Keyna terus menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kampus, bagaimana tidak Drey alias mahluk mengerikan bernama Dyrroth masih terus bersamanya bahkan di dalam bus. Sebisa mungkin Keyna menjaga jarak dengan mahluk aneh dan menyeramkan itu.
Begitu sampai di kampus ia masih terus mengikuti Keyna kemanapun ia berada. Keyna berusaha untuk tidak memperdulikan kehadiran mahluk itu. Ia tidak peduli.Keyna lega saat mahluk itu memasuki ruang tata usaha untuk mengurus dokumen-dokumen kepindahannya.'Apa mahluk seperti itu mempunyai identitas juga heh?!' batin Keyna bingung.’Tidak, tidak jangan pedulikan itu Key’. Dengan cepat ia bergegas menuju kantin kampus untuk mencari temannya. Ia duduk di salah satu bangku kosong dan mengedarkan pandangannya. Ia harus bersama Aline agar kejadian kemarin tidak terulang lagi.Namun, ia tidak menemukan keberadaan temannya itu. Menyebalkan.Kini ia kembali teringat pada mahluk itu, bagaimana ia bisa kabur dari mahluk itu. Apa yang harus aku lakukan. Keyna mengingat perjanjian itu, Key kau tak boleh tergoda dengan itu, ya ampun mengapa aku memikirkan perjanjian itu sekarang. Keyna menggelengkan kepalanya."Arghhh…" pekik Keyna pelan. Ini membuatku pusing. Aku harus memohon ampun pada Tuhan. Dan berdoa agar semua ini hanyalah mimpi. Benar itu benar Keyna." Keynaaa…" Suara cempreng Aline terdengar membuyarkan lamunannya. Aline kemudian duduk dihadapannya."Aku mencarimu dari tadi!!" dengus Aline kesal."Aku juga mencari dirimu, Al!!""Hmm..., Kok kamu aneh sih? Clarissa ganggu kamu lagi?" tanya Aline seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Clarissa dan teman-temannya."Aneh apa, Al? Dan aku tidak diganggu Clarissa, hmm… belum. " Keyna mengerutkan dahinya."Dihh… Kamu sakit? kenapa melamun terus?" Aline memperhatikan wajah Keyna teliti."Heh?!" "Nah kan…" "Apaan sih, Al?!" sewot Keyna." Mulai gila ya, haha…" Aline tertawa terpingkal-pingkal."Jangan sembaranga deh, Al!" Keyna tak terima."Soalnya kamu tuh sudah seperti hewan yang akan dipotong, Key!" Kekeh Aline meledek Keyna puas."Ck!" decak Keyna tak suka."Sorry, Darl. Ayo pergi, sebentar lagi jam nya Mr. Benneth, kamu tahu kan bagaimana kejamnya dia?" seru Aline mengingatkan sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Keyna hanya mengangguk dan bergegas beranjak dari tempat nya duduk dan berjalan menuju kelas mereka.
Sesampainya di depan kelas, Keyna menolehkan kepala ke arah samping. Meskipun matanya menatap ke depan, ia tadi sempat melihat sebuah bayangan yang tampak mirip seperti manusia yang menatapnya.Saat ia melihat ke tempat tersebut hanya kosong. Tak ada siapapun. Malah hanya ada beberapa mahasiswi yang tidak jauh dari tempat tersebut yang tengah mengobrol. Keyna menggaruk kepalanya. Padahal ia yakin sekali sosok tadi tengah berdiri menatapnya di sana. Keyna bisa merasakannya.Keyna menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran itu. "Key..," panggil Aline membuyarkan lamunannya."Hmm...""Kamu cerita ke aku kemarin, katanya kakak sepupu mu masuk kelas kita, mana dia?" tanya Aline."Hah?" Keyna tersentak kaget. "Maksudmu, Al?" Keyna balik bertanya bingung dengan ucapan Aline."Selain senang melamun apa sekarang kau mulai mengalami kepikunan, Key?" Aline menatap Keyna tak percaya."Kemarin kau cerita padaku, jika kakak sepupumu pindah ke kampus kita dan masuk di kelas yang sama dengan kita. Bagaimana kau bisa lupa itu, Key?""What??!" Tentu saja Keyna merasa kaget. Seingatnya tidak ada obrolan tentang ini dengan Aline, ia jelas ingat sekali.Kakak sepupu? Ya Tuhaannn… Dyrroth? Drey? Selain Mom apa dia memanipulasi semua orang?Deg***Seorang pria muda tampak memasuki sebuah ruangan besar. Ruangan itu tampak mewah dan agung, dengan banyak lukisan di dinding, serta ukiran dan patung-patung suci. Ruangan itu bernuansa putih dan emas menambah kemewahan yang tergambar di dalamnya. Bagaikan berada di dalam sebuah istana.Pria muda itu berjalan melangkah dengan sangat gagah dan berwibawa. Ia mendekat ke arah