Share

Protagonis Sang Monster Logika
Protagonis Sang Monster Logika
Penulis: Hai Zee

Perselingkuhan

Penulis: Hai Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan langkah riangnya gadis cantik itu turun dari mobil membawa sebuah piala hasil olimpiadenya. Senyum merekah tercetak cantik sangat bersemangat ingin menunjukkan piala tersebut kepada kedua orang tuanya. Namun sejenak, ia menghentikan langkahnya saat pintu rumahnya terbuka lebar-lebar.

Kondisi ruang tamu yang biasanya tertata rapi saat ini sangat berantakan. Ada banyak pecahan keramik guci yang berserakan. Langkah kaki Fradhella mengecil. Ia harus berhati-hati agar pecahan keramik itu tidak melukainya.

Zahra, mamanya, tampak menangis sesenggukan di sofa ruang tengah, sementara Geovano, ayahnya, tampak acuh duduk di pantri dapur dengan menyesap rokok. Fradhella mencoba mencerna apa yang tengah terjadi. Mengapa mamanya menangis? Mengapa papanya hanya diam saja?

"Mah? Pah? Ini ada apa? Kenapa berantakan rumahnya? Tadi ada perampok?" tanya Fradhella begitu lugu.

Zahra yang menyadari putri kesayangannya telah pulang, ia mengusap air matanya kasar. Ia berusaha tersenyum lebar mendekati putrinya yang membawa sebuah piala. Fradhella memang selalu bisa dibanggakan.

"Kamu sudah pulang, Sayang? Wah ... Anak Mama bawa piala. Selamat ya, Sayang," ujar Zahra dengan suara bergetar.

Fradhella menatap mamanya bingung. "Mama kenapa? Pah, ini ada apa?"

Geovano mematikan puntung rokoknya. Dia berjalan mendekati putri kecilnya yang beranjak dewasa tersebut.

"Tidak ada apa-apa, Princess. Sudah kamu kembali ke kamar sana. Kamu pasti lelah," titah Geovano lembut.

"Tapi ini kenapa? Kenapa, Pah?" desak Fradhella.

"Papa kamu selingkuh," lirih Zahra.

Piala yang digenggam Fradhella hampir saja merosot. Ia menatap Geovano tidak percaya. Geovano adalah pria yang sangat menyayangi keluarganya. Mana mungkin Geovano melakukan hal itu.

"Pah? Mama bohong, 'kan?"

Tidak ada jawaban dari Geovano. Pria itu justru membalikkan badannya hendak meninggalkan Fradhella dan Zahra.

"Pah, jawab, Pah. Mama bohong, 'kan? Mana mungkin Papa selingkuh. Papa kan sayang banget sama Mama," desak Fradhella.

"Yang dikatakan Mama kamu benar, Fradhella," jawab Geovano jujur.

Fradhella tertawa sumbang. Ia tidak dapat menerima semuanya. "Tapi, sama siapa?"

"Tante Rikka."

Fradhella terkejut. Rikka? Mama Carabella? Papanya berselingkuh dengan ibu sahabatnya? Lelucon macam apa ini. Ini sangat tidak lucu.

"Bilang ke Dhella, Pah, kalau ini bohong. Ayo bilang! Mana mungkin Papa selingkuh, apalagi sama Tante Rikka. Ayo, Pah, bilang!" kilah Fradhella dengan menangis.

Geovano tak bergeming. Sejujurnya ia tidak tega melihat Fradhella yang tampak hancur seperti itu, apalagi ini karenanya.

"Ini semua salah Mama kamu. Dia terlalu sibuk dengan mimpinya sampai dia lupa sama keluarga. Kalau saja Mama kamu menuruti apa kata Papa, mana mungkin Papa melakukan hal ini," urai Geovano.

"Itu hanya alasan kamu, Vano. Kamu tidak bisa menyalahkan aku. Aku mengejar mimpiku juga demi anak-anakku. Aku tidak mungkin hanya diam di rumah tidak melakukan apa pun," kilah Zahra yang tidak terima.

