Semenjak kehadiran Dyrroth atau pun sebut saja Drey, Keyna jarang keluar dari kamarnya ketika berada di rumah. Ia berusaha untuk menjauh dari Drey, jika bisa mungkin ia akan pergi sangat jauh.
Drey tidak melakukan apapun pada Keyna, tapi tatapan matanya saja sudah membuat Keyna amat sangat ketakutan, ok di luar wajah tampannya ya.Meskipun kini sudah larut malam namun Keyna tidak bisa memejamkan matanya. Di pikirannya hanya ada Dyrroth… Dyrroth… Drey… Drey…Keyna mendesah pelan. "Apa ia sudah memanipulasi pikiranku juga?" gumamnya perlahan."Argghhh, bagaimana aku bisa lepas dari mahluk itu ya Tuhan! Aku ingin hidup normal kembali," umamnya putus asa.Keyna mencoba untuk mencari pembatalan ritual tersebut, dan berencana untuk mengembalikan Drey ke asalnya. Namun saat Keyna membuka buku tersebut, alangkah terkejutnya dia saat melihat semua halaman di buku itu telah kosong. Tak ada yang bisa dibaca meskipun itu sebuah titik kecil.Aneh bukan?Bahkan Keyna sudah mendatangi toko tersebut untuk menemui wanita tua itu dan bertanya mengenai hal ini. Dan lagi-lagi Keyna dibuat melongo tak percaya. Toko buku itu hilang bak di telan bumi. Sedangkan tempat yang Keyna yakini toko buku adalah sebuah toko roti, dengan aroma semerbak menggiurkan dari roti yang baru dipanggang.Keyna masih penasaran, ia mencoba masuk ke dalam toko roti tersebut dengan membeli beberapa roti agar tidak malu saat bertanya.Dan hasilnya benar-benar di luar prediksinya. Pemiliknya mengatakan bahwa toko ini sudah menjadi toko roti sudah puluhan tahun lamanya di sini. Bahkan tidak bergeser sedikitpun. Malah pemilik toko tersebut menatapnya dengan aneh saat Keyna mengatakan bahwa ia membeli buku di toko ini. Mungkin pemilik toko tersebut menganggap Keyna gila atau sedang berhalusinasi tinggi. Karena tatapannya seakan mengatakan jika Keyna orang yang tidak waras.Jadi di sini sebenarnya yang tidak waras itu siapa?Astaga, Keyna benar-benar merasa dirinya gila sungguhan. Apakah ini nyata atau hanya sebuah mimpi? Jika mimpi Keyna berharap dapat segera bangun dengan cepat dari mimpi buruknya ini.Jika ini nyata, semoga saja Keyna hanya sedikit sakit jiwa yang bisa disembuhkan oleh seorang psikiater.Percuma juga Keyna menceritakannya pada orang lain, karena hanya akan menganggap bahwa Keyna gila. Atau pada ibunya, pasti ibunya akan segera menyeret Keyna dan membawanya ke psikiater.Jika buku itu sudah kosong, maka jalan satu-satunya adalah mencarinya di g****e. Konyol bukan? Tapi tidak ada pilihan lain lagi untuk Keyna. Bukan nya di g****e kita akan menemukan apapun? Semoga saja hal ini ada.Keyna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas di sebelah tempat tidurnya. Kemudian ia tampak mulai mengotak-ngatik ponselnya.Pembatalan Ritual Pemanggilan Iblis.Not Found!Keyna mendesah kecewa, namun ia tak putus asa begitu saja.Pembatalan Ritual Pemanggilan Demon.Not Found!Not Found!Not Found!Kini Keyna menggeram kesal. Bahkan ia melempar ponselnya di atas tempat tidur. Ia frustasi dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri."Hmm, tidak ada yang bisa membatalkan pemanggilan ku, gadis kecil." Terdengar suara yang teramat datar, dingin dan penuh keangkuhan dari pintu kamar yang tiba-tiba terbuka.Keyna tersentak kaget, saat sosok itu sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada dan bersandar pada pintu."K-kau!" pekik Keyna sambil beringsut mundur dan tertahan di ujung tempat tidur. Sedangkan Drey melangkah dengan tenang ke arah Keyna yang ketakutan, seketika pintu kamar tertutup dengan sendiri, membuat Keyna semakin bergetar. Dan terkunci.'Apa maksudnya??' pekik Keyna dalam hati.Drey semakin mendekat, Keyna semakin terdiam kaku benar-benar mirip sebuah patung, tubuhnya tidak dapat di gerakan kembali. Sepertinya itu ulah Drey."K-kau m-mau apa? A-aku akan berteriak!!" seru Keyna dengan bibir bergetar."Berteriaklah sesuka hatimu, aku sudah membuat ibumu tertidur, tidak akan ada yang bisa mendengar teriakanmu." Dyrroth menyeringai. Mata Keyna membulat sempurna. Ah, dia lupa Dyrroth bisa melakukan apapun.Tidak ada bisa Keyna lakukan, kecuali berdoa, ya berdoa. 'Tuhan tolong aku…'Terdengar Drey menggeram marah. Terlihat kilatan amarah di matanya yang tampak semakin mengerikan. Keyna tidak peduli, jika ia harus mati maka mungkin inilah waktunya.Keyna terus memohon pada Tuhan perlindungannya dalam hatinya. Mata Drey berubah menjadi merah. Tangannya mengepal, namun tiba-tiba keluar kuku tajam dari jarinya."Berdoalah pada Tuhanmu, terlalu banyak yang dia urus dia tak akan mendengar doamu." Drey menyeringai."Drey, Dyrroth siapapun kau, aku mohon, menjauhlah dariku, aku sama sekali tidak tertarik dengan perjanjian yang kau tawarkan itu." Lirih Keyna dengan terisak. Entah sejak kapan air matanya sudah membasahi pipinya."Ku mohon…" lirihnya."Sekali kau memanggilku, itu berarti kontrak untuk selama-lamanya dan tidak bisa di batalkan. Kau akan menyetujui perjanjian itu.""Tidak Drey… aku mohon…" Keyna memohon."Bukankah kau ingin memiliki Xavier? Kau hanya perlu menyetujui perjanjian itu dan kau akan memilikinya, sudah ku katakan aku tak akan meminta nyawamu," ujar Drey sambil menatap tajam Keyna yang masih terdiam kaku karena ia membuat Keyna tidak bisa bergerak oleh kekuatannya saat ini"Tidak..." lirih Keyna."Kita hanya perlu melakukan perjanjian itu, Xavier akan menjadi milikmu dan aku akan mengambil apa yang kau korbankan, setelah itu aku akan pergi dari hidupmu, mudah bukan?!" "Aku tidak mau…""Benarkah? Tapi hatimu mengatakan sebaliknya Arkey..." 'Shit… apa yang dia tahu?' pekik Keyna dalam hatinya"Aku tahu semuanya." Ujar Dyrroth, karena memang ia bisa membaca pikiran Keyna."Bahkan aku tau semua tentangmu," ujar Dyrroth " Setiap malam kau selalu membayangkan Xavier bahkan dalam mimpimu. Kau selalu membayangkan dan menginginkan Xavier untuk menyentuh tub---""Stopp… stopp Dreyy..." pekik KeynaTentu saja apapun yang Keyna sembunyikan Drey akan mengetahui semuanya dengan mudah. Sekalipun itu sebuah rahasia besar yang Keyna tutup dengan rapat. Ini membuat Keyna takut sekaligus malu. Pipinya sedikit merona. Ahh astaga... Keyna sendiri bahkan tidak mengerti mengapa ia bisa berpikiran kotor jika membayangkan Xavier yang bisa menyentuh tubuhnya. Ohh… apakah ini manipulasi Drey?"Tidak, aku tidak membuatmu seperti itu, itu keinginan mu sendiri," ujar Drey."Apa?" Kaget Keyna."Baiklah..." Kini nada suara Dyrroth terdengar sedikit lebih santai, ia duduk di atas tempat tidur, matanya tidak lepas menatap Keyna yang masih ketakutan. Mungkin pendekatannya harus sedikit lebih halus untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."Hmm..sepertinya aku tahu, kau tidak melakukan perjanjian itu karena kau masih takut untuk menyerahkan apa yang ku minta padamu," seru Dyrroth."Apa maksudmu?""Jangan pura-pura bodoh Arkey. Aku sudah mengatakannya padamu, apa yang ku minta bukan?"Keyna ingat dengan betul apa yang Drey minta, bukan nyawanya atau jiwanya untuk mengabdi pada Drey selama-lamanya. Bukan yang seperti itu. Tapi tetap saja Keyna merasa tidak ingin memberikan sesuatu yang paling berharga yang ia miliki. Ia hanya akan menyerahkannya pada orang yang ia cintai. Setidaknya ia akan menyerahkannya pada Xavier."Xavier tidak akan peduli kau masih perawan atau tidak Arkey." Ucapan Drey sontak saja membuat Keyna tersentak."Kau… jangan sembarangan membaca pikiranku Dreyyy, itu tidak sopan!" pekik Keyna."Aku mengatakan apa yang aku tahu, buatlah ini menjadi lebih mudah Key. Kau menginginkan Xavier, aku akan mengabulkannya, kau hanya tinggal menyerahkan apa yang aku mau, setelah itu aku akan pergi dari hidupmu dan Xavier menjadi milikmu," tawar Dyrroth."Dan, aku akan membuat Clarissa dan teman-temannya tidak mengganggumu lagi," lanjutnya."Aku tidak mau, aku ingin Xavier mencintaiku dengan tulus tanpa bantuanmu tentu saja. Dan Clarissa aku sama sekali tidak peduli," lirih Keyna."Kau tidak tahu siapa Xavier dan Clarissa, Arkey." Drey menyeringai."Apa maksudmu?" tanya Keyna penasaran."Aku tidak akan memberitahumu! Jika kau tau menyetujui perjanjian yang ku tawarkan." Drey tersenyum miring dengan seribu makna yang tersimpan.Siapa Xavier?Siapa Clarissa?Apa arti semua ini?- To be continue-Salam kenal semuanya, selamat membaca.
Perkataan Drey mengenai Xavier terus terngiang di kepala Keyna. Apa yang Keyna lewatkan dari sosok Xavier? Tidak ada. Xavier begitu sempurna di matanya, tidak cela sedikitpun."Dia tidak sesempurna itu Key." Lagi-lagi Dyrroth membaca pikiran Keyna."Diam kau iblis, kau tahu apa?!" geram Keyna sudah tak tahan lagi."Ck! Dasar manusia!" Dyrroth berdecak tak suka."Kau perlu tahu Key, iblis memang jahat, namun tak pernah menutupinya dan berbohong. Tapi manusia bisa berpura-pura baik di depan saja. Di belakang? Who knows..." seru Drey mengangkat kedua bahunya."Brengsek kau Drey!! Kembalilah ke asalmu!!" pekik Keyna yang entah dari mana ia mendapat keberanian untuk mengumpat dan membentak mahluk mengerikan seperti Drey yang sayangnya sangat tampan. Ehh...waitt lupakan bagian itu ok."Hmm, kau sudah berani rupanya, gadis kecil!!" Dyrroth menatap Keyna dengan tajam, seketika itu juga Keyna tidak bisa mengeluarkan suar
Sebuah istana megah tampak berdiri dengan kokoh. Pepohonan dan semak belukar tampak menghiasi istana tersebut di semua sisinya.Ada yang berbeda, semuanya tampak gelap, begitu pula dengan langit yang gelap seolah mendung yang tak berakhir. Istana itu di bangun dengan menggunakan batu hitam, begitupula pepohonan yang berwarna hitam pula.Aneh? Tentu saja tidak, karena ini bukan berada di suatu tempat di dunia ini, dunia tempat manusia berada.Tak jauh dari istana tampak sebuah sungai yang mengalir berwarna merah. Jika manusia biasa pasti akan bergidik ngeri saat melihatnya.Nampak pula dua buah patung berbentuk hewan yang mengerikan dengan tiga ekor kepala dalam satu tubuh dengan gigi yang begitu runcing dan dapat merobek apapun di depan gerbang istana tersebut. Tampak seolah sedang duduk dengan siaga menjaga istana.Mereka adalah anjing nereka yang biasa di sebut Ceberus. Iria dan Ambroz.Iria dan Ambroz bukan hanya patung biasa, merek