seorang pria tua yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Kursi yang tampak begitu megah, tak kalah dengan ruangan itu.Jarak yang memisahkan mereka hanya tinggal sekitar dua meter saja. Pria itu berlutut dengan bertumpu pada satu kakinya."Father…" Ucapnya dengan penuh hormat. Pria tua itu mengangguk "Berdirilah, anakku..." ucapnya dengan lembut dan penuh wibawa. Matanya menatap ke arah pria muda tersebut. "Terima kasih Father...""Apa kau merasakannya? Sepertiku anakku?" tanyanya." Ya, saya meminta izin padamu, untuk segera pergi kesana dan mencari informasi mengenainya." ujarnya.Pria tua itu kembali mengangguk. "Berhati-hatilah. Ini tak akan mudah," ucapnya penuh perhatian."Terima kasih, Father." Pria muda itu segera pamit dan undur diri.***
Mr. Benneth masuk ke dalam ruang kelas di temani seorang mahasiswa dengan rambut hitam yang berpadu sempurna dengan kulit putih wajahnya yang nan halus. Keyna membulatkan matanya saat semua orang terutama mahasiswi yang berada di dalam kelas berdecak kagum dengan ketampanan dari mahasiswa baru tersebut. Sudah jelas mahasiswa baru itu adalah iblis bernama Dyrroth itu. Oke, nama manusia dia Drey."Drey Leocadio. Kalian bisa memanggil saya Drey," ujarnya saat dosen memintanya untuk memperkenalkan diri di depan kelas.Di tengah semester ada mahasiswa pindahan, harusnya mereka semua bisa merasakan keanehan ini bukan? Tapi ternyata tidak ada yang berpikiran seperti itu, ini aneh sekali, sepertinya ia memanipulasi pikiran semua orang."Pantas saja kau tidak mau mengenalkannya padaku, rupanya kakak sepupumu begitu tampan…" bisik Aline pada Keyna. Keyna tak menggubris ucapan Aline.Keyna menatap Dyrroth, tanpa berkedip seiring dengan langkah Drey, ehmm… ok Drey ini lebih mudah jika harus memanggil nama yang begitu sulit untuk di lapal kan itu, dan ia duduk tidak jauh dari Keyna, karena hanya itucepat setelah itu, dia langsung membuang wajahnya bangku yang kosong.Dan akhirnya pandangan mereka bertemu. Drey hanya memasang raut datarnya dan menatap ke arah Keyna sekilas, kemudian menoleh ke arah lain.'Shit, iblis itu memang tampan!' umpat Keyna dalam hati.Jantungnya langsung berdetak dengan cepat dan segera mengalihkan pandangannya ke arah depan, saat Drey tiba-tiba menatap ke arahnya." Dia benar-benar memang tampan…" Aline kembali berujar dan tersenyum lebar tanpa menoleh pada Keyna, namun pandangannya tertuju pada Drey.Keyna tidak menjawab, pandangannya terus tertuju pada depan kelas."Kenapa ada ciptaan Tuhan yang begitu sempurna, kau pelit Key tidak mengenalkannya padaku!" Celoteh Aline dengan mata yang berbinar." Kau harus mengenalkannya padaku, awas saja!" Lanjutnya.Keyna yang melihat kelakuan sahabatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Andai kau tahu Aline… siapa dia…' Keyna mendengus kesal dan frustasi.'Tuhan tolong aku. Aku mohon keluarkan aku dari situasi seperti ini.'Padahal kemarin hidupnya masih sangat normal seperti biasa. Tapi mengapa semuanya bisa berubah secepat ini.Dan mahluk ini?Bagaimana aku bisa menghindar darinya?- To be continue-Semenjak kehadiran Dyrroth atau pun sebut saja Drey, Keyna jarang keluar dari kamarnya ketika berada di rumah. Ia berusaha untuk menjauh dari Drey, jika bisa mungkin ia akan pergi sangat jauh.Drey tidak melakukan apapun pada Keyna, tapi tatapan matanya saja sudah membuat Keyna amat sangat ketakutan, ok di luar wajah tampannya ya.Meskipun kini sudah larut malam namun Keyna tidak bisa memejamkan matanya. Di pikirannya hanya ada Dyrroth…Dyrroth…Drey…Drey…Keyna mendesah pelan. "Apa ia sudah memanipulasi pikiranku juga?"gumamnya perlahan."Argghhh, bagaimana aku bisa lepas dari mahluk itu ya Tuhan! Aku ingin hidup normal kembali," umamnya putus asa.Keyna mencoba untuk mencari pembatalan ritual tersebut, dan berencana untuk mengembalikan Drey ke asalnya. Namun saat Keyna membuka buku tersebut, alangkah terkejutnya dia saat melihat semua halaman di buku itu telah kosong. Tak ada yang bisa dibaca meskipun itu sebuah titik kecil.