"Tapi sudah kodrat istri itu di rumah saja mengurus rumah, suami, dan anak."

"Itu bukan kodrat, Vano. Apa kamu menikahi aku hanya untuk kau jadikan pembantu?"

"Bukan begitu maksudku, Zahra. Aku hanya ingin kamu fokus ke aku dan anak-anak kita. Bukan ke mimpi-mimpi kamu itu dan mengorbankan waktumu bersamaku dan anak-anak. Aku itu ingin ketika aku pulang, kamu sambut. Kamu memasakkan aku dan anak-anak. Mengajari anak-anak belajar dan mengurus mereka," terang Geovano.

"Aku tetap mengurusi mereka, Vano. Lihat Fradhella dia tumbuh secantik dengan bakat sehebat itu karena siapa? Karena aku, bukan? Varell itu susah diatur. Aku sudah menyiapkan semuanya. Aku bahkan menyewakan guru les terbaik untuk belajarnya, tapi dia tidak pernah mau mendengarkanku," debat Zahra yang tidak mau kalah.

"Ya itu semua karena kamu. Seharusnya kamu yang mengajarinya."

"Memangnya kenapa harus aku? Kenapa tidak kamu?"

"Aku sibuk kerja untuk kalian."

"Aku juga sibuk kerja, Vano," debat Zahra.

"UDAAAHH! STOP!" teriak Fradhella yang tidak mengerti lagi keegoisan keduanya.

Geovano dan Zahra menghentikan perdebatan keduanya. Mereka menatap iba pada Fradhella yang terlihat begitu terpukul. Zahra mendekati Fradhella, ia hendak memeluk gadis itu namun Fradhella menolak. Dengan cepat ia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

***

Ruangan yang kedap suara membuat Fradhella bebas menyetel musik sekeras apa pun yang ia inginkan. Kaca di setiap dinding ruang dance juga membantunya untuk melihat setiap gerakannya. Sebenarnya Fradhella tidak begitu menata gerakannya. Ia hanya mengikuti musik dan menyalurkan segala emosinya.

Tanpa ia sadari, salah seorang gadis membuka ruangan tersebut. Ia tadi tidak sengaja melihat jika pintu ruangan dance terbuka sedikit. Suara musik juga terdengar dari luar. Jadi ia ingin melihat siapa yang tengah menggunakan ruangan dance sepagi ini.

Ia cukup terkejut bercampur kagum. Sejak kapan Fradhella menari? Ia cukup terpana dengan setiap gerakan yang di ciptakan oleh Fradhella. Carabella mematikan musik yang membuat Fradhella menghentikan gerakannya. Ia menatap cermin untuk melihat siapa yang mematikan musiknya.

"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Fradhella dingin.

"Baru aja. Lo sendiri? Tumben lo udah berangkat, biasanya juga lo telat," kritik Carabella.

Fradhella mendekati Carabella. Ia menatap manik mata gelap itu dengan dingin. Bayangan rumahnya yang sangat berantakan serta argumen kedua orang tuanya yang berdebat tiada henti terlintas dalam pikirannya.

"Bell, gue mau bicara sama lo," ucap Fradhella serius.

Carabella tampak cengengesan sejenak. "Lo kesambet apa sih pagi ini? Kalau mau ngomong mah, ngomong aja. Kaya ada apa aja," tukas Carabella enteng.

"Ikut gue." Fradhella menyambar tas serta ponselnya, kemudian dia menarik tangan Carabella dengan cukup kasar.

Carabella awalnya cukup terkejut. Ini seperti bukan Fradhella. Fradhella biasanya selalu berkata ramah dan bersikap lemah lembut. Namun, pagi ini gadis itu seperti kerasukan. Ia berbicara dengan nada dingin, bahkan saat ini ia menariknya dengan cukup kuat.

Fradhella membawa Carabella ke rooftop sekolah. "Lo mau bicara apa?"