"Toko buku?" Arkeyna mengernyitkan keningnya. Keyna melihat sebuah toko buku yang tidak jauh dari halte. Toko buku tersebut terlihat seperti toko buku lama dan tua. Seakan sudah lama berada disana."Sejak kapan ada di sini? Perasaanakubaru lihatsekarang…" gumamnya bingung.Setiap hari ia melewati jalan ini, karena ini rute biasa yang ia lalui untuk pulang dari kampus menuju halte bis yang menuju rumahnya. Maka dari,itu ia sedikit kebingungan, karena ini kali pertamanya melihat toko buku tersebut.Hari ini ia pulang terlambat dari biasanya dan tidak bersama Aline. Karena rumah mereka memang tidak searah. Selain itu Keyna harus mencari buku di perpustakaan di kampusnya untuk referensi tugasnya.Keyna berjalan menuju toko tersebut, suatu kebetulandan seperti ada energi yang menariknya untuk masuk ke dalam toko tersebut. Selain itu,ada beberapa buku yang tidak didapatnya di perpustakaan kampus untuk tugasnya.
Keyna membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Oh…ini sungguh nyamannnn," gumamnya. Bagaimana tidak ia sudah mandi untuk menyegarkan dirinya, dan kini ia bersiap untuk tidur mengistirahatkan seluruh tubuhnya dan pikirannya setelah seharian ia berada di kampus dan mengerkan tugasnya. Bukan hanya itu, ia juga harus menghadapi perundungan yang dilakukan oleh Clarissa.Ia sudah lelah karena jadwal kuliah yang padat hari ini. Ditambah tugas yang menumpuk. Oh…ini sangat menyebalkan…Belum lagi pembullyan yang dilakukan Clarissa dan teman-temannya."Bodoh, kenapa aku tak bisa melawan mereka?" lirihnya. Bukan Keyna tak berani, ia pernah mencobanya dan mereka membalasnya berlipat-lipat.Itu sungguh membuatnya tersiksa."Lebih baik aku tidur saja sekarang." Keyna kembali bergumam.Namun sesaat akan memejamkan mata Keyna teringat buku yang tadi di berikan oleh wanita pemilik toko itu. I
Keyna tak mampu bergerak, bahkan membuka mulutnya saja sangat sulit untuk dilakukan."Ya..Tu..han..ka..u siapa, bagaimana..kau bisa masukk?!" tanya Keyna terbatasusah payah dengan mulut yang seakan terkunci, ia sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.Ia takut pria tersebut rampok yang masuk ke dalam rumahnya, dan akan memperkosanya, oh...ya ampun ini gilaa…Batin Keyna berkata."Aku bukan manusia menjijikkan seperti yang ada di pikiranmu!" ucapnya datar dan dingin. Sama seperti wajahnya.Pria itu tinggi menjulang di hadapan Keyna, bahkan kini Keyna masih berdiri terpaku di tempatnya tak melangkah sedikitolpun, ia harus mendongakkan wajahnya membuat tengkuknya pegal."Ya Tuhan!!" pekik Keynadengan suara tercekat.Mata merah itu nyalang menatap Keyna. "Jangan sebut nama itu di hadapanku!!" Kini dalam suaranya terdengar amarah. Bahkan ia sedikit meng
