Home / Fiksi Remaja / Protagonis Sang Monster Logika / Melabrak Selingkuhan Papa

Share

Melabrak Selingkuhan Papa

Author: Hai Zee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Siang ini cakrawala tampak tertutup mega kelabu. Meski bulan ini telah memasuki bulan si Taurus, namun hujan terkadang masih suka mengguyur kota pahlawan tersebut.

Fradhella memejamkan matanya sejenak. Rasanya ia ingin memukul apa pun yang ada di depanya, bahkan ketika lihat muka Carabella, ia ingin sekali memaki-maki gadis itu. Namun, ia sadar jika di sini yang salah adalah Rikka.

"Huh, gue butuh kopi," Monolog Fradhella.

Dari dalam mobil, Fradhella menajamkan pandangannya ke sebuah restoran seafood di samping kafe yang ingin ia kunjungi. Ia seperti mengenal pria yang ada di dalam sana. Dari posturnya, dia seperti Geovano. Di hadapan pria tersebut, seorang wanita dengan pakaian ketat tampak mesra mengelap wajah Geovano.

Cengkeraman tangan Fradhella mengencang. Ia bergegas keluar dari mobilnya untuk menemui papanya tersebut. Bisa-bisanya ia melihat langsung kemesraan papanya bersama wanita yang bukan mamanya. Pantas saja Zahra lebih memilih untuk pergi lagi. Ya, tadi pagi Zahra pergi ke Bali untuk beberapa hari ke depan.

"Pa," panggil Fradhella membuat Geovano terlonjak.

"Fradhella, kamu kenapa ada di sini? Kamu baru pulang sekolah?" tanya Geovano lembut seperti tidak terjadi apa-apa.

"Eh ada Fradhella. Baru pulang sekolah ya, Sayang? Ayo sekalian aja kamu ikut makan siang. Pasti kamu lelah sekolah seharian. Kamu mau pesan apa, Sayang?" tawar Rikka manis.

Fradhella menatap Rikka sinis, kemudian dia berjalan mendekati Rikka. Tatapannya begitu dingin dan tajam, bahkan Geovano seperti tidak mengenali putrinya. Biasanya Fradhella akan menatap seseorang dengan hangat dan sopan jika orang tersebut lebih tua darinya.

"Tante dibayar berapa sehari sama Papa? Tinggalin Papa, aku akan bayar Tante dua kali lipat," tukas Fradhella yang membuat Rikka dan Geovano terkejut bukan main.

"Fradhella! Jaga ucapanmu, Papa tidak pernah mengajari kamu tidak sopan sama orang yang lebih tua," sentak Geovano marah.

Fradhella terkekeh sinis. Ia menatap Geovano sejenak, kemudian dia kembali menatap Rikka.

"Apa aku harus tetap sopan dengan orang yang sudah merusak keluargaku?" sinis Fradhella.

"Kamu bicara apa, Fradhella? Tante gak paham," balas Rikka dengan nada rendah mencari muka pada Geovano.

"Tante gak usah pura-pura gak paham. Aku tahu Tante sangat paham. Jika Tante adalah seorang wanita yang mempunyai hati, tentunya Tante mengerti apa yang seharusnya Tante lakukan," ujar sarkastik Fradhella memojokkan Rikka.

"Hentikan, Fradhella! Papa tidak pernah mengajari kamu seperti ini, atau jangan-jangan Mamamu yang mengajarinya?"

"Jangan bawa-bawa Mama!" sela Fradhella tidak terima.

"Katakan pada Mamamu, dia harus mengajarimu sopan santun dari pada sibuk show tidak jelas," sergah Geovano.

"Papa! Jaga ucapan, Papa."

"Lebih baik kamu pulang saja, Fradhella. Hari ini bukanya jadwalmu latihan dance?" titah Geovano tidak ingin Fradhella berbuat ulah lebih dari ini lagi.

"Aku udah keluar dari klub dance."

Geovano sedikit tersentak. Ia tahu bagaimana putrinya itu sangat menyukai dance, bahkan Fradhella lebih menyukai dance dibanding bermain biola.

