kedua wanita itu selalu bersama.Raut wajah mereka terlihat ayu dan cantik-cantik. Namun sayang, dengan kecantikan itu pula mereka manfaatkan untuk menjerat laki-laki hidung belang.Sampai detik ini saja, puluhan chat silih berganti masuk ke aplikasi whatsapps yang mereka punya.Namanya, Nirina, biasa dipanggil Nina. Dan dialah orang yang menghubungi suamiku kala itu.[Nin, kamu dimana, sih? Kok chat aku ngga
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan10)Aku terpaksa bergadang sampai pagi gara-gara ngurusin si bibit pelakor itu. Kok bisa ya, sudah pindah alam aja masih nyusahin orang. Kesal aku.Saking kesalnya, aku cincang-cincang aja dia sekalian sampai halus, terus potongan dagingnya aku masukin ke freezer. Lumayan kan harga daging lagi mahal. Jadi, untuk bulan ini tidak perlu beli daging lagi."Indah! Mas lapar."Begitu keluar dari kamar mandi, aku mendengar suara suamiku memanggil. Masih hidup dia rupanya."Eh, Paksu sudah bangun! Bagaimana sayang? Abis traveling kemana aja? Apa sudah lihat bagaimana bentuk neraka, belum?" tanyaku ramah sembari mendekati dirinya.Kebetulan aku baru selesai keramas, dan belum mengenakan pakaian juga. Jadi, nggak masalah juga deh, buat manas-manasin suamiku. Biasanya kalau posisiku lagi begini, Paksu pasti maksa minta dilayani. Bahkan dia nggak ngasi aku untuk berganti pakaian terlebih dahulu.Kadang suka kesel juga, sih. Abis mandi, malah harus mandi lag
Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 11)[Sayang! Entar malem Mami ngundang kamu untuk makan malam bareng. Kamu datang ya!] Aku tersenyum ketika menerima pesan dari Elvan, kekasih pujaan hatiku.[Oke, sayang. Aku pasti dateng, kok.]Segera kubalas pesan darinya.[Oh, iya. Emangnya ada acara apa, Sayang?] Aku balik bertanya.Namun, tidak ada balasan lagi dari Elvan.Menjelang sore, baru dia menghubungiku kembali.[Sayang, kamu siap-siap ya! Sebentar lagi aku dateng menjemput.]Aku langsung membalasnya.[Oke.]Aku pun berhias, menyempatkan diri untuk pergi ke salon kecantikan. Agar calon ibu mertuaku tidak lagi menganggap remeh terhadapku. Akan aku buktikan bahwa aku bisa lebih cantik dari dia.Kadang suka heran dengan mahkluk satu itu, setiap kali aku berkunjung ke rumahnya, dia selalu saja menunjukkan sikap tak suka.Ada saja yang salah pada diriku dimatanya.Namun, berkat support dari Elvan, aku masih bertahan untuk tetap melanjutkan hubungan kami."Kamu yang sabar ya, Sayang! Si
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 12)Sepuluh hari aku dirawat dirumah sakit akibat cedera yang aku derita karena ulahku sendiri. Selama itu pula Andra bersaudara menjagaku.Kata ibu, kedua pria itu tak mau pulang dari rumah sakit demi untuk menungguiku. Namun, kedua saudara itu juga terlihat tidak begitu akur, seperti sedang bermusuhan. Bahkan kata ibu, ibu tidak pernah melihat mereka saling bicara."Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa yang terjadi? Kenapa kamu nekat melakukan hal buruk seperti ini?" Elvan sangat mengkhawatirkan keadaanku.Namun aku tak menjawab, dan tak ingin lagi bicara padanya. Aku tahu bahwa dia sangat menyayangiku, dan tak bisa kupungkiri bahwa aku juga merasakan hal yang sama. Aku teramat sangat menyayanginya. Namun keadaannya saat ini telah berubah. Aku tidak ingin terjadi keributan antara Elvan dan kakaknya. Aku juga tidak ingin mengecewakannya yang akan membuatku hancur sendiri untuk yang kedua kalinya.Jadi, untuk menghindari Elvan dan bisa lepas darin