Perkataan Drey mengenai Xavier terus terngiang di kepala Keyna. Apa yang Keyna lewatkan dari sosok Xavier? Tidak ada. Xavier begitu sempurna di matanya, tidak cela sedikitpun."Dia tidak sesempurna itu Key." Lagi-lagi Dyrroth membaca pikiran Keyna."Diam kau iblis, kau tahu apa?!" geram Keyna sudah tak tahan lagi."Ck! Dasar manusia!" Dyrroth berdecak tak suka."Kau perlu tahu Key, iblis memang jahat, namun tak pernah menutupinya dan berbohong. Tapi manusia bisa berpura-pura baik di depan saja. Di belakang? Who knows..." seru Drey mengangkat kedua bahunya."Brengsek kau Drey!! Kembalilah ke asalmu!!" pekik Keyna yang entah dari mana ia mendapat keberanian untuk mengumpat dan membentak mahluk mengerikan seperti Drey yang sayangnya sangat tampan. Ehh...waitt lupakan bagian itu ok."Hmm, kau sudah berani rupanya, gadis kecil!!" Dyrroth menatap Keyna dengan tajam, seketika itu juga Keyna tidak bisa mengeluarkan suar
Sebuah istana megah tampak berdiri dengan kokoh. Pepohonan dan semak belukar tampak menghiasi istana tersebut di semua sisinya.Ada yang berbeda, semuanya tampak gelap, begitu pula dengan langit yang gelap seolah mendung yang tak berakhir. Istana itu di bangun dengan menggunakan batu hitam, begitupula pepohonan yang berwarna hitam pula.Aneh? Tentu saja tidak, karena ini bukan berada di suatu tempat di dunia ini, dunia tempat manusia berada.Tak jauh dari istana tampak sebuah sungai yang mengalir berwarna merah. Jika manusia biasa pasti akan bergidik ngeri saat melihatnya.Nampak pula dua buah patung berbentuk hewan yang mengerikan dengan tiga ekor kepala dalam satu tubuh dengan gigi yang begitu runcing dan dapat merobek apapun di depan gerbang istana tersebut. Tampak seolah sedang duduk dengan siaga menjaga istana.Mereka adalah anjing nereka yang biasa di sebut Ceberus. Iria dan Ambroz.Iria dan Ambroz bukan hanya patung biasa, merek
"Toko buku?" Arkeyna mengernyitkan keningnya. Keyna melihat sebuah toko buku yang tidak jauh dari halte. Toko buku tersebut terlihat seperti toko buku lama dan tua. Seakan sudah lama berada disana."Sejak kapan ada di sini? Perasaanakubaru lihatsekarang…" gumamnya bingung.Setiap hari ia melewati jalan ini, karena ini rute biasa yang ia lalui untuk pulang dari kampus menuju halte bis yang menuju rumahnya. Maka dari,itu ia sedikit kebingungan, karena ini kali pertamanya melihat toko buku tersebut.Hari ini ia pulang terlambat dari biasanya dan tidak bersama Aline. Karena rumah mereka memang tidak searah. Selain itu Keyna harus mencari buku di perpustakaan di kampusnya untuk referensi tugasnya.Keyna berjalan menuju toko tersebut, suatu kebetulandan seperti ada energi yang menariknya untuk masuk ke dalam toko tersebut. Selain itu,ada beberapa buku yang tidak didapatnya di perpustakaan kampus untuk tugasnya.