Cahaya matahari pagi membangunkan Keyna dari tidurnya. Begitu matanya terbuka ia segera menyentakkan tubuhnya untuk segera duduk."Astagaaa, mimpi yang buruk!" pekiknya begitu ia teringat dengan kejadian semalam yang ternyata hanyalah sebuahmimpi.Keyna menyentuh dadanya, yang nampak masih berdebar ketakutan seperti semalam. "Hanya mimpi Key!" Keyna berusaha menyadarkan dirinya.Kemudian ia terkekeh dan segera mengecek keadaan piyama nya yang masih utuh tidak seperti dalam mimpinya yang sudah terkoyak. Bahkan sakit di punggung dan kepalanya pun tidak ada. Keyna tertawa seperti orang bodoh."Benar-benar mimpi yang terasa nyata!" gumamnya, kini Keyna menyentuh bibirnya dengan jarinya. Namun kecupan yang ia dapat dalam mimpi seolah benar-benar nyata, bahkan rasanya masih bisa ia rasakan ketika bibir dingin namun lembut itu menyentuh bibirnya."Bodohhh Key... itu hanya mimpi!!" Keyna mengacak rambutnya yang sudah acak-ac
Keyna terus menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kampus, bagaimana tidak Drey alias mahluk mengerikan bernama Dyrroth masih terus bersamanya bahkan di dalam bus. Sebisa mungkin Keyna menjaga jarak dengan mahluk aneh dan menyeramkan itu.Begitu sampai di kampus ia masih terus mengikuti Keyna kemanapun ia berada.Keyna berusaha untuk tidak memperdulikan kehadiran mahluk itu. Ia tidak peduli.Keyna lega saat mahluk itu memasuki ruang tata usaha untuk mengurus dokumen-dokumen kepindahannya.'Apa mahluk seperti itu mempunyai identitas juga heh?!' batin Keyna bingung.’Tidak,tidak jangan pedulikan itu Key’. Dengan cepat ia bergegas menuju kantin kampus untuk mencari temannya. Ia duduk di salah satu bangku kosong dan mengedarkan pandangannya. Ia harus bersama Aline agar kejadian kemarin tidak terulang lagi.Namun, ia tidak menemukan keberadaan temannya itu. Menyebalkan.Kini ia k
Perkataan Drey mengenai Xavier terus terngiang di kepala Keyna. Apa yang Keyna lewatkan dari sosok Xavier? Tidak ada. Xavier begitu sempurna di matanya, tidak cela sedikitpun."Dia tidak sesempurna itu Key." Lagi-lagi Dyrroth membaca pikiran Keyna."Diam kau iblis, kau tahu apa?!" geram Keyna sudah tak tahan lagi."Ck! Dasar manusia!" Dyrroth berdecak tak suka."Kau perlu tahu Key, iblis memang jahat, namun tak pernah menutupinya dan berbohong. Tapi manusia bisa berpura-pura baik di depan saja. Di belakang? Who knows..." seru Drey mengangkat kedua bahunya."Brengsek kau Drey!! Kembalilah ke asalmu!!" pekik Keyna yang entah dari mana ia mendapat keberanian untuk mengumpat dan membentak mahluk mengerikan seperti Drey yang sayangnya sangat tampan. Ehh...waitt lupakan bagian itu ok."Hmm, kau sudah berani rupanya, gadis kecil!!" Dyrroth menatap Keyna dengan tajam, seketika itu juga Keyna tidak bisa mengeluarkan suar
Semenjak kehadiran Dyrroth atau pun sebut saja Drey, Keyna jarang keluar dari kamarnya ketika berada di rumah. Ia berusaha untuk menjauh dari Drey, jika bisa mungkin ia akan pergi sangat jauh.Drey tidak melakukan apapun pada Keyna, tapi tatapan matanya saja sudah membuat Keyna amat sangat ketakutan, ok di luar wajah tampannya ya.Meskipun kini sudah larut malam namun Keyna tidak bisa memejamkan matanya. Di pikirannya hanya ada Dyrroth…Dyrroth…Drey…Drey…Keyna mendesah pelan. "Apa ia sudah memanipulasi pikiranku juga?"gumamnya perlahan."Argghhh, bagaimana aku bisa lepas dari mahluk itu ya Tuhan! Aku ingin hidup normal kembali," umamnya putus asa.Keyna mencoba untuk mencari pembatalan ritual tersebut, dan berencana untuk mengembalikan Drey ke asalnya. Namun saat Keyna membuka buku tersebut, alangkah terkejutnya dia saat melihat semua halaman di buku itu telah kosong. Tak ada yang bisa dibaca meskipun itu sebuah titik kecil.