"Kenapa kamu keluar?"

"Tanya saja ke anak wanita itu," sinis Fradhella kemudian pergi begitu saja.

***

Sore itu Fradhella baru saja pulang dari sekolahnya. Baru saja memasuki rumahnya, namun ia sudah mendengar suara keributan.  Kali ini, ia melihat Varell tengah menyaksikan semuanya.

Varell berlari ke arahnya saat sebuah vas bunga hendak melayang pada dirinya. Untung saja dengan cekatan Varell bisa menghalau vas bunga itu agar tidak menyakiti kakaknya. Hanya saja, karena perbuatannya telapak tangannya mesti terluka.

“Lo udah tahu ini semua, Kak?” tanya Varell menatap lekat manik mata terang milik Fradhella.

“Kenapa lo sembunyikan ini semua dari gue?” Masih tidak ada jawaban dari Fradhella.

Justru dengan acuh Fradhella pergi begitu saja meninggalkan Geovano dan Zahra yang tengah bertengkar cukup hebat entah apa penyebabnya kali ini.

“Apa belum cukup aku harus merelakan hobiku?” ujar Fradhella menghentikan langkahnya ketika menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

“Maksud kamu?”

“Apa wanita itu belum meninggalkan Papa? Padahal anaknya sudah menyuruhku keluar dari klub dance agar wanita itu meninggalkan Papa,” terang Fradhella santai.

“Jadi alasan kamu berhenti menari karena itu?”

Fradhella mengangguk lemah. Seketika Geovano dan Zahra terdiam sejenak. Zahra mendekati Fradhella untuk memeluk gadis itu. Ia tidak tahu jika bukan hanya perasaannya saja yang berkorban di sini, namun Fradhella harus merelakan hobinya demi keegoisan keduanya.

“Aku hanya keluar dari klub dance, tapi tidak dengan berhenti menari,” balas Fradhella enteng.

Zahra memeluk Fradhella erat, sementara Fradhella masih terdiam seperti enggan membalas pelukan Zahra. Ia cukup kacau dan terguncang dengan pertengkaran Geovano dan Zahra akhir-akhir ini. Geovano mulai sadar karena keegoisannya anak-anak yang selama ini berusaha ia bahagiakan justru menderita.

Geovano pun ikut serta memeluk Fradhella. Ia merindukan putri kesayangannya yang akhir-akhir ini sengaja menjauhi dirinya. Fradhella merasa nyaman, dekapan kedua orang tuanya membuatnya hangat.

“Maafkan Mama, Sayang.”

“Maafkan Papa juga, Princess,” timbrung Geovano.

“Aku mohon. Aku janji tidak akan meminta apa pun lagi setelah ini. Aku minta Papa dan Mama baikkan ya? Jangan berantem lagi. Kita mulai semuanya lagi seperti semula,” pinta Fradhella dengan suara bergetar.

Zahra mengangguk. “Iya, Sayang. Mama janji, setelah ini Mama akan mengatur waktu Mama kembali. Pastinya Mama akan lebih banyak waktu bersama kalian.”

Zahra membelai lembut rambut kecokelatan milik Fradhella, kemudian dia kembali memeluk Fradhella dengan erat, sementara Geovano sesekali ia mengecup pucuk rambut Fradhella penuh kasih.

“Papa akan tinggalin Tante Rikka, ‘kan?” tanya Fradhella lirih namun masih bisa didengar oleh Geovano.

“Iya, Princess. Maafkan Papa, ya? Papa janji, setelah ini Papa tidak akan membuat kamu sedih lagi,” putus Geovano.

Senyum tulus terbit di bibir ranum milik Fradhella. Ia berbalik arah tersenyum pada adik kesayangannya yang tadi baru saja menyelamatkannya. Fradhella merentangkan tangannya untuk Varell juga ikut mereka berpelukan.

“Kita mulai semuanya dari awal, ya?”