Keyna membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Oh…ini sungguh nyamannnn," gumamnya. Bagaimana tidak ia sudah mandi untuk menyegarkan dirinya, dan kini ia bersiap untuk tidur mengistirahatkan seluruh tubuhnya dan pikirannya setelah seharian ia berada di kampus dan mengerkan tugasnya. Bukan hanya itu, ia juga harus menghadapi perundungan yang dilakukan oleh Clarissa.Ia sudah lelah karena jadwal kuliah yang padat hari ini. Ditambah tugas yang menumpuk. Oh…ini sangat menyebalkan…Belum lagi pembullyan yang dilakukan Clarissa dan teman-temannya."Bodoh, kenapa aku tak bisa melawan mereka?" lirihnya. Bukan Keyna tak berani, ia pernah mencobanya dan mereka membalasnya berlipat-lipat.Itu sungguh membuatnya tersiksa."Lebih baik aku tidur saja sekarang." Keyna kembali bergumam.Namun sesaat akan memejamkan mata Keyna teringat buku yang tadi di berikan oleh wanita pemilik toko itu. I
Keyna tak mampu bergerak, bahkan membuka mulutnya saja sangat sulit untuk dilakukan."Ya..Tu..han..ka..u siapa, bagaimana..kau bisa masukk?!" tanya Keyna terbatasusah payah dengan mulut yang seakan terkunci, ia sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.Ia takut pria tersebut rampok yang masuk ke dalam rumahnya, dan akan memperkosanya, oh...ya ampun ini gilaa…Batin Keyna berkata."Aku bukan manusia menjijikkan seperti yang ada di pikiranmu!" ucapnya datar dan dingin. Sama seperti wajahnya.Pria itu tinggi menjulang di hadapan Keyna, bahkan kini Keyna masih berdiri terpaku di tempatnya tak melangkah sedikitolpun, ia harus mendongakkan wajahnya membuat tengkuknya pegal."Ya Tuhan!!" pekik Keynadengan suara tercekat.Mata merah itu nyalang menatap Keyna. "Jangan sebut nama itu di hadapanku!!" Kini dalam suaranya terdengar amarah. Bahkan ia sedikit meng
Cahaya matahari pagi membangunkan Keyna dari tidurnya. Begitu matanya terbuka ia segera menyentakkan tubuhnya untuk segera duduk."Astagaaa, mimpi yang buruk!" pekiknya begitu ia teringat dengan kejadian semalam yang ternyata hanyalah sebuahmimpi.Keyna menyentuh dadanya, yang nampak masih berdebar ketakutan seperti semalam. "Hanya mimpi Key!" Keyna berusaha menyadarkan dirinya.Kemudian ia terkekeh dan segera mengecek keadaan piyama nya yang masih utuh tidak seperti dalam mimpinya yang sudah terkoyak. Bahkan sakit di punggung dan kepalanya pun tidak ada. Keyna tertawa seperti orang bodoh."Benar-benar mimpi yang terasa nyata!" gumamnya, kini Keyna menyentuh bibirnya dengan jarinya. Namun kecupan yang ia dapat dalam mimpi seolah benar-benar nyata, bahkan rasanya masih bisa ia rasakan ketika bibir dingin namun lembut itu menyentuh bibirnya."Bodohhh Key... itu hanya mimpi!!" Keyna mengacak rambutnya yang sudah acak-ac
Perkataan Drey mengenai Xavier terus terngiang di kepala Keyna. Apa yang Keyna lewatkan dari sosok Xavier? Tidak ada. Xavier begitu sempurna di matanya, tidak cela sedikitpun."Dia tidak sesempurna itu Key." Lagi-lagi Dyrroth membaca pikiran Keyna."Diam kau iblis, kau tahu apa?!" geram Keyna sudah tak tahan lagi."Ck! Dasar manusia!" Dyrroth berdecak tak suka."Kau perlu tahu Key, iblis memang jahat, namun tak pernah menutupinya dan berbohong. Tapi manusia bisa berpura-pura baik di depan saja. Di belakang? Who knows..." seru Drey mengangkat kedua bahunya."Brengsek kau Drey!! Kembalilah ke asalmu!!" pekik Keyna yang entah dari mana ia mendapat keberanian untuk mengumpat dan membentak mahluk mengerikan seperti Drey yang sayangnya sangat tampan. Ehh...waitt lupakan bagian itu ok."Hmm, kau sudah berani rupanya, gadis kecil!!" Dyrroth menatap Keyna dengan tajam, seketika itu juga Keyna tidak bisa mengeluarkan suar
Semenjak kehadiran Dyrroth atau pun sebut saja Drey, Keyna jarang keluar dari kamarnya ketika berada di rumah. Ia berusaha untuk menjauh dari Drey, jika bisa mungkin ia akan pergi sangat jauh.Drey tidak melakukan apapun pada Keyna, tapi tatapan matanya saja sudah membuat Keyna amat sangat ketakutan, ok di luar wajah tampannya ya.Meskipun kini sudah larut malam namun Keyna tidak bisa memejamkan matanya. Di pikirannya hanya ada Dyrroth…Dyrroth…Drey…Drey…Keyna mendesah pelan. "Apa ia sudah memanipulasi pikiranku juga?"gumamnya perlahan."Argghhh, bagaimana aku bisa lepas dari mahluk itu ya Tuhan! Aku ingin hidup normal kembali," umamnya putus asa.Keyna mencoba untuk mencari pembatalan ritual tersebut, dan berencana untuk mengembalikan Drey ke asalnya. Namun saat Keyna membuka buku tersebut, alangkah terkejutnya dia saat melihat semua halaman di buku itu telah kosong. Tak ada yang bisa dibaca meskipun itu sebuah titik kecil.
Keyna terus menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kampus, bagaimana tidak Drey alias mahluk mengerikan bernama Dyrroth masih terus bersamanya bahkan di dalam bus. Sebisa mungkin Keyna menjaga jarak dengan mahluk aneh dan menyeramkan itu.Begitu sampai di kampus ia masih terus mengikuti Keyna kemanapun ia berada.Keyna berusaha untuk tidak memperdulikan kehadiran mahluk itu. Ia tidak peduli.Keyna lega saat mahluk itu memasuki ruang tata usaha untuk mengurus dokumen-dokumen kepindahannya.'Apa mahluk seperti itu mempunyai identitas juga heh?!' batin Keyna bingung.’Tidak,tidak jangan pedulikan itu Key’. Dengan cepat ia bergegas menuju kantin kampus untuk mencari temannya. Ia duduk di salah satu bangku kosong dan mengedarkan pandangannya. Ia harus bersama Aline agar kejadian kemarin tidak terulang lagi.Namun, ia tidak menemukan keberadaan temannya itu. Menyebalkan.Kini ia k
Cahaya matahari pagi membangunkan Keyna dari tidurnya. Begitu matanya terbuka ia segera menyentakkan tubuhnya untuk segera duduk."Astagaaa, mimpi yang buruk!" pekiknya begitu ia teringat dengan kejadian semalam yang ternyata hanyalah sebuahmimpi.Keyna menyentuh dadanya, yang nampak masih berdebar ketakutan seperti semalam. "Hanya mimpi Key!" Keyna berusaha menyadarkan dirinya.Kemudian ia terkekeh dan segera mengecek keadaan piyama nya yang masih utuh tidak seperti dalam mimpinya yang sudah terkoyak. Bahkan sakit di punggung dan kepalanya pun tidak ada. Keyna tertawa seperti orang bodoh."Benar-benar mimpi yang terasa nyata!" gumamnya, kini Keyna menyentuh bibirnya dengan jarinya. Namun kecupan yang ia dapat dalam mimpi seolah benar-benar nyata, bahkan rasanya masih bisa ia rasakan ketika bibir dingin namun lembut itu menyentuh bibirnya."Bodohhh Key... itu hanya mimpi!!" Keyna mengacak rambutnya yang sudah acak-ac