"Lo tahu hubungan mama lo sama papa gue?" tanya Fradhella to the point.

"Hubungan? Bos sama sekretaris?"

"Gue tahu, lo tahu, Carabella," desis Fradhella.

Carabella mengangguk. "Terus?"

"Gue mau lo suruh mama lo jauhi papa gue. Lo gak mau persahabatan kita hancur, 'kan?" suruh Fradhella.

"Gak bisa. Gue gak mau ikut campur masalah orang dewasa," tolak Carabella santai.

"Bell, gue mohon. Lo tahu kan, keluarga itu segalanya bagi gue. Gue gak bisa lihat mama sama papa terus berantem."

"Gue bakal lakukan apa pun asal lo suruh mama lo jauhi papa gue," sambung Fradhella memberi penawaran.

"Apa pun?" Fradhella mengangguk mantap.

"Gue mau lo keluar dari klub dance," syarat dari Carabella.

"Lo gila!"

Carabella tersenyum miring. "Katanya apa pun?"

Fradhella mengusap wajahnya kasar. Bayangan Zahra menangis berada di benaknya. Hanya keluar dari klub dance bukan? Tapi bukan berarti dia harus berhenti menari, 'kan? Keluarga atau impiannya, tentunya Fradhella akan memilih keluarganya.

***

Sepulang sekolah, Fradhella bergegas menuju ruang dance untuk menemui Rima. Hari ini gadis itu tampak banyak diam, bahkan membuat beberapa teman sekelasnya membicarakan perubahan sikapnya.

Apalagi Fradhella tampak acuh pada Carabella yang notabenenya merupakan sahabatnya semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sepanjang pelajaran juga Fradhella tampak terus saja melamun, tidak seperti biasanya di mana ia akan selalu aktif ketika di kelas.

Langkahnya tampak begitu berat, bahkan bibirnya terasa kelu tidak sanggup mengutarakan apa maksudnya datang. Fradhella menatap sejenak ruang dance yang setahun ini menjadi ruangan favoritnya.

“Fradhella, ada apa ingin bertemu dengan Kakak siang ini? Apa kamu menyetujui perlombaan yang kemarin Kakak berikan?” tanya Rima, pelatih dancenya, dengan senyum manis.

Fradhella terdiam sejenak. Ia duduk di salah satu bangku panjang yang biasanya ia gunakan untuk meluruskan kakinya. Cukup lama ia menatap Rima dengan beberapa kali menghela nafas kasar gusar. Fradhella bingung bagaimana dia harus mengatakan keputusannya itu.

“Aku … aku ingin keluar dari klub dance.”

Bab terkait

  • Protagonis Sang Monster Logika   Melabrak Selingkuhan Papa

    Siang ini cakrawala tampak tertutup mega kelabu. Meski bulan ini telah memasuki bulan si Taurus, namun hujan terkadang masih suka mengguyur kota pahlawan tersebut.Fradhella memejamkan matanya sejenak. Rasanya ia ingin memukul apa pun yang ada di depanya, bahkan ketika lihat muka Carabella, ia ingin sekali memaki-maki gadis itu. Namun, ia sadar jika di sini yang salah adalah Rikka."Huh, gue butuh kopi," Monolog Fradhella.Dari dalam mobil, Fradhella menajamkan pandangannya ke sebuah restoran seafood di samping kafe yang ingin ia kunjungi. Ia seperti mengenal pria yang ada di dalam sana. Dari posturnya, dia seperti Geovano. Di hadapan pria tersebut, seorang wanita dengan pakaian ketat tampak mesra mengelap wajah Geovano.Cengkeraman tangan Fradhella mengencang. Ia bergegas keluar dari mobilnya untuk menemui papanya tersebut. Bisa-bisanya ia melihat langsung kemesraan papanya bersama wanita yang bukan mamanya. Pantas saja Zahra lebih memilih untuk pergi lagi. Ya, tadi pagi Zahra pergi

