Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 3)
Ketiga orang itu masih diam, enggan menuruti perintahku."Ayo buka pakaianmu! Atau aku yang akan membukanya secara paksa. Cepat!" Aku mendorong kepala wanita yang masih mengenakan busana itu."Dan kamu, Mas! Cepat buka pakaianmu sekarang!" perintahku pada Mas Andra."Tapi, Indah.""Tidak ada tapi-tapian. Bukankah ini yang Mas inginkan?" Aku menatapnya tajam.Namun ketiga orang itu masih diam."Baiklah. Berarti kalian suka dengan cara kekerasan. Oke."Aku mengambil sebuah botol minuman dan memecahkannya ke cermin rias. Pecahan botol itu aku todongkan pada mereka."Kalian mau melakukannya atau aku bunuh kalian sekalian.""Jangan Indah. Jangan lakukan itu! Polisi ada diluar, mereka akan menangkapmu jika sampai kau melakukan penganiayaan terhadap kami di sini." Mas Andra menakut-nakutiku."Mereka keluargaku. Mereka akan membelaku.""Tidak semudah itu Indah. Tidak ada kata saudara jika itu berkenaan dengan hukum. Bahkan profesi adikmu juga akan menjadi taruhan jika kau nekat menyakiti kami.""Aku tidak peduli. Yang penting kau mat1.""Aku mohon Indah! Jangan lakukan itu. Kau akan menyesal jika kau sampai melakukannya. Di sini banyak kamera pengawas yang mengintaimu. Kau tidak akan bisa terlepas dari kasus pembunuhan nanti. Kau harus ingat bahwa hidup di penjara itu tidak enak. Kau akan tersiksa di sana."Aku diam, mencerna kata-katanya.Benar juga, jika aku sampai kalap mata dan menghabisi nyawa mereka, kemungkinan besar aku juga akan mati secara perlahan dan pelan-pelan, busuk dalam penjara. Dan itu akan lebih menyakitkan."Oke. Kalau begitu lakukan apa yang aku perintah. Maka urusan kita selesai. Aku hanya ingin belajar bagaimana cara kedua orang ini menghiburmu, agar aku nanti dapat melakukannya di rumah."Mereka masih diam."Atau kalian mau masuk penjara dan menjadi tontonan orang. Bukankah kalian juga memiliki keluarga yang akan menonton kebiadaban kalian? Apa kalian mau keluarga kalian ikut menanggung malu atas kelakuan kalian?"Kedua wanita itu menggeleng kuat."Oke. Sekarang ayo buka pakaian kalian dan segera layani suamiku. Anggap saja aku tidak ada di sini. Bukankah kalian sudah terbiasa melakukannya bersama?""Baik, Mbak. Tapi tolong jangan sebarkan videonya." Salah satu dari wanita itu memohon."Oke. Aku tidak akan menyebarkan videonya.""Mbak janji?" Wanita yang satunya menimpali."Saya janji.""Baiklah." Kedua wanita itu membuka pakaiannya. Yang satu , sudah tidak mengenakan pakaian lagi. Mungkin tadi sudah melakukan pemanasan terlebih dahulu.Dan membayangkannya saja aku sudah merasa mual.Mereka mulai melakukan adegan dewasa sesuai dengan permintaanku. Walaupun aku melihat bahwa suamiku sedikit enggan untuk melakukannya."Jangan kamu pura-pura malu, Mas! Aku tahu bahwa kamu sangat buas di atas ranjang. Anggap saja aku tidak ada di sini. Aku hanya ingin melihat seberapa lama kamu sanggup bertahan melayani dua orang wanita sekaligus."Aku menggeser kursi, membuka sebotol minuman keras yang tersisa, menyalakan sebatang rokok dan duduk santai sambil merekam adegan yang suamiku lakukan.Anggap saja sedang menonton adegan kebaya merah yang lagi viral.*"Teriak! Keluarkan suara kalian!" Aku mencambuk kedua wanita itu secara bergantian dengan menggunakan ikat pinggang suamiku. Memaksa mereka untuk mengeluarkan suara agar Mas Andra semakin bergairah.Aku tahu bahwa suamiku sangat suka mendengar suara des*h*n. Semakin keras suara itu, maka semakin kuat pula goyangannya. Setidaknya seperti itulah pengalamanku selama sepuluh tahun menemaninya."Ayo, yang semangat! Jangan kasi kendor!" Aku terus saja meneriaki mereka agar jangan sampai berhenti. Aku benar-benar ingin melihat suamiku tersiksa atas perbuatannya. Agar dia sadar bahwa apa yang dia lakukan selama ini hanya kenikmatan sesaat semata."Itu kenapa letoi. Ayo bangunkan lagi!" perintahku pada dua wanita itu untuk membangunkan junior Mas Andra yang kini terlihat layu."Cepat! Gigit saja kepalanya agar dia bangun lagi."Salah satu dari wanita itu menuruti perintahku dengan menggigit kepala junior suamiku itu. Tentu saja Mas Andra berteriak kesakitan.Dan sekarang, teriakan Mas Andra itu sungguh menyenangkan dan membuatku semakin bersemangat untuk menyiksanya."Yang kuat gigitnya!" Aku menekan suaraku agar kedua wanita itu merasa terintimidasi.Mungkin karena ketakutan, mereka mau melakukan apapun yang aku perintah."Bagaimana, Mas? Enak?" tanyaku ketika melihat Mas Andra sudah terkapar.Suamiku itu menggeleng."Mau lagi?" Dia kembali menggeleng."Tambah?" Lagi-lagi dia menggeleng."Jera?""Jera. Ampun!" Cepat dia menjawab."Besok-besok mau lagi?"Dia kembali menggeleng. "Tidak. Ampun! Tobat. Tobat," ucapnya memohon ampunan."Oke. Kalau begitu Indah pulang dulu, ya! Semoga tidur Mas malam ini indah seperti nama Indah."Aku membalikkan badan, ingin beranjak pulang."Maaf, Buk! Saya minta kartu identitas saya dikembalikan." Salah satu dari wanita itu menahan langkahku."Oh, iya. Saya lupa." Aku mengeluarkan dua buah kartu identitas yang tadi kumasukkan kedalam tasku.Sebelum mengembalikannya, aku memotonya terlebih dahulu, agar sewaktu-waktu jika dibutuhkan aku mudah untuk mencari keberadaan mereka.Eh, tunggu dulu. Ternyata kartu yang mereka serahkan tadi merupakan kartu identitas pelajar, bukan Kartu Tanda Penduduk.Oh, ternyata suamiku penyuka anak-anak. Pantas selama ini aku sering dianggurin terus.Oke! Aku paham."Ponselnya, Buk!""Ponsel kalian saya tahan. Nanti setelah selesai baru saya kembalikan."Aku melangkah pergi."Oh, iya. Kata sandinya tadi benarkan?" Kedua bocil itu mengangguk."Oke."Aku pulang, membiarkan suamiku untuk beristirahat dengan kedua selingkuhannya. Aku yakin dalam waktu yang cukup lama junior suamiku itu tidak akan sanggup lagi untuk berdiri.*****Psykopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 4)"Ayo pulang!" Aku mengajak Andi dan kedua temannya untuk pulang."Mana Mas Andra?" tanya Andi ketika aku keluar hanya sendiri."Sudah, biarin aja, tidak usah diurus." Aku melanjutkan langkahku."Tapi dia sudah kedapatan selingkuh, Mbak?" Kelihatannya adikku itu juga tidak suka dengan kelakuan suamiku."Biar itu menjadi urusan rumah tangga, Mbak.""Tapi Mbak, dia harus diberi pelajaran.""Maksudmu, kamu mau mengorbankan profesimu hanya demi membela Mbak?" Aku menatapnya lekat.Adikku terdiam, kemudian menggeleng pelan."Oke. Kalau begitu, biar itu menjadi urusan, Mbak." Aku kembali berjalan."Dibuatkan laporannya aja, Buk! Nanti setelah di sel tahanan, kami yang akan menghajarnya." Sekarang, teman dari adikku yang memberi usulan."Apa kalian yakin bisa melakukannya?" Aku kembali menatap mereka, satu persatu.Mereka saling menatap satu sama lain. Sepertinya mereka juga kurang yakin, bahwa sanggup untuk menghajar Mas Andra di sel tahanan. Adik