Keyna tak mampu bergerak, bahkan membuka mulutnya saja sangat sulit untuk dilakukan."Ya..Tu..han..ka..u siapa, bagaimana..kau bisa masukk?!" tanya Keyna terbatasusah payah dengan mulut yang seakan terkunci, ia sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.Ia takut pria tersebut rampok yang masuk ke dalam rumahnya, dan akan memperkosanya, oh...ya ampun ini gilaa…Batin Keyna berkata."Aku bukan manusia menjijikkan seperti yang ada di pikiranmu!" ucapnya datar dan dingin. Sama seperti wajahnya.Pria itu tinggi menjulang di hadapan Keyna, bahkan kini Keyna masih berdiri terpaku di tempatnya tak melangkah sedikitolpun, ia harus mendongakkan wajahnya membuat tengkuknya pegal."Ya Tuhan!!" pekik Keynadengan suara tercekat.Mata merah itu nyalang menatap Keyna. "Jangan sebut nama itu di hadapanku!!" Kini dalam suaranya terdengar amarah. Bahkan ia sedikit meng
Keyna membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Oh…ini sungguh nyamannnn," gumamnya. Bagaimana tidak ia sudah mandi untuk menyegarkan dirinya, dan kini ia bersiap untuk tidur mengistirahatkan seluruh tubuhnya dan pikirannya setelah seharian ia berada di kampus dan mengerkan tugasnya. Bukan hanya itu, ia juga harus menghadapi perundungan yang dilakukan oleh Clarissa.Ia sudah lelah karena jadwal kuliah yang padat hari ini. Ditambah tugas yang menumpuk. Oh…ini sangat menyebalkan…Belum lagi pembullyan yang dilakukan Clarissa dan teman-temannya."Bodoh, kenapa aku tak bisa melawan mereka?" lirihnya. Bukan Keyna tak berani, ia pernah mencobanya dan mereka membalasnya berlipat-lipat.Itu sungguh membuatnya tersiksa."Lebih baik aku tidur saja sekarang." Keyna kembali bergumam.Namun sesaat akan memejamkan mata Keyna teringat buku yang tadi di berikan oleh wanita pemilik toko itu. I
"Toko buku?" Arkeyna mengernyitkan keningnya. Keyna melihat sebuah toko buku yang tidak jauh dari halte. Toko buku tersebut terlihat seperti toko buku lama dan tua. Seakan sudah lama berada disana."Sejak kapan ada di sini? Perasaanakubaru lihatsekarang…" gumamnya bingung.Setiap hari ia melewati jalan ini, karena ini rute biasa yang ia lalui untuk pulang dari kampus menuju halte bis yang menuju rumahnya. Maka dari,itu ia sedikit kebingungan, karena ini kali pertamanya melihat toko buku tersebut.Hari ini ia pulang terlambat dari biasanya dan tidak bersama Aline. Karena rumah mereka memang tidak searah. Selain itu Keyna harus mencari buku di perpustakaan di kampusnya untuk referensi tugasnya.Keyna berjalan menuju toko tersebut, suatu kebetulandan seperti ada energi yang menariknya untuk masuk ke dalam toko tersebut. Selain itu,ada beberapa buku yang tidak didapatnya di perpustakaan kampus untuk tugasnya.
Sebuah istana megah tampak berdiri dengan kokoh. Pepohonan dan semak belukar tampak menghiasi istana tersebut di semua sisinya.Ada yang berbeda, semuanya tampak gelap, begitu pula dengan langit yang gelap seolah mendung yang tak berakhir. Istana itu di bangun dengan menggunakan batu hitam, begitupula pepohonan yang berwarna hitam pula.Aneh? Tentu saja tidak, karena ini bukan berada di suatu tempat di dunia ini, dunia tempat manusia berada.Tak jauh dari istana tampak sebuah sungai yang mengalir berwarna merah. Jika manusia biasa pasti akan bergidik ngeri saat melihatnya.Nampak pula dua buah patung berbentuk hewan yang mengerikan dengan tiga ekor kepala dalam satu tubuh dengan gigi yang begitu runcing dan dapat merobek apapun di depan gerbang istana tersebut. Tampak seolah sedang duduk dengan siaga menjaga istana.Mereka adalah anjing nereka yang biasa di sebut Ceberus. Iria dan Ambroz.Iria dan Ambroz bukan hanya patung biasa, merek