  • Protagonis Sang Monster Logika   Tragedi

    Hati Fradhella semakin gundah. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Setelah taksi online yang ia pesan datang, Fradhella langsung pergi ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit akhirnya ia sampai, Fradhella datang masih memeluk pialanya. Ia mencari Geovano yang telah menunggunya di UGD.“Si … siapa yang sakit, Pah?” tanya Fradhella lirih.Geovano memeluk putri kesayangannya itu. Ia tersenyum saat melihat Fradhella datang dengan pialanya.“Selamat ya, Princess. Kamu memang selalu menjadi kebanggaan Papa,” puji Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.“Siapa yang ada di dalam sana, Pah? Mama mana?” tanya Fradhella sekali lagi.“Ma … Mama ada di dalam sana,” jawab Geovano lirih yang membuat Fradhella lemas begitu saja.Geovano menopang tubuh kecil milik putri kesayangannya itu. Ia menuntun Fradhella untuk duduk di kursi tunggu depan UGD. Rasanya hancur, apa ini penyebab Zahra tidak kunjung hadir untuk menjemputnya?“Mama kenapa, Pah?” tanya Fradhella dengan suara gemetar.“Mama kamu menga

  • Protagonis Sang Monster Logika   Seperti Cinderella

    Gadis cantik itu tengah menyiapkan semua pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper. Waktunya di sini telah selesai, ia harus kembali dan menyelesaikan semua masalahnya. Setelah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper, Fradhella duduk di tepian jendela. Ia menatap kosong cakrawala petang bertabur bintang.“Lo udah selesai nata baju?” tanya seorang gadis dengan warna rambut yang mencolok itu.“Udah, Kak.”“Lebih baik lo istirahat sekarang. Pesawat kita take off cukup pagi besok,” titah Zelina.“Iya, setelah ini gue tidur.”Zelina mendekati Fradhella. Dulu, keduanya tumbuh bersama. Sampai akhirnya Zahra membawa Fradhella untuk tinggal bersama Geovano di Surabaya. Ia mengenal jelas bagaimana gadis itu. Fradhella yang selalu ceria, cerewet, dan selalu banyak tertawa. Sempat terlintas iri pada kehidupan gadis itu. Fradhella memiliki segalanya, sampai tidak ada celah kekurangannya.“Lo harus mulai menerima semuanya, Dhell. Gak selamanya lo akan terus ada di atas,” tukas Zelina membuya

  • Protagonis Sang Monster Logika   Penghianatan Varo dan Carabella

    Kedua iris coklat terang milik Fradhella memanas saat mendapati beberapa foto dan video kekasihnya tengah bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Fradhella membekap kedua mulutnya tidak percaya. Rentetan kristal cair mulai menetes deras. Ia memukul dadanya yang terasa sesak.“Tidak mungkin. Va … Varo … “ Fradhella kembali terisak.Varo adalah laki-laki yang sangat menyayanginya selain Geovano dan Varell. Mana mungkin Varo mengkhianatinya apalagi dengan sahabatnya sendiri. Fradhella kembali menangis dalam diam. Rasanya hatinya tengah dihunjami ribuan pisau.Padahal luka atas kepergian Zahra masih menganga. Namun, hari ini ia mendapati luka yang tak kalah besarnya. Fradhella membanting ponselnya kasar, dia berteriak dan membuang seluruh barang yang ada di hadapannya. Beberapa makeup, parfum, dan skincare miliknya berceceran di lantai, bahkan pecah.“AAAAA … GAK MUNGKIN! BOHONG, SEMUANYA PEMBOHONG!” teriak Fradhella marah.Maharani, Varell, dan Zelina yang mendengar teriakan Fradhella berbon

  • Protagonis Sang Monster Logika   Putus dan Luka Baru Lagi

    Suasana kafe dengan gaya vintage itu tampak ramai dikunjungi beberapa pelanggan. Kabarnya akan ada permainan piano dari salah satu violinis yang terkenal. Lampu utama mendadak padam, beberapa pengunjung kafe berteriak terkejut.Teriakan terhenti tatkala sebuah lampu menyorot ke arah seorang gadis yang tengah membelakangi mereka. Biola yang ia tenteng telah ia pikul di pundak kirinya. Gesekan senar biola yang mulai ia mainkan menghanyutkan suasana kafe menjadi hening.Suara merdu dari gadis sang pemain biola itu terdengar, membuat beberapa orang bertepuk tangan dan bertanya siapa sebenarnya gadis itu. Lagu yang dibawakan terdengar pilu, apalagi suara biola yang syahdu membuat seluruh pengunjung hanyut dibawanya.Sebuah lagi berjudul “Traitor” karya Olivia Rodrigo menggema. Banyak yang terhanyut dan bertanya siapa yang memainkan biola sebagus itu. Selain itu, suara merdu sang penyanyi juga membuat mereka seakan ikut merasakan apa yang tengah dirasakan sosok dalam cerita lagu itu.Lagu s

  • Protagonis Sang Monster Logika   Pertengkaran dengan Papa

    Tengah malam dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja Fradhella pulang. Dress coklat yang ia kenakan tampak kusut dan basah. Di luar sana, hujan mengguyur sejak sejam yang lalu.Seorang pria berkepala empat itu menatap tajam putrinya yang baru saja pulang padahal jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia bangkit menghampiri Fradhella, entah bisikan dari mana tangannya terhempas menampar Fradhella. Fradhella yang terkejut sembari memegang pipi kirinya itu menatap Geovano luka.“Dari mana saja kamu! Apa yang sudah kamu lakukan pada Carabella. Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menindas orang. Papa kecewa sama kamu. Apa ini didikan dari Mamamu?” murka Geovano.Bukannya menjawab, Fradhella justru tertawa pilu. Jadi Geovano menamparnya karena gadis itu?“Jangan bawa-bawa Mama! Aku tidak pernah menindas cewek sialan itu. Lagi pula menyentuhnya seujung kuku saja tidak. Terserah Papa mau percaya atau tidak. Aku lebih kecewa sama Papa. Karena Papa yang aku kenal, tidak

  • Protagonis Sang Monster Logika   Menyusul Mama

    Varell langsung menggendong Fradhella untuk keluar dari bath up. Tubuh gadis itu telah memucat biru. Varell menidurkan Fradhella di kasur milik gadis itu. Ia memanggil salah seorang asisten rumah tangga untuk menggantikan baju Fradhella. Baru setelah itu, Varell akan membawa Fradhella ke rumah sakit.Maharani tergopoh-gopoh menuju kamar Fradhella. Ia mendengar kondisi Fradhella dari salah satu penjaga yang tadi ikut membantu Varell untuk mendobrak pintu kamar gadis itu. Seusai mengganti pakaian Fradhella, Varell bergegas menggendong Fradhella untuk membawanya ke rumah sakit.Di tangga, ia bertemu dengan Geovano. Geovano terkejut dengan kondisi gadis itu. Paras ayu milik Fradhella tampak sangat pucat, bahkan tubuh gadis itu sudah tampak membiru. Saat hendak menyentuh Fradhella, Varell menjauhkan tubuh Fradhella dari papanya.“Puas, Pah? Andai aja malam tadi Papa gak larang aku untuk mendobrak kamar Kakak, pasti keadaan Kakak gak akan seperti ini. Sampai terjadi sesuatu sama Kakak, Vare

  • Protagonis Sang Monster Logika   Maharani Membawa Fradhella

    Seorang wanita paruh baya itu menatap penuh kecewa kepada seorang pria berkepala empat yang berstatus menantunya tersebut. Varell telah memberitahu semua apa penyebab keadaan Fradhella bisa seperti ini, bahkan gadis yang baru satu jam itu siuman, saat ini harus kembali terlelap karena obat penenang.Setelah kesadarannya kembali, Fradhella histeris dan terus berteriak. Apalagi saat Geovano mencoba mendekatinya. Fradhella tampak takut dan enggan disentuh oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya itu. Dokter yang menangani Fradhella menyarankan jika Fradhella harus dibawa ke psikiater melihat bagaimana terguncangnya jiwa gadis itu saat ini.“Ibu kecewa sama kamu, Vano. Ibu titipkan anak Ibu dan cucu Ibu ke kamu agar mereka bahagia, namun nyatanya kamu justru menyakiti mereka. Kamu lihat tadi, ‘kan? Bagaimana Fradhella ketakutan, bahkan hanya karena melihatmu. Apa yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan. Ibu tidak akan membiarkan kamu menyakiti cucu Ibu lagi.” Maharani menjeda u

Bab terbaru

  • Protagonis Sang Monster Logika   Lingkungan Baru dan Sekolah Baru

    Sudah dua bulan Fradhella menjalani pengobatannya. Keadaannya juga mulai membaik. Namun naasnya, psikiaternya telah mendiagnosis dia “Alexithymia” atau sebuah kondisi di mana ia kesulitan untuk mengenali emosi. Itu adalah alasan kenapa saat ini ia bersikap dingin seperti saat ini.Fradhella sudah tidak lagi mengamuk. menangis, bahkan tertawa. Gadis itu selalu berwajah datar dan menanggapi semuanya menggunakan otak. Seperti saat ini, Zelina baru saja tersungkur di hadapannya karena tali sepatunya tidak terikat sempurna. Bukannya menolong, Fradhella hanya menatap Fradhella datar kemudian pergi ke meja makan dan mengacuhkan Zelina.“Woy! Tolongin gue dulu kali,” tegur Zelina memekik.Tidak ada tanggapan dari Fradhella, dia menaruh tas putih miliknya di salah satu kursi yang ada di meja makan, kemudian dia mulai menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh Maharani.“Hari ini kamu berangkat dengan Kak Zelina dulu, ya? Nanti juga biar dia mengantar kamu ke ruang guru,” terang Maharani yang

  • Protagonis Sang Monster Logika   Maharani Membawa Fradhella

    Seorang wanita paruh baya itu menatap penuh kecewa kepada seorang pria berkepala empat yang berstatus menantunya tersebut. Varell telah memberitahu semua apa penyebab keadaan Fradhella bisa seperti ini, bahkan gadis yang baru satu jam itu siuman, saat ini harus kembali terlelap karena obat penenang.Setelah kesadarannya kembali, Fradhella histeris dan terus berteriak. Apalagi saat Geovano mencoba mendekatinya. Fradhella tampak takut dan enggan disentuh oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya itu. Dokter yang menangani Fradhella menyarankan jika Fradhella harus dibawa ke psikiater melihat bagaimana terguncangnya jiwa gadis itu saat ini.“Ibu kecewa sama kamu, Vano. Ibu titipkan anak Ibu dan cucu Ibu ke kamu agar mereka bahagia, namun nyatanya kamu justru menyakiti mereka. Kamu lihat tadi, ‘kan? Bagaimana Fradhella ketakutan, bahkan hanya karena melihatmu. Apa yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan. Ibu tidak akan membiarkan kamu menyakiti cucu Ibu lagi.” Maharani menjeda u

  • Protagonis Sang Monster Logika   Menyusul Mama

    Varell langsung menggendong Fradhella untuk keluar dari bath up. Tubuh gadis itu telah memucat biru. Varell menidurkan Fradhella di kasur milik gadis itu. Ia memanggil salah seorang asisten rumah tangga untuk menggantikan baju Fradhella. Baru setelah itu, Varell akan membawa Fradhella ke rumah sakit.Maharani tergopoh-gopoh menuju kamar Fradhella. Ia mendengar kondisi Fradhella dari salah satu penjaga yang tadi ikut membantu Varell untuk mendobrak pintu kamar gadis itu. Seusai mengganti pakaian Fradhella, Varell bergegas menggendong Fradhella untuk membawanya ke rumah sakit.Di tangga, ia bertemu dengan Geovano. Geovano terkejut dengan kondisi gadis itu. Paras ayu milik Fradhella tampak sangat pucat, bahkan tubuh gadis itu sudah tampak membiru. Saat hendak menyentuh Fradhella, Varell menjauhkan tubuh Fradhella dari papanya.“Puas, Pah? Andai aja malam tadi Papa gak larang aku untuk mendobrak kamar Kakak, pasti keadaan Kakak gak akan seperti ini. Sampai terjadi sesuatu sama Kakak, Vare

  • Protagonis Sang Monster Logika   Pertengkaran dengan Papa

    Tengah malam dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja Fradhella pulang. Dress coklat yang ia kenakan tampak kusut dan basah. Di luar sana, hujan mengguyur sejak sejam yang lalu.Seorang pria berkepala empat itu menatap tajam putrinya yang baru saja pulang padahal jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia bangkit menghampiri Fradhella, entah bisikan dari mana tangannya terhempas menampar Fradhella. Fradhella yang terkejut sembari memegang pipi kirinya itu menatap Geovano luka.“Dari mana saja kamu! Apa yang sudah kamu lakukan pada Carabella. Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menindas orang. Papa kecewa sama kamu. Apa ini didikan dari Mamamu?” murka Geovano.Bukannya menjawab, Fradhella justru tertawa pilu. Jadi Geovano menamparnya karena gadis itu?“Jangan bawa-bawa Mama! Aku tidak pernah menindas cewek sialan itu. Lagi pula menyentuhnya seujung kuku saja tidak. Terserah Papa mau percaya atau tidak. Aku lebih kecewa sama Papa. Karena Papa yang aku kenal, tidak

  • Protagonis Sang Monster Logika   Putus dan Luka Baru Lagi

    Suasana kafe dengan gaya vintage itu tampak ramai dikunjungi beberapa pelanggan. Kabarnya akan ada permainan piano dari salah satu violinis yang terkenal. Lampu utama mendadak padam, beberapa pengunjung kafe berteriak terkejut.Teriakan terhenti tatkala sebuah lampu menyorot ke arah seorang gadis yang tengah membelakangi mereka. Biola yang ia tenteng telah ia pikul di pundak kirinya. Gesekan senar biola yang mulai ia mainkan menghanyutkan suasana kafe menjadi hening.Suara merdu dari gadis sang pemain biola itu terdengar, membuat beberapa orang bertepuk tangan dan bertanya siapa sebenarnya gadis itu. Lagu yang dibawakan terdengar pilu, apalagi suara biola yang syahdu membuat seluruh pengunjung hanyut dibawanya.Sebuah lagi berjudul “Traitor” karya Olivia Rodrigo menggema. Banyak yang terhanyut dan bertanya siapa yang memainkan biola sebagus itu. Selain itu, suara merdu sang penyanyi juga membuat mereka seakan ikut merasakan apa yang tengah dirasakan sosok dalam cerita lagu itu.Lagu s

  • Protagonis Sang Monster Logika   Penghianatan Varo dan Carabella

    Kedua iris coklat terang milik Fradhella memanas saat mendapati beberapa foto dan video kekasihnya tengah bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Fradhella membekap kedua mulutnya tidak percaya. Rentetan kristal cair mulai menetes deras. Ia memukul dadanya yang terasa sesak.“Tidak mungkin. Va … Varo … “ Fradhella kembali terisak.Varo adalah laki-laki yang sangat menyayanginya selain Geovano dan Varell. Mana mungkin Varo mengkhianatinya apalagi dengan sahabatnya sendiri. Fradhella kembali menangis dalam diam. Rasanya hatinya tengah dihunjami ribuan pisau.Padahal luka atas kepergian Zahra masih menganga. Namun, hari ini ia mendapati luka yang tak kalah besarnya. Fradhella membanting ponselnya kasar, dia berteriak dan membuang seluruh barang yang ada di hadapannya. Beberapa makeup, parfum, dan skincare miliknya berceceran di lantai, bahkan pecah.“AAAAA … GAK MUNGKIN! BOHONG, SEMUANYA PEMBOHONG!” teriak Fradhella marah.Maharani, Varell, dan Zelina yang mendengar teriakan Fradhella berbon

  • Protagonis Sang Monster Logika   Seperti Cinderella

    Gadis cantik itu tengah menyiapkan semua pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper. Waktunya di sini telah selesai, ia harus kembali dan menyelesaikan semua masalahnya. Setelah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper, Fradhella duduk di tepian jendela. Ia menatap kosong cakrawala petang bertabur bintang.“Lo udah selesai nata baju?” tanya seorang gadis dengan warna rambut yang mencolok itu.“Udah, Kak.”“Lebih baik lo istirahat sekarang. Pesawat kita take off cukup pagi besok,” titah Zelina.“Iya, setelah ini gue tidur.”Zelina mendekati Fradhella. Dulu, keduanya tumbuh bersama. Sampai akhirnya Zahra membawa Fradhella untuk tinggal bersama Geovano di Surabaya. Ia mengenal jelas bagaimana gadis itu. Fradhella yang selalu ceria, cerewet, dan selalu banyak tertawa. Sempat terlintas iri pada kehidupan gadis itu. Fradhella memiliki segalanya, sampai tidak ada celah kekurangannya.“Lo harus mulai menerima semuanya, Dhell. Gak selamanya lo akan terus ada di atas,” tukas Zelina membuya

  • Protagonis Sang Monster Logika   Tragedi

    Hati Fradhella semakin gundah. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Setelah taksi online yang ia pesan datang, Fradhella langsung pergi ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit akhirnya ia sampai, Fradhella datang masih memeluk pialanya. Ia mencari Geovano yang telah menunggunya di UGD.“Si … siapa yang sakit, Pah?” tanya Fradhella lirih.Geovano memeluk putri kesayangannya itu. Ia tersenyum saat melihat Fradhella datang dengan pialanya.“Selamat ya, Princess. Kamu memang selalu menjadi kebanggaan Papa,” puji Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.“Siapa yang ada di dalam sana, Pah? Mama mana?” tanya Fradhella sekali lagi.“Ma … Mama ada di dalam sana,” jawab Geovano lirih yang membuat Fradhella lemas begitu saja.Geovano menopang tubuh kecil milik putri kesayangannya itu. Ia menuntun Fradhella untuk duduk di kursi tunggu depan UGD. Rasanya hancur, apa ini penyebab Zahra tidak kunjung hadir untuk menjemputnya?“Mama kenapa, Pah?” tanya Fradhella dengan suara gemetar.“Mama kamu menga

  • Protagonis Sang Monster Logika   Melabrak Selingkuhan Papa

    Siang ini cakrawala tampak tertutup mega kelabu. Meski bulan ini telah memasuki bulan si Taurus, namun hujan terkadang masih suka mengguyur kota pahlawan tersebut.Fradhella memejamkan matanya sejenak. Rasanya ia ingin memukul apa pun yang ada di depanya, bahkan ketika lihat muka Carabella, ia ingin sekali memaki-maki gadis itu. Namun, ia sadar jika di sini yang salah adalah Rikka."Huh, gue butuh kopi," Monolog Fradhella.Dari dalam mobil, Fradhella menajamkan pandangannya ke sebuah restoran seafood di samping kafe yang ingin ia kunjungi. Ia seperti mengenal pria yang ada di dalam sana. Dari posturnya, dia seperti Geovano. Di hadapan pria tersebut, seorang wanita dengan pakaian ketat tampak mesra mengelap wajah Geovano.Cengkeraman tangan Fradhella mengencang. Ia bergegas keluar dari mobilnya untuk menemui papanya tersebut. Bisa-bisanya ia melihat langsung kemesraan papanya bersama wanita yang bukan mamanya. Pantas saja Zahra lebih memilih untuk pergi lagi. Ya, tadi pagi Zahra pergi

DMCA.com Protection Status