***

Pagi ini arunika datang dengan cerah menyambut pertiwi dengan semringah. Gadis cantik itu telah siap dengan seragam sekolahnya yang tampak pas mencetak bodi proporsionalnya. Ia menuruni anak tangga dengan santai, sesekali bersenandung lirih dengan senyum merekah yang kembali tercetak.

“Selamat pagi, Mama, Papa, dan Adikku tercinta,” sapanya semangat di pagi ini.

“Pagi, Sayang.”

“Pagi, Princess.”

Fradhella duduk di samping Varell, ia menatap beberapa masakan yang tersaji di meja makan. Senyumnya semakin lebar saat melihat sambal goreng kentang tersaji di sana.

“Mama yang masak ini?” Zahra tersenyum mengiyakan.

“Makan yang banyak ya, Sayang,” ujar Zahra mengambilkan satu centong nasi dan lauk kesukaan Fradhella tersebut.

Pagi ini selayaknya pagi-pagi terdahulu. Mereka sarapan berempat yang sudah empat bulan ini mereka lewatkan.

“Pagi ini kamu mau Papa antar, Princess?” tawar Geovano lembut.

“Besok aja ya, Pah. Soalnya kemarin Fradhella udah janji sama Varo hehehe.”

“Pacaran mulu lo,” komentar Varell.

“Mangkanya lo cari pacar,” balas Fradhella.

Varell merotasikan bola matanya malas. “Gue stay halal, Bro.”

Suara bel terdengar membuat mereka spontan menoleh ke arah pintu. Fradhella segera meneguk susu vanila miliknya, kemudian dia mencangklot tas sekolahnya dan menyalami Zahra serta Geovano.

“Dhella berangkat dulu ya, Mah, Pah,” pamit Fradhella.

“Hati-hati, Sayang.”

Kedua sudut bibir Fradhella tertarik sempurna saat mendapati sang kekasih di depan pintu rumahnya. “Kita berangkat sekarang, Sayang?”

Sekitar dua puluh menitan akhirnya mereka sampai di pelataran SMA Savior. Kebersamaan Varo dan Fradhella memang selalu menjadi pusat perhatian. Mereka semua selalu iri pada Fradhella yang mampu meluluhkan hati ketua basket tersebut.

Keduanya berjalan dengan Varo yang memeluk pinggang Fradhella posesif. Terlebih dahulu Varo mengantarkan Fradhella ke kelasnya, baru setelah itu dia pergi ke kelasnya yang memang berbeda jurusan dengan Fradhella.

Fradhella tersenyum manis saat melihat Carabella yang sedari tadi memperhatikannya. “Pagi, Bell.”

“Pagi, Dhell. Kayanya senang banget lo hari ini.”

“Hahaha, iya.”

“Gue masih nunggu janji lo,” tukas Fradhella pada Carabella.

Related chapters

  • Protagonis Sang Monster Logika   Tragedi

    Hati Fradhella semakin gundah. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Setelah taksi online yang ia pesan datang, Fradhella langsung pergi ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit akhirnya ia sampai, Fradhella datang masih memeluk pialanya. Ia mencari Geovano yang telah menunggunya di UGD.“Si … siapa yang sakit, Pah?” tanya Fradhella lirih.Geovano memeluk putri kesayangannya itu. Ia tersenyum saat melihat Fradhella datang dengan pialanya.“Selamat ya, Princess. Kamu memang selalu menjadi kebanggaan Papa,” puji Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.“Siapa yang ada di dalam sana, Pah? Mama mana?” tanya Fradhella sekali lagi.“Ma … Mama ada di dalam sana,” jawab Geovano lirih yang membuat Fradhella lemas begitu saja.Geovano menopang tubuh kecil milik putri kesayangannya itu. Ia menuntun Fradhella untuk duduk di kursi tunggu depan UGD. Rasanya hancur, apa ini penyebab Zahra tidak kunjung hadir untuk menjemputnya?“Mama kenapa, Pah?” tanya Fradhella dengan suara gemetar.“Mama kamu menga

  • Protagonis Sang Monster Logika   Seperti Cinderella

    Gadis cantik itu tengah menyiapkan semua pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper. Waktunya di sini telah selesai, ia harus kembali dan menyelesaikan semua masalahnya. Setelah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper, Fradhella duduk di tepian jendela. Ia menatap kosong cakrawala petang bertabur bintang.“Lo udah selesai nata baju?” tanya seorang gadis dengan warna rambut yang mencolok itu.“Udah, Kak.”“Lebih baik lo istirahat sekarang. Pesawat kita take off cukup pagi besok,” titah Zelina.“Iya, setelah ini gue tidur.”Zelina mendekati Fradhella. Dulu, keduanya tumbuh bersama. Sampai akhirnya Zahra membawa Fradhella untuk tinggal bersama Geovano di Surabaya. Ia mengenal jelas bagaimana gadis itu. Fradhella yang selalu ceria, cerewet, dan selalu banyak tertawa. Sempat terlintas iri pada kehidupan gadis itu. Fradhella memiliki segalanya, sampai tidak ada celah kekurangannya.“Lo harus mulai menerima semuanya, Dhell. Gak selamanya lo akan terus ada di atas,” tukas Zelina membuya

  • Protagonis Sang Monster Logika   Penghianatan Varo dan Carabella

    Kedua iris coklat terang milik Fradhella memanas saat mendapati beberapa foto dan video kekasihnya tengah bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Fradhella membekap kedua mulutnya tidak percaya. Rentetan kristal cair mulai menetes deras. Ia memukul dadanya yang terasa sesak.“Tidak mungkin. Va … Varo … “ Fradhella kembali terisak.Varo adalah laki-laki yang sangat menyayanginya selain Geovano dan Varell. Mana mungkin Varo mengkhianatinya apalagi dengan sahabatnya sendiri. Fradhella kembali menangis dalam diam. Rasanya hatinya tengah dihunjami ribuan pisau.Padahal luka atas kepergian Zahra masih menganga. Namun, hari ini ia mendapati luka yang tak kalah besarnya. Fradhella membanting ponselnya kasar, dia berteriak dan membuang seluruh barang yang ada di hadapannya. Beberapa makeup, parfum, dan skincare miliknya berceceran di lantai, bahkan pecah.“AAAAA … GAK MUNGKIN! BOHONG, SEMUANYA PEMBOHONG!” teriak Fradhella marah.Maharani, Varell, dan Zelina yang mendengar teriakan Fradhella berbon

  • Protagonis Sang Monster Logika   Putus dan Luka Baru Lagi

    Suasana kafe dengan gaya vintage itu tampak ramai dikunjungi beberapa pelanggan. Kabarnya akan ada permainan piano dari salah satu violinis yang terkenal. Lampu utama mendadak padam, beberapa pengunjung kafe berteriak terkejut.Teriakan terhenti tatkala sebuah lampu menyorot ke arah seorang gadis yang tengah membelakangi mereka. Biola yang ia tenteng telah ia pikul di pundak kirinya. Gesekan senar biola yang mulai ia mainkan menghanyutkan suasana kafe menjadi hening.Suara merdu dari gadis sang pemain biola itu terdengar, membuat beberapa orang bertepuk tangan dan bertanya siapa sebenarnya gadis itu. Lagu yang dibawakan terdengar pilu, apalagi suara biola yang syahdu membuat seluruh pengunjung hanyut dibawanya.Sebuah lagi berjudul “Traitor” karya Olivia Rodrigo menggema. Banyak yang terhanyut dan bertanya siapa yang memainkan biola sebagus itu. Selain itu, suara merdu sang penyanyi juga membuat mereka seakan ikut merasakan apa yang tengah dirasakan sosok dalam cerita lagu itu.Lagu s

