Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 12)Sepuluh hari aku dirawat dirumah sakit akibat cedera yang aku derita karena ulahku sendiri. Selama itu pula Andra bersaudara menjagaku.Kata ibu, kedua pria itu tak mau pulang dari rumah sakit demi untuk menungguiku. Namun, kedua saudara itu juga terlihat tidak begitu akur, seperti sedang bermusuhan. Bahkan kata ibu, ibu tidak pernah melihat mereka saling bicara."Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa yang terjadi? Kenapa kamu nekat melakukan hal buruk seperti ini?" Elvan sangat mengkhawatirkan keadaanku.Namun aku tak menjawab, dan tak ingin lagi bicara padanya. Aku tahu bahwa dia sangat menyayangiku, dan tak bisa kupungkiri bahwa aku juga merasakan hal yang sama. Aku teramat sangat menyayanginya. Namun keadaannya saat ini telah berubah. Aku tidak ingin terjadi keributan antara Elvan dan kakaknya. Aku juga tidak ingin mengecewakannya yang akan membuatku hancur sendiri untuk yang kedua kalinya.Jadi, untuk menghindari Elvan dan bisa lepas darin
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 13)"Kamu tau Indah, alasan kenapa Mas selalu mengajakmu langsung turun kelapangan untuk membantu, Mas?" tanya suamiku lagi.Aku menggeleng. Setahuku, dia hanya butuh bantuan. Udah, gitu aja."Itu karena Mas ingin mengajari kamu tentang bagaimana cara untuk bertahan hidup, dan menghindar dari musuh. Hidup ini kejam Indah. Adakalanya kita tidak tahu mana kawan dan mana pula lawan. Dari itu, Mas ingin agar kamu belajar dan terbiasa untuk mengenal siapa kawan dan siapa pula lawan kamu yang sesungguhnya."Aku merasa tersindir ketika Mas Andra mengucapkan kata-kata itu. Rasanya ingin sekali wajahku ini aku celupin kedalam minyak mendidih agar tidak dapat lagi dikenali olehnya, saking malunya."Dan kamu tahu Indah, siapa musuh kita yang sesungguhnya?"Aku kembali menggeleng. Karena selama ini aku tidak pernah merasa memiliki musuh, setelah aku bisa memaafkan kesalahan Mas Andra sewaktu awal-awal menikah dulu, dan sebelum aku mengetahui bahwa dia tela
Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 14)"Mas! Kamu tidak apa-apa, kan?" Mas Andra hanya diam."Mas! Bangun, Mas! Kamu jangan pergi, Mas!" Aku histeris ketika menyadari bahwa suamiku telah tiada. Dia telah pergi untuk selama-lamanya."Mas! Kenapa kamu tega meninggalkan Indah sendirian, Mas? Bukankah sudah Indah katakan bahwa Mas harus kuat! Mas harus sembuh!"Aku memukul-mukul jasad suamiku yang sudah kaku."Bangun, Mas!"*Ini minggu kedua suamiku tiada. Secara otomatis aku sudah sah menyandang status sebagai janda. Sedangkan jasad Mas Andra aku simpan baik-baik di freezer , dengan menyuntikkan zat pengawet sejenis formalin.Sedangkan jasad gundiknya, yang sudah aku cincang-cincang sebelumnya sudah aku singkirkan jauh-jauh dari rumahku dengan membuangnya ke sungai. Agar dia menjadi santapan buaya dilautan sana.Rencananya, aku ingin membangun sebuah ruangan khusus dilantai bawah untuk suamiku. Aku ingin membuat ruangan itu bersuhu dingin agar jasad suamiku bisa utuh dan tahan leb
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 15)Elvan?"Apa yang ingin kamu lakukan Indah?" bisik pria itu tepat di telingaku. " Hem, kenapa kamu ingin melakukan itu lagi?" Dia melepaskan pelukannya dari tubuhku dengan mendorong sedikit tubuhku agar menjauh dari tubuhnya, lalu menatap lekat kedua bola mataku.Aku terpana ketika menatap wajah itu. Wajahnya begitu teduh, tatapan matanya terlihat sayu. Apakah dia benar-benar Elvan? Tanpa sadar, aku membelai wajah itu. Dan rasanya seperti nyata. "Indah! Apa yang telah terjadi? Kenapa kamu mencoba untuk bunuh diri kembali?Dan kenapa kamu menyimpan jasad Andra di sini?"Ha? Jasad?Sontak aku tersadar bahwa pria yang ada di hadapanku kini adalah nyata, bukan mimpi.Dan aku baru ingat bahwa di ruangan ini aku juga sedang menyimpan jenazah suamiku.Gawat! Benar-benar gawat. Aku harus bagaimana? Kenapa orang ini sampai berada disini? Beribu tanda tanya berkelebatan di kepalaku.Tubuhku bergoncang, merasa ketakutan, bahwa apa yang aku sembunyikan
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 16)Sesuai dengan janjinya malam tadi, ternyata Elvan datang lagi. "Tidak apa-apa kamu datang kesini untuk menemuiku, Elvan?" tanyaku ketika dia sampai."Emangnya kenapa?""Nanti ada yang marah.""Erika?" Aku mengangguk."Sudah aku katakan jangan membahas masalah dia ketika aku bersamamu, Indah. Cukup kita membicarakan tentang masalah kita saja, Sayang." Elvan membelai rambutku dengan lembut."Tapi bagaimana jika dia tahu kamu berhubungan lagi denganku?" Aku membiarkan tangannya bergerilya manja membelai rambut, hingga menjalar kebagian wajah ini."Biarin saja. Mungkin itu sudah menjadi takdirnya."Wow, kejam sekali."Apa dia nanti tidak mencarimu?""Jangan khawatir, Erika tidak ikut pulang ke sini, Sayang." Elvan berucap dengan begitu lembut.Ha, berarti dia masih berada diluar negeri."Bagaimana dengan Mami. Apakah dia juga tidak akan mencarimu?""Aku rasa Mami tidak akan sempat untuk mengurusiku. Dia sedang sibuk dengan urusannya, terutama
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 17)Dengan cepat, ibu mertua menghampiriku. Tanpa ada aba-aba terlebih dahulu, dia langsung menjambak rambutku yang panjangnya sebahu."Berani kamu ya sama Mami! Kamu pikir kamu ini siapa, ha?" Ibu mertua begitu bernafsu menghajarku."Lepasin, Mi! Lepasin!" Aku menahan tangannya agar tenaganya tidak terlalu kuat menjambak rambutku. Ternyata dugaanku salah, nenek tua ini masih bertenaga rupanya. Aku terlalu anggap remeh terhadap dirinya tadi."Apa kamu! Masih berani melawan sama Mami, ha? Dasar tidak tahu diri." Mami melepaskan tarikannya dengan kasar hingga aku terpental kebelakang. Belum sempat berdiri sempurna, dia kembali mendekat, menjambak rambutku kembali sembari menampar pipiku.Sakit, sih."Berani-beraninya kamu ingin merampas apa yang menjadi milikku, ha! Dasar perempuan tidak tahu diri. Murahan. Mana Andra? Dimana kamu sembunyikan anakku?" Wajahnya terlihat garang.Aku kembali berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman singa betin
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 18)Aku menggerak-gerakkan tubuhku agar terlepas dari tali yang mengikatku. Tapi ikatan Mami yang menjeratku terlalu kuat sehingga aku tidak sanggup untuk melepaskan diri.Darah segar yang mengalir dari kulitku sudah mulai mengering, namun rasanya masih agak perih. Ya ampun, kulitku saat ini sudah mirip seperti monster, tercabik di sana sini.Menjelang ajal menjemput saja masih sempat-sempatnya nenek peot itu melukai diriku. Sampai segitu kah rasa bencinya terhadapku? Kurang ajar sekali dia! Awas kamu ya, setelah lepas nanti, akan aku cincang-cincang tubuh kamu sampai tidak tersisa. Tunggu aja kamu!*"Indah! Indah! Kamu kenapa, Sayang?" Aku terjaga ketika mendengar suara dari Elvan. Ternyata aku sampai ketiduran dengan posisi masih terikat tali di kursi."Elvan! Tolongin aku Elvan!" Aku menangis histeris ketika menyadari kekasih hatiku itu sudah kembali.Siapa juga yang nggak merasa trauma ketika mengalami dirinya hampir saja mati terbunuh d