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 5)Tiga hari berlalu, namun Mas Andra tak kunjung pulang. Aku semakin cemas dengan keadaannya. Bukannya aku takut akan kehilangan dirinya, namun yang aku takutkan jika dia kembali enak-enak dengan kedua bocil itu lagi.Aku yang sudah letih di sini, mengatur berbagai cara untuk melenyapkannya, malah dia enak-enak di sana dengan gadis-gadis belia pilihannya. Enak saja. Itu tidak boleh dibiarkan. Aku harus segera mencarinya dan menyeretnya pulang.Baru saja akan beranjak keluar, tiba-tiba ponselku berdering. Tumben ibu dari suamiku menelepon siang-siang begini. Ada apa gerangan? Biasanya dia tidak pernah menghubungi kami sudah sejak lama sekali. Baginya, atau bagi keluarga mereka suamiku adalah sebuah aib yang harus disembunyikan dan dibuang jauh-jauh.Walau begitu, ketika terjadi sesuatu pada anaknya itu, ibu mertua selalu menjadi orang nomor satu yang turun tangan duluan untuk membela suamiku. Tak penting benar atau salah, yang dia tahu bahwa k
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 6)Taraaa. Aku pulang."Cepetan dong, Mas! Kok lambat amat sih jalannya? Indah sudah nggak sabar, nih." Aku menyeret suamiku dengan paksa, yang jalannya mengangkang sambil terseok-seok."Yang pelan dong, Sayang. Anu Mas masih sakit, nih.""Siapa suruh Mas kegatelan, coba? Masih untung ituh barang masih ada ditempatnya. Kalau kemarin sampai lepas gimana?" Aku berucap ketus."Jangan dong, Sayang. Doa kamu kok jelek amat sih sama suami sendiri.""Biarin. Orang Mas nakal sih." Aku pura-pura cuek."Namanya juga laki-laki, Sayang."Aku berhenti, kemudian menatapnya. " Emang semua laki-laki begitu, ya?""Nggak semua, sih. Hanya kebanyakan aja." Suamiku salah tingkah."Oh, gitu ya? Emangnya apaan sih bedanya antara wanita yang satu dengan wanita lainnya?" Aku merasa sedikit penasaran. Soalnya bentuknya kan sama aja. Sama-sama bulet.Eh, bulet apa segitiga ya? Coba di cek dulu!"Beda dong Sayang. Dari karakternya aja kan beda-beda. Ada yang galak, ada
Psikopat ( Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 7)"Ini Mas, jamunya diminum dulu!" Aku menyerahkan segelas jamu yang baru kuseduh pada suamiku. Tentu dengan gaya manja yang sengaja kubuat-buat agar suamiku tergoda."Kok dingin?" protes suamiku, ketika gelas itu baru saja menyentuh kulitnya."Tidak apa-apa, Mas. Biar seger. Nanti kalau mau panas, biar Indah yang panasin." Aku masih bersikap lembut, sembari memberi kode dengan lidah dan bibirku agar suamiku segera meminum jamu yang telah aku persiapkan untuknya."Ini jamunya beli atau racik sendiri?" "Beli dong, Mas. Tapi ini harganya mahal banget lho. Jamu ini khusus Indah pesen buat Mas seorang. Pokoknya jamu ini limited edition, deh.""Oh, gitu ya." Mas Andra mencicipi sedikit jamu itu dengan ragu-ragu.Sepertinya tingkat kewaspadaan suamiku memang benar-benar sangat tinggi. Dia sangat peka terhadap gerak-gerik orang disekitarnya. Sehingga mempersulit diriku untuk mengeksekusi suamiku ini.Aku harus bisa mengontrol emosi dan bersikap se
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 8)[Aku sudah ada di depan. Kamu dimana? Cepat keluar!] Gadis itu kembali menghubungiku.Aku mengintip dari jendela, dan ternyata calon pelakor itu benar-benar datang ke rumahku.[Oke. Masuk saja! Pagarnya tidak dikunci.] Aku membalas pesan darinya.[Rumah kamu yang mana? Di sini banyak rumah. Titik kordinatnya juga tidak jelas.][Ya, pas yang di depan kamu. Masuk aja, pagar sama pintu nggak dikunci. Langsung aja naik menuju lantai dua. Aku ada di atas, tepat dilantai dua.]Wanita itu menoleh ke atas, tepat kearahku.Aku membuka sedikit jendela, mengulurkan tangan untuk memberi kode padanya.[Oke. Aku masuk,] jawab gadis abege itu. Lalu melangkah menuju halaman rumahku.Kira-kira anak siapa ya? Masih kecil kok sudah sangat meresahkan. Apa tidak dicariin sama orang tuanya?Aku memantau gerak gerik gadis itu melalui kamera pengawas cctv yang terkoneksi ke ponselku. Dia berjalan memasuki pagar, lalu menutupnya kembali. Lalu menuju pintu utama, mem
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 9)Hari beranjak malam, aku baru saja selesai membedah dua orang pasien di rumahku.Setelah membersihkan badan, aku memilih untuk beristirahat sejenak, dengan duduk santai di teras depan. Dengan bertemankan secangkir kopi hitam dan sebungkus rokok dihadapan.Sembari memeriksa tiga ponsel milik gadis-gadis selingkuhan suamiku satu persatu. Mulai dari pesan chat mereka, hingga foto galeri gadis-gadis belia itu.Ternyata benar, bahwa kedua gadis itu merupakan dua orang sahabat yang cukup dekat. Dari histori media sosial mereka terlihat bahwa kedua wanita itu selalu bersama.Raut wajah mereka terlihat ayu dan cantik-cantik. Namun sayang, dengan kecantikan itu pula mereka manfaatkan untuk menjerat laki-laki hidung belang.Sampai detik ini saja, puluhan chat silih berganti masuk ke aplikasi whatsapps yang mereka punya.Namanya, Nirina, biasa dipanggil Nina. Dan dialah orang yang menghubungi suamiku kala itu.[Nin, kamu dimana, sih? Kok chat aku ngga
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan10)Aku terpaksa bergadang sampai pagi gara-gara ngurusin si bibit pelakor itu. Kok bisa ya, sudah pindah alam aja masih nyusahin orang. Kesal aku.Saking kesalnya, aku cincang-cincang aja dia sekalian sampai halus, terus potongan dagingnya aku masukin ke freezer. Lumayan kan harga daging lagi mahal. Jadi, untuk bulan ini tidak perlu beli daging lagi."Indah! Mas lapar."Begitu keluar dari kamar mandi, aku mendengar suara suamiku memanggil. Masih hidup dia rupanya."Eh, Paksu sudah bangun! Bagaimana sayang? Abis traveling kemana aja? Apa sudah lihat bagaimana bentuk neraka, belum?" tanyaku ramah sembari mendekati dirinya.Kebetulan aku baru selesai keramas, dan belum mengenakan pakaian juga. Jadi, nggak masalah juga deh, buat manas-manasin suamiku. Biasanya kalau posisiku lagi begini, Paksu pasti maksa minta dilayani. Bahkan dia nggak ngasi aku untuk berganti pakaian terlebih dahulu.Kadang suka kesel juga, sih. Abis mandi, malah harus mandi lag
Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 11)[Sayang! Entar malem Mami ngundang kamu untuk makan malam bareng. Kamu datang ya!] Aku tersenyum ketika menerima pesan dari Elvan, kekasih pujaan hatiku.[Oke, sayang. Aku pasti dateng, kok.]Segera kubalas pesan darinya.[Oh, iya. Emangnya ada acara apa, Sayang?] Aku balik bertanya.Namun, tidak ada balasan lagi dari Elvan.Menjelang sore, baru dia menghubungiku kembali.[Sayang, kamu siap-siap ya! Sebentar lagi aku dateng menjemput.]Aku langsung membalasnya.[Oke.]Aku pun berhias, menyempatkan diri untuk pergi ke salon kecantikan. Agar calon ibu mertuaku tidak lagi menganggap remeh terhadapku. Akan aku buktikan bahwa aku bisa lebih cantik dari dia.Kadang suka heran dengan mahkluk satu itu, setiap kali aku berkunjung ke rumahnya, dia selalu saja menunjukkan sikap tak suka.Ada saja yang salah pada diriku dimatanya.Namun, berkat support dari Elvan, aku masih bertahan untuk tetap melanjutkan hubungan kami."Kamu yang sabar ya, Sayang! Si