  • Protagonis Sang Monster Logika   Pertengkaran dengan Papa

    Tengah malam dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja Fradhella pulang. Dress coklat yang ia kenakan tampak kusut dan basah. Di luar sana, hujan mengguyur sejak sejam yang lalu.Seorang pria berkepala empat itu menatap tajam putrinya yang baru saja pulang padahal jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia bangkit menghampiri Fradhella, entah bisikan dari mana tangannya terhempas menampar Fradhella. Fradhella yang terkejut sembari memegang pipi kirinya itu menatap Geovano luka.“Dari mana saja kamu! Apa yang sudah kamu lakukan pada Carabella. Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menindas orang. Papa kecewa sama kamu. Apa ini didikan dari Mamamu?” murka Geovano.Bukannya menjawab, Fradhella justru tertawa pilu. Jadi Geovano menamparnya karena gadis itu?“Jangan bawa-bawa Mama! Aku tidak pernah menindas cewek sialan itu. Lagi pula menyentuhnya seujung kuku saja tidak. Terserah Papa mau percaya atau tidak. Aku lebih kecewa sama Papa. Karena Papa yang aku kenal, tidak

  • Protagonis Sang Monster Logika   Menyusul Mama

    Varell langsung menggendong Fradhella untuk keluar dari bath up. Tubuh gadis itu telah memucat biru. Varell menidurkan Fradhella di kasur milik gadis itu. Ia memanggil salah seorang asisten rumah tangga untuk menggantikan baju Fradhella. Baru setelah itu, Varell akan membawa Fradhella ke rumah sakit.Maharani tergopoh-gopoh menuju kamar Fradhella. Ia mendengar kondisi Fradhella dari salah satu penjaga yang tadi ikut membantu Varell untuk mendobrak pintu kamar gadis itu. Seusai mengganti pakaian Fradhella, Varell bergegas menggendong Fradhella untuk membawanya ke rumah sakit.Di tangga, ia bertemu dengan Geovano. Geovano terkejut dengan kondisi gadis itu. Paras ayu milik Fradhella tampak sangat pucat, bahkan tubuh gadis itu sudah tampak membiru. Saat hendak menyentuh Fradhella, Varell menjauhkan tubuh Fradhella dari papanya.“Puas, Pah? Andai aja malam tadi Papa gak larang aku untuk mendobrak kamar Kakak, pasti keadaan Kakak gak akan seperti ini. Sampai terjadi sesuatu sama Kakak, Vare

  • Protagonis Sang Monster Logika   Maharani Membawa Fradhella

    Seorang wanita paruh baya itu menatap penuh kecewa kepada seorang pria berkepala empat yang berstatus menantunya tersebut. Varell telah memberitahu semua apa penyebab keadaan Fradhella bisa seperti ini, bahkan gadis yang baru satu jam itu siuman, saat ini harus kembali terlelap karena obat penenang.Setelah kesadarannya kembali, Fradhella histeris dan terus berteriak. Apalagi saat Geovano mencoba mendekatinya. Fradhella tampak takut dan enggan disentuh oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya itu. Dokter yang menangani Fradhella menyarankan jika Fradhella harus dibawa ke psikiater melihat bagaimana terguncangnya jiwa gadis itu saat ini.“Ibu kecewa sama kamu, Vano. Ibu titipkan anak Ibu dan cucu Ibu ke kamu agar mereka bahagia, namun nyatanya kamu justru menyakiti mereka. Kamu lihat tadi, ‘kan? Bagaimana Fradhella ketakutan, bahkan hanya karena melihatmu. Apa yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan. Ibu tidak akan membiarkan kamu menyakiti cucu Ibu lagi.” Maharani menjeda u

  • Protagonis Sang Monster Logika   Lingkungan Baru dan Sekolah Baru

    Sudah dua bulan Fradhella menjalani pengobatannya. Keadaannya juga mulai membaik. Namun naasnya, psikiaternya telah mendiagnosis dia “Alexithymia” atau sebuah kondisi di mana ia kesulitan untuk mengenali emosi. Itu adalah alasan kenapa saat ini ia bersikap dingin seperti saat ini.Fradhella sudah tidak lagi mengamuk. menangis, bahkan tertawa. Gadis itu selalu berwajah datar dan menanggapi semuanya menggunakan otak. Seperti saat ini, Zelina baru saja tersungkur di hadapannya karena tali sepatunya tidak terikat sempurna. Bukannya menolong, Fradhella hanya menatap Fradhella datar kemudian pergi ke meja makan dan mengacuhkan Zelina.“Woy! Tolongin gue dulu kali,” tegur Zelina memekik.Tidak ada tanggapan dari Fradhella, dia menaruh tas putih miliknya di salah satu kursi yang ada di meja makan, kemudian dia mulai menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh Maharani.“Hari ini kamu berangkat dengan Kak Zelina dulu, ya? Nanti juga biar dia mengantar kamu ke ruang guru,” terang Maharani yang

Latest chapter

  • Protagonis Sang Monster Logika   Lingkungan Baru dan Sekolah Baru

    Sudah dua bulan Fradhella menjalani pengobatannya. Keadaannya juga mulai membaik. Namun naasnya, psikiaternya telah mendiagnosis dia “Alexithymia” atau sebuah kondisi di mana ia kesulitan untuk mengenali emosi. Itu adalah alasan kenapa saat ini ia bersikap dingin seperti saat ini.Fradhella sudah tidak lagi mengamuk. menangis, bahkan tertawa. Gadis itu selalu berwajah datar dan menanggapi semuanya menggunakan otak. Seperti saat ini, Zelina baru saja tersungkur di hadapannya karena tali sepatunya tidak terikat sempurna. Bukannya menolong, Fradhella hanya menatap Fradhella datar kemudian pergi ke meja makan dan mengacuhkan Zelina.“Woy! Tolongin gue dulu kali,” tegur Zelina memekik.Tidak ada tanggapan dari Fradhella, dia menaruh tas putih miliknya di salah satu kursi yang ada di meja makan, kemudian dia mulai menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh Maharani.“Hari ini kamu berangkat dengan Kak Zelina dulu, ya? Nanti juga biar dia mengantar kamu ke ruang guru,” terang Maharani yang

  • Protagonis Sang Monster Logika   Maharani Membawa Fradhella

    Seorang wanita paruh baya itu menatap penuh kecewa kepada seorang pria berkepala empat yang berstatus menantunya tersebut. Varell telah memberitahu semua apa penyebab keadaan Fradhella bisa seperti ini, bahkan gadis yang baru satu jam itu siuman, saat ini harus kembali terlelap karena obat penenang.Setelah kesadarannya kembali, Fradhella histeris dan terus berteriak. Apalagi saat Geovano mencoba mendekatinya. Fradhella tampak takut dan enggan disentuh oleh pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya itu. Dokter yang menangani Fradhella menyarankan jika Fradhella harus dibawa ke psikiater melihat bagaimana terguncangnya jiwa gadis itu saat ini.“Ibu kecewa sama kamu, Vano. Ibu titipkan anak Ibu dan cucu Ibu ke kamu agar mereka bahagia, namun nyatanya kamu justru menyakiti mereka. Kamu lihat tadi, ‘kan? Bagaimana Fradhella ketakutan, bahkan hanya karena melihatmu. Apa yang kamu lakukan sudah sangat keterlaluan. Ibu tidak akan membiarkan kamu menyakiti cucu Ibu lagi.” Maharani menjeda u

  • Protagonis Sang Monster Logika   Menyusul Mama

    Varell langsung menggendong Fradhella untuk keluar dari bath up. Tubuh gadis itu telah memucat biru. Varell menidurkan Fradhella di kasur milik gadis itu. Ia memanggil salah seorang asisten rumah tangga untuk menggantikan baju Fradhella. Baru setelah itu, Varell akan membawa Fradhella ke rumah sakit.Maharani tergopoh-gopoh menuju kamar Fradhella. Ia mendengar kondisi Fradhella dari salah satu penjaga yang tadi ikut membantu Varell untuk mendobrak pintu kamar gadis itu. Seusai mengganti pakaian Fradhella, Varell bergegas menggendong Fradhella untuk membawanya ke rumah sakit.Di tangga, ia bertemu dengan Geovano. Geovano terkejut dengan kondisi gadis itu. Paras ayu milik Fradhella tampak sangat pucat, bahkan tubuh gadis itu sudah tampak membiru. Saat hendak menyentuh Fradhella, Varell menjauhkan tubuh Fradhella dari papanya.“Puas, Pah? Andai aja malam tadi Papa gak larang aku untuk mendobrak kamar Kakak, pasti keadaan Kakak gak akan seperti ini. Sampai terjadi sesuatu sama Kakak, Vare

  • Protagonis Sang Monster Logika   Pertengkaran dengan Papa

    Tengah malam dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja Fradhella pulang. Dress coklat yang ia kenakan tampak kusut dan basah. Di luar sana, hujan mengguyur sejak sejam yang lalu.Seorang pria berkepala empat itu menatap tajam putrinya yang baru saja pulang padahal jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia bangkit menghampiri Fradhella, entah bisikan dari mana tangannya terhempas menampar Fradhella. Fradhella yang terkejut sembari memegang pipi kirinya itu menatap Geovano luka.“Dari mana saja kamu! Apa yang sudah kamu lakukan pada Carabella. Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menindas orang. Papa kecewa sama kamu. Apa ini didikan dari Mamamu?” murka Geovano.Bukannya menjawab, Fradhella justru tertawa pilu. Jadi Geovano menamparnya karena gadis itu?“Jangan bawa-bawa Mama! Aku tidak pernah menindas cewek sialan itu. Lagi pula menyentuhnya seujung kuku saja tidak. Terserah Papa mau percaya atau tidak. Aku lebih kecewa sama Papa. Karena Papa yang aku kenal, tidak

  • Protagonis Sang Monster Logika   Putus dan Luka Baru Lagi

    Suasana kafe dengan gaya vintage itu tampak ramai dikunjungi beberapa pelanggan. Kabarnya akan ada permainan piano dari salah satu violinis yang terkenal. Lampu utama mendadak padam, beberapa pengunjung kafe berteriak terkejut.Teriakan terhenti tatkala sebuah lampu menyorot ke arah seorang gadis yang tengah membelakangi mereka. Biola yang ia tenteng telah ia pikul di pundak kirinya. Gesekan senar biola yang mulai ia mainkan menghanyutkan suasana kafe menjadi hening.Suara merdu dari gadis sang pemain biola itu terdengar, membuat beberapa orang bertepuk tangan dan bertanya siapa sebenarnya gadis itu. Lagu yang dibawakan terdengar pilu, apalagi suara biola yang syahdu membuat seluruh pengunjung hanyut dibawanya.Sebuah lagi berjudul “Traitor” karya Olivia Rodrigo menggema. Banyak yang terhanyut dan bertanya siapa yang memainkan biola sebagus itu. Selain itu, suara merdu sang penyanyi juga membuat mereka seakan ikut merasakan apa yang tengah dirasakan sosok dalam cerita lagu itu.Lagu s

  • Protagonis Sang Monster Logika   Penghianatan Varo dan Carabella

    Kedua iris coklat terang milik Fradhella memanas saat mendapati beberapa foto dan video kekasihnya tengah bercumbu dengan sahabatnya sendiri. Fradhella membekap kedua mulutnya tidak percaya. Rentetan kristal cair mulai menetes deras. Ia memukul dadanya yang terasa sesak.“Tidak mungkin. Va … Varo … “ Fradhella kembali terisak.Varo adalah laki-laki yang sangat menyayanginya selain Geovano dan Varell. Mana mungkin Varo mengkhianatinya apalagi dengan sahabatnya sendiri. Fradhella kembali menangis dalam diam. Rasanya hatinya tengah dihunjami ribuan pisau.Padahal luka atas kepergian Zahra masih menganga. Namun, hari ini ia mendapati luka yang tak kalah besarnya. Fradhella membanting ponselnya kasar, dia berteriak dan membuang seluruh barang yang ada di hadapannya. Beberapa makeup, parfum, dan skincare miliknya berceceran di lantai, bahkan pecah.“AAAAA … GAK MUNGKIN! BOHONG, SEMUANYA PEMBOHONG!” teriak Fradhella marah.Maharani, Varell, dan Zelina yang mendengar teriakan Fradhella berbon

  • Protagonis Sang Monster Logika   Seperti Cinderella

    Gadis cantik itu tengah menyiapkan semua pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper. Waktunya di sini telah selesai, ia harus kembali dan menyelesaikan semua masalahnya. Setelah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper, Fradhella duduk di tepian jendela. Ia menatap kosong cakrawala petang bertabur bintang.“Lo udah selesai nata baju?” tanya seorang gadis dengan warna rambut yang mencolok itu.“Udah, Kak.”“Lebih baik lo istirahat sekarang. Pesawat kita take off cukup pagi besok,” titah Zelina.“Iya, setelah ini gue tidur.”Zelina mendekati Fradhella. Dulu, keduanya tumbuh bersama. Sampai akhirnya Zahra membawa Fradhella untuk tinggal bersama Geovano di Surabaya. Ia mengenal jelas bagaimana gadis itu. Fradhella yang selalu ceria, cerewet, dan selalu banyak tertawa. Sempat terlintas iri pada kehidupan gadis itu. Fradhella memiliki segalanya, sampai tidak ada celah kekurangannya.“Lo harus mulai menerima semuanya, Dhell. Gak selamanya lo akan terus ada di atas,” tukas Zelina membuya

  • Protagonis Sang Monster Logika   Tragedi

    Hati Fradhella semakin gundah. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Setelah taksi online yang ia pesan datang, Fradhella langsung pergi ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit akhirnya ia sampai, Fradhella datang masih memeluk pialanya. Ia mencari Geovano yang telah menunggunya di UGD.“Si … siapa yang sakit, Pah?” tanya Fradhella lirih.Geovano memeluk putri kesayangannya itu. Ia tersenyum saat melihat Fradhella datang dengan pialanya.“Selamat ya, Princess. Kamu memang selalu menjadi kebanggaan Papa,” puji Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.“Siapa yang ada di dalam sana, Pah? Mama mana?” tanya Fradhella sekali lagi.“Ma … Mama ada di dalam sana,” jawab Geovano lirih yang membuat Fradhella lemas begitu saja.Geovano menopang tubuh kecil milik putri kesayangannya itu. Ia menuntun Fradhella untuk duduk di kursi tunggu depan UGD. Rasanya hancur, apa ini penyebab Zahra tidak kunjung hadir untuk menjemputnya?“Mama kenapa, Pah?” tanya Fradhella dengan suara gemetar.“Mama kamu menga

  • Protagonis Sang Monster Logika   Melabrak Selingkuhan Papa

    Siang ini cakrawala tampak tertutup mega kelabu. Meski bulan ini telah memasuki bulan si Taurus, namun hujan terkadang masih suka mengguyur kota pahlawan tersebut.Fradhella memejamkan matanya sejenak. Rasanya ia ingin memukul apa pun yang ada di depanya, bahkan ketika lihat muka Carabella, ia ingin sekali memaki-maki gadis itu. Namun, ia sadar jika di sini yang salah adalah Rikka."Huh, gue butuh kopi," Monolog Fradhella.Dari dalam mobil, Fradhella menajamkan pandangannya ke sebuah restoran seafood di samping kafe yang ingin ia kunjungi. Ia seperti mengenal pria yang ada di dalam sana. Dari posturnya, dia seperti Geovano. Di hadapan pria tersebut, seorang wanita dengan pakaian ketat tampak mesra mengelap wajah Geovano.Cengkeraman tangan Fradhella mengencang. Ia bergegas keluar dari mobilnya untuk menemui papanya tersebut. Bisa-bisanya ia melihat langsung kemesraan papanya bersama wanita yang bukan mamanya. Pantas saja Zahra lebih memilih untuk pergi lagi. Ya, tadi pagi Zahra pergi

DMCA.com Protection Status