Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 17)Dengan cepat, ibu mertua menghampiriku. Tanpa ada aba-aba terlebih dahulu, dia langsung menjambak rambutku yang panjangnya sebahu."Berani kamu ya sama Mami! Kamu pikir kamu ini siapa, ha?" Ibu mertua begitu bernafsu menghajarku."Lepasin, Mi! Lepasin!" Aku menahan tangannya agar tenaganya tidak terlalu kuat menjambak rambutku. Ternyata dugaanku salah, nenek tua ini masih bertenaga rupanya. Aku terlalu anggap remeh terhadap dirinya tadi."Apa kamu! Masih berani melawan sama Mami, ha? Dasar tidak tahu diri." Mami melepaskan tarikannya dengan kasar hingga aku terpental kebelakang. Belum sempat berdiri sempurna, dia kembali mendekat, menjambak rambutku kembali sembari menampar pipiku.Sakit, sih."Berani-beraninya kamu ingin merampas apa yang menjadi milikku, ha! Dasar perempuan tidak tahu diri. Murahan. Mana Andra? Dimana kamu sembunyikan anakku?" Wajahnya terlihat garang.Aku kembali berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman singa betin
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 18)Aku menggerak-gerakkan tubuhku agar terlepas dari tali yang mengikatku. Tapi ikatan Mami yang menjeratku terlalu kuat sehingga aku tidak sanggup untuk melepaskan diri.Darah segar yang mengalir dari kulitku sudah mulai mengering, namun rasanya masih agak perih. Ya ampun, kulitku saat ini sudah mirip seperti monster, tercabik di sana sini.Menjelang ajal menjemput saja masih sempat-sempatnya nenek peot itu melukai diriku. Sampai segitu kah rasa bencinya terhadapku? Kurang ajar sekali dia! Awas kamu ya, setelah lepas nanti, akan aku cincang-cincang tubuh kamu sampai tidak tersisa. Tunggu aja kamu!*"Indah! Indah! Kamu kenapa, Sayang?" Aku terjaga ketika mendengar suara dari Elvan. Ternyata aku sampai ketiduran dengan posisi masih terikat tali di kursi."Elvan! Tolongin aku Elvan!" Aku menangis histeris ketika menyadari kekasih hatiku itu sudah kembali.Siapa juga yang nggak merasa trauma ketika mengalami dirinya hampir saja mati terbunuh d
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 19)Setelah membuka pintu, Elvan menurunkan jenazah ibunya dari mobil. Sedangkan aku memilih untuk duduk di kursi teras depan rumah. Lelah dan rasa kantuk mulai datang melanda diriku."Kamu istirahat saja di dalam Indah! Jika kamu lelah, tidurlah. Pilih saja kamar mana yang akan kita tempati," ucap Elvan sembari menggendong jenazah ibunya yang telah dibalut dengan sprei.Aku mengekorinya dari belakang, sembari mengamati seisi ruangan rumah itu. Masih melekat jelas diingatanku betapa buruknya peristiwa malam itu di rumah ini. Suasana rumah ini masih terlihat sama, tidak banyak yang berubah. Rumah yang menjadi saksi bisu betapa hancurnya aku dulu.Aku berhenti di depan salah satu pintu kamar, dan melihat daun pintu yang sedang tertutup rapat. Kamar itu, merupakan kamar dimana Mas Andra mengeksekusiku dulu.Aku menjatuhkan tas pakaian yang aku tenteng, berniat ingin membuka pintu itu. Belum sempat tanganku menyentuh handle pintu, suara seseorang m
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 20)"Sayang! Sekuriti yang jaga di pos itu kok nggak pernah kelihatan lagi, ya? Apa kamu memecat mereka?" tanyaku pada Elvan, ketika tadi aku pergi ke pos itu dan mendapati tidak ada satu orang pun yang berjaga di sana."Emangnya kenapa? Apa kamu kangen sama mereka?" jawab Elvan ketus."Lho, kok ngomong gitu sih? Aku kan cuma nanya. Apa tidak boleh?""Untuk apa nanya-nanya mereka, coba?" Dia masih bersikap ketus.Adu duh, pasti Elvan lagi cemburuan nih! Sudah ketebak, akhir-akhir ini dia sangat posesif sekali. Apalagi dengan yang namanya Andra. "Cuma mau minta tolong aja Sayang, sama mereka. Beras kita abis tuh. Indah nggak bisa masak.""Kok kamu nggak minta tolong sama aku?""Yayang Kan capek. Lagian kalau ada mereka, ngapain juga Indah nyuruh-nyuruh Yayang. Mereka kan sudah menerima gaji di sini. Rugi dong kalau cuma makan gaji buta.""Maka dari itu mereka semua sudah aku pecat.""Lho, kenapa?""Aku sudah tidak membutuhkan mereka lagi. Yang
Psikopat(Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 21)Sudah tiga hari setelah kami pulang dari villa itu, Elvan belum datang berkunjung ke rumah untuk menjengukku.Katanya dia sedang sibuk ikut dengan Papi untuk mencari keberadaan Mami dan juga Kakaknya yang sudah berminggu-minggu lamanya tidak pulang ke rumah. Ya iyalah tidak pulang, orang sudah pindah alam. Kalau sempet mereka berdua pulang, serem juga tuh. Jadi arwah penasaran dong.Walaupun aku tidak lantas percaya dengan segala ucapan pacar gelapku itu. Jangan-jangan dia sengaja tidak datang untuk menemuiku karena istrinya telah kembali.Enak aja! Dia pikir aku ini jam dinding apa, yang di lihat ketika perlu saja.Aku bersiap-siap ingin pergi kerumah mantan mertuaku itu untuk memastikan langsung apakah Elvan berkata jujur atau hanya ingin mengakal-akaliku saja. Tak lupa aku membawa sebilah pisau dalam tasku hanya untuk sekedar berjaga-jaga.Entah kenapa, akhir-akhir ini setiap ingin bepergian kemana-mana tak lupa aku membawa senjata tajam
Psikopat( Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 22)Aku mengangkat tubuh wanita yang sudah tidak bernyawa itu dari dalam kolam. Tak kusangka bahwa bobot tubuhnya sangat berat . Aku sampai kewalahan untuk mengevakuasinya. Pasti ini orang banyak dosa. Sangat menyebalkan.Di pinggir kolam, aku meracik tubuh istri pacarku itu hingga berkeping-keping. Bau amis yang menyengat dari cairan tubuhnya terasa begitu enak untuk dihirup. Aromanya yang khas tercium sangat menyegarkan diindra penciumanku, yang membuat diriku semakin bersemangat dan menggebu-gebu.Selesai meracik tubuhnya, aku segera memasukkan potongan-potongan daging itu ke dalam kantongan plastik berwarna hitam, lalu memasukkannya kedalam sebuah kardus untuk segera dibuang jauh-jauh dari rumahku, sebelum daging itu membusuk menjadi bangkai.Ternyata, gumpalan daging wanita itu banyak juga. Aku harus menyiapkan lima kardus berukuran sedang yang telah selesai di packing. Sekarang, tinggal mengeksekusinya.Aku memasukkan kotak-kotak itu keda
Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 23)Dalam kepanikan, aku mendengar suara kaki melangkah. Aku menatap kearah sumber suara itu. Ternyata dia adalah Endah. Secara perlahan dia datang mendekati kami kembali.Gadis berkepang dua itu membawa sebilah pisau yang sore tadi aku buang asal di dekat mobil ibunya. Pisau yang selama ini aku pergunakan untuk memutilasi orang-orang yang telah berani mengusik hidupku. Dan pisau itu saat ini berada di tangan seorang gadis kecil berkepang dua.Apakah dia ingin balas dendam?"Endah! Kamu mau apa?" Suaraku bergetar, bertanya pada gadis kecil itu. Dia menatapku dengan sorot mata tajam. Dari sorot mata itu dapat terlihat sebuah amarah dan rasa dendam yang mendalam.Tatapannya benar-benar sangat mengerikan. Sangat berbeda dengan Endah yang sore tadi aku temukan.Namun, Gadis berkepang dua itu tak menjawab pertanyaanku, dan tanpa ekspresi sama sekali. Dengan santai, dia mengayunkan senjata tajam itu ke udara, lalu menebas kebagian leher ayahnya. Seke
KUHABISI SUAMIKU DENGAN ELEGAN(24)"Jangan Endah! Jangan lakukan itu pada Tante. Jika Tante mati, siapa yang akan mengurusimu nanti?" pintaku pada gadis kecil itu, sembari memohon ampunan darinya.Seketika, pergerakan anak kecil itu berhenti. Dia diam seperti patung dengan menatap tajam padaku.Melihat tatapannya, bulu romaku jadi merinding. Ih, seram amat. Ini bocil anak manusia atau anak Setan, sih? Kok masih kecil aja udah barbar banget kelakuannya kek gini. Bagaimana nanti jika dia sudah besar. Pasti akan menyusahkan bangsa dan negara. Kalau nyusahin orang tua sih, kagak mungkin. Kan orang tuanya udah pindah alam aku buat."Endah! Tolong ampuni Tante, Endah. Beri satu kesempatan lagi buat Tante agar Tante bisa bertobat. Tante belum mau mati, Endah. Tante masih banyak dosa. Tante takut masuk neraka, Endah. Tolong. Tolong beri Tante satu kesempatan lagi untuk hidup. Tante berjanji akan setia untuk melayani kamu, Endah." Aku kembali memohon, mengharap iba darinya.Najis banget sebenar