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 19)Setelah membuka pintu, Elvan menurunkan jenazah ibunya dari mobil. Sedangkan aku memilih untuk duduk di kursi teras depan rumah. Lelah dan rasa kantuk mulai datang melanda diriku."Kamu istirahat saja di dalam Indah! Jika kamu lelah, tidurlah. Pilih saja kamar mana yang akan kita tempati," ucap Elvan sembari menggendong jenazah ibunya yang telah dibalut dengan sprei.Aku mengekorinya dari belakang, sembari mengamati seisi ruangan rumah itu. Masih melekat jelas diingatanku betapa buruknya peristiwa malam itu di rumah ini. Suasana rumah ini masih terlihat sama, tidak banyak yang berubah. Rumah yang menjadi saksi bisu betapa hancurnya aku dulu.Aku berhenti di depan salah satu pintu kamar, dan melihat daun pintu yang sedang tertutup rapat. Kamar itu, merupakan kamar dimana Mas Andra mengeksekusiku dulu.Aku menjatuhkan tas pakaian yang aku tenteng, berniat ingin membuka pintu itu. Belum sempat tanganku menyentuh handle pintu, suara seseorang m
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(34)Walau dari segi fisik dia jauh berubah, namun aku masih dapat mengenali gadis itu dengan jelas dari senyumannya. Sebuah senyuman yang sangat mengerikan.Seketika teringat lah aku tentang si Nenek peot yang hampir tiap malam datang menerorku dengan menceritakan perkembangan cucu kesayangan yang sering ia bangga-banggakan.Sontak aku menahan lengan Eki agar jangan keluar dari dalam mobil."Huhahuha." Aku berusaha untuk mencegahnya."Tidak apa-apa, Bude! Tidak apa-apa. Endah adalah istri saya. Dia keluarga kita sekarang.""Huhahuha," ucapku semakin panik.Kenapa bisa Eki menjadikan Endah sebagai istri. Sedangkan gadis itu bukanlah Manusia. Dia itu setengah Iblis.Eki menghela napas dalam."Aku sudah tau Bude. Eki sudah tahu semuanya. Termasuk tentang Ratu Kegelapan yang selama ini telah mempengaruhi dan memperalat Endah. Endah itu tidak jahat. Dia adalah korban dari pengaruh makhluk jahat. Dan Bude jangan khawatir. Semuanya telah berakhir. Eki dan Endah
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(33)Bude? Dia memanggilku dengan sebutan Bude? Siapa dia?Aku langsung menoleh pada sumber suara itu dengan sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajahnya. Namun, mataku tak dapat mengenali sosok yang berdiri tepat dihadapanku itu dengan baik akibat dari sinar lampu yang menyala. Saking terbiasanya dengan kegelapan, sehingga aku tak bisa melihat dengan baik jika terpapar oleh cahaya terang benderang.Bertahun-tahun aku hidup dalam kegelapan. Ditempat asing ini tak ada penerangan sama sekali selain hanya keperluan petugas saat memberiku makan saja. Itupun hanya sebentar. Dan cuma satu kali sehari. Mereka memperlakukan aku layaknya seperti hewan, mentang-mentang aku menginap gratis ditempat ini.Aku hanya terpaku menatap pemuda itu. Benar-benar tak tahu siapa dia.Siapa orang yang sudi menjengukku di tempat kotor seperti ini selain hanya petugas yang berjaga."Bude! Sudah lama Eki mencari keberadaanmu. Akhirnya Eki bisa menemukanmu disini, Bude." Pemud
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(32)Eit, tunggu dulu. Tadi apa yang sedang mereka bicarakan? Apakah mereka sedang mengghibah keluargaku?Pak Andi. Anak kecil. Korban selamat. Apaaa?Tidak. Tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Tidak mungkin Andi melakukan semua itu. Tolong. Tolong aku. Aku ingin keluar dari tempat ini. Tolong aku. Pak Presiden! Pak Jokowi! Pak Prabowo! Pak Kapolri! Pak Panglima TNI! Pak Menkopolhukam! Tolong! Tolong aku! Tolong bebaskan aku dari sini! Mereka telah menyekapku disini, Pak. Mereka semua biadab. Biadab! Biadab! Biadab....Eh, kok aku malah teriak-teriak nggak jelas seperti Nek Tarwiyah yang viral itu ya? Hem...."Hei! Kamu kenapa lagi? Bisa diem nggak? Jadi beban aja.Nyusahin hidup orang aja kerjaan kamu. Sudah bosen hidup atau gimana? Kalau masih mau hidup, bagus-bagus aja deh jadi orang. Masih banyak yang ingin kami urusin selain ngurusin kamu. Kamu kira kerjaan kami cuma ngurusin kamu aja, apa?"Lah, malah ngomel. Mana mukanya jutek amat lagi. Bikin moodku
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(31)Aku terpaku mendengar penuturan darinya.Kalau bukan memikirkan bahwa dia adalah adik kandungku, sudah aku cincang-cincang pria yang ada dihadapanku ini sampai habis tak tersisa.Andi melepaskan tangannya dari genggamanku, lalu bergegas naik kelantai atas. Aku hanya pasrah dengan mengikutinya dari belakang.Di lantai dua, Andi menemukan Endah sedang tergolek lemah diatas ranjang dengan kaki dan tangan sedang terikat tali rami. Entah bagaimana anak itu bisa melakukannya.Mengikat dirinya sendiri seolah-olah seperti seorang korban kekerasan.Pandai sekali dia bersandiwara."Ya ampun, Mbak.Kenapa kamu tega melakukan ini kepada anak kecil? Siapa sebenarnya anak kecil ini, Mbak? Kenapa kamu menyiksanya?""Huhahuha." Aku memberi kode dengan sebelah telapak tangan memberitahu bahwa bukan aku pelakunya. Ya kali aku bisa mengikatnya dengan sebelah tangan. Tapi kalau untuk mengeksekusinya aku masih mampu.Segera Andi menolong anak kecil itu dengan membuka seluru
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(30)Setengah jam kemudian kami baru sampai."Huhahuha!" Aku menyuruh Endah membantu untuk mengangkat kotak-kotak berisi daging cincang dari dalam mobil ke teras rumah dengan memberi kode dengan jari telunjuk dan juga gerakan tubuhku."Ini apa isinya, Mbak?" tanya Driver mobil itu ketika membantu menurunkan sebagian kotak milikku. Tampaknya dia curiga dengan isi dalam kemasan itu."Huhahuha," jawabku yang mungkin dia tidak mengerti dengan apa yang aku katakan."Oh," ucapnya, tanpa banyak bicara lagi.Sok paham. Tapi bagus juga. Dari pada dia banyak bicara, lebih baik dia diam saja. Takutnya nanti aku tersinggung dan khilaf membunuhnya.Setelah kotak-kotak itu terkumpul, aku segera membayar ongkos yang tertera di aplikasi tersebut secara cas. Sekalian beserta dengan uang tipsnya."Makasih, Mbak!" ucapnya sembari pergi meninggalkan rumahku.Aku menghela napas lega sembari menatap ke arah tumpukan kotak-kotak itu yang terlihat lumayan banyak.Kemana ya aku
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(29)"Halo, Pak Andi! Kami telah sampai di rumah Anda, Pak. Apakah ada tugas lain yang ingin kami kerjakan?" Salah seorang personil berseragam coklat itu menelepon adikku ketika sebentar lagi mobil yang kami tumpangi akan sampai dipekarangan rumahnya."Oke, Pak Marpaung. Terimakasih atas bantuannya. Untuk saat ini tidak ada lagi, Pak. Oh iya, tolong berikan telepon itu pada Kakak saya, Pak! Saya ingin bicara sebentar.""Oh, oke Pak. Siap. Siap. Buk. Bapak mau bicara." Personil yang bernama Marpaung itu menyerahkan telepon genggamnya padaku. Dia tampak tersenyum, seperti sedang mengejekku ketika menyodorkan benda pipih itu.Oke. Tertawalah sepuasnya sebelum ajal datang menjemputmu, anak muda. Tertawalah engkau sekarang, sebelum besok kau akan menangis bersujud minta ampunan di kakiku. Oke."Mbak! Sri dan anak-anak sedang tidak berada di rumah sekarang. Mereka pergi ke rumah orang tuanya. Kata Sri kemarin Eka diare karena keracunan makanan. Jadi, saat ini d
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(28)"Tunggu, Bu! Ibu mau kemana?" Salah seorang perawat laki-laki menghentikan langkahku."Huhahuha.""Tapi Ibu tidak boleh pulang dulu, Bu. Ada beberapa prosedur yang harus diselesaikan oleh keluarga ibu, baru nanti ibu boleh pulang," ucapnya lagi."Huhahuha.""Iya. Iya. Saya ngerti. Ibu pasti sudah tidak betah berlama-lama di sini kan?""Huhahuha.""Jadi apa? Kenapa ibu ingin pulang? Apa ibu ditinggalkan oleh keluarga ibu?"Sepertinya insting perawat laki-laki ini tidak sekuat yang cewek kemarin. Banyak bahasa isyarat yang aku peragakan tidak terdeteksi olehnya. Bodoh sekali dia."Huhahuha.""Iya. Iya. Lebih baik ibu kembali lagi ke ruangan ibu. Ayo sini saya antar, Bu. Supaya nanti tim Admin kami menghubungi keluarga ibu untuk menjemput."Hadeh. Dasar ini anak ya. Nggak ada jiwa toleransinya sama sekali. Untung di sini banyak orang dan sedang menjadikan aku sebagai bahan tontonan. Kalau tidak, sudah habis pemuda ini aku sikat dan lato-latonya aku jadi
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(27)"Bu Indah untuk hari ini masih harus menjalani perawatan di sini, Pak. Mungkin besok baru diperbolehkan pulang," ucap salah satu perawat yang sedang menanganiku, memberitahu pada Andi ketika adikku itu bertanya kapan aku boleh pulang."Oh, iya Sus. Apakah pita suara kakak saya masih bisa kembali?" tanya Andi lagi kepada gadis yang memakai seragam serba putih itu. Cantik sih. Tapi kejam. Sudah tau orang sakit, malah di suntik."Nanti ditanyakan aja pada Dokternya langsung ya, Pak. Sore nanti Dokternya baru masuk untuk memeriksa Bu Indah," jawab perawat muda itu."Oh, baik lah, Sus. Terimakasih atas perhatiannya pada Kakak saya.""Sama-sama, Pak. Ini memang sudah menjadi tugas kami," ucap perawat cantik itu dengan ramah, lalu berpindah tempat untuk memeriksa pasien yang lain.Aku meraih leherku yang terasa masih sakit di tenggorokan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam sana, sembari berdehem agar suaraku balik lagi."Huhahuha." Namun pita suar
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(26)Oke. Aku harus kembali bersikap elegan seperti ciri khasku selama ini. Apalagi ini adalah kesempatan terakhirku untuk hidup. Aku harus bisa mempertahankan sikap konsistensi seperti selama ini aku perbuat.Aku tidak boleh terlihat cengeng, apalagi di depan anak ingusan seperti Endah. Masa aku harus kalah dengan anak kecil?"Oke. Ini kan yang kamu mau?" Aku mengangkat sedikit gelas yang ada di tanganku, lalu mendekatkannya ke wajah anak itu. Biar dia dapat melihat bahwa aku tidak takut mati sama sekali. Justru, aku berterima kasih kepadanya karena berkat dialah keinginanku selama ini dapat terwujudkan.Oke. Aku langsung meminum air di dalam gelas itu hingga tandas tak tersisa. Rasanya sedikit agak pahit.Benar saja seperti dugaanku, bahwa air ini telah dicampur oleh zat kimia."Hahahaha." Aku kembali tertawa lepas setelah meneguk air itu. Menyambut kematianku. " Hahahaha. Terima kasih anak kecil. Terima kasih karena telah mengabulkan permintaan Tante.