Keyna terus menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kampus, bagaimana tidak Drey alias mahluk mengerikan bernama Dyrroth masih terus bersamanya bahkan di dalam bus. Sebisa mungkin Keyna menjaga jarak dengan mahluk aneh dan menyeramkan itu.Begitu sampai di kampus ia masih terus mengikuti Keyna kemanapun ia berada.Keyna berusaha untuk tidak memperdulikan kehadiran mahluk itu. Ia tidak peduli.Keyna lega saat mahluk itu memasuki ruang tata usaha untuk mengurus dokumen-dokumen kepindahannya.'Apa mahluk seperti itu mempunyai identitas juga heh?!' batin Keyna bingung.’Tidak,tidak jangan pedulikan itu Key’. Dengan cepat ia bergegas menuju kantin kampus untuk mencari temannya. Ia duduk di salah satu bangku kosong dan mengedarkan pandangannya. Ia harus bersama Aline agar kejadian kemarin tidak terulang lagi.Namun, ia tidak menemukan keberadaan temannya itu. Menyebalkan.Kini ia k
Cahaya matahari pagi membangunkan Keyna dari tidurnya. Begitu matanya terbuka ia segera menyentakkan tubuhnya untuk segera duduk."Astagaaa, mimpi yang buruk!" pekiknya begitu ia teringat dengan kejadian semalam yang ternyata hanyalah sebuahmimpi.Keyna menyentuh dadanya, yang nampak masih berdebar ketakutan seperti semalam. "Hanya mimpi Key!" Keyna berusaha menyadarkan dirinya.Kemudian ia terkekeh dan segera mengecek keadaan piyama nya yang masih utuh tidak seperti dalam mimpinya yang sudah terkoyak. Bahkan sakit di punggung dan kepalanya pun tidak ada. Keyna tertawa seperti orang bodoh."Benar-benar mimpi yang terasa nyata!" gumamnya, kini Keyna menyentuh bibirnya dengan jarinya. Namun kecupan yang ia dapat dalam mimpi seolah benar-benar nyata, bahkan rasanya masih bisa ia rasakan ketika bibir dingin namun lembut itu menyentuh bibirnya."Bodohhh Key... itu hanya mimpi!!" Keyna mengacak rambutnya yang sudah acak-ac
Keyna tak mampu bergerak, bahkan membuka mulutnya saja sangat sulit untuk dilakukan."Ya..Tu..han..ka..u siapa, bagaimana..kau bisa masukk?!" tanya Keyna terbatasusah payah dengan mulut yang seakan terkunci, ia sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.Ia takut pria tersebut rampok yang masuk ke dalam rumahnya, dan akan memperkosanya, oh...ya ampun ini gilaa…Batin Keyna berkata."Aku bukan manusia menjijikkan seperti yang ada di pikiranmu!" ucapnya datar dan dingin. Sama seperti wajahnya.Pria itu tinggi menjulang di hadapan Keyna, bahkan kini Keyna masih berdiri terpaku di tempatnya tak melangkah sedikitolpun, ia harus mendongakkan wajahnya membuat tengkuknya pegal."Ya Tuhan!!" pekik Keynadengan suara tercekat.Mata merah itu nyalang menatap Keyna. "Jangan sebut nama itu di hadapanku!!" Kini dalam suaranya terdengar amarah. Bahkan ia sedikit meng
Keyna membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Oh…ini sungguh nyamannnn," gumamnya. Bagaimana tidak ia sudah mandi untuk menyegarkan dirinya, dan kini ia bersiap untuk tidur mengistirahatkan seluruh tubuhnya dan pikirannya setelah seharian ia berada di kampus dan mengerkan tugasnya. Bukan hanya itu, ia juga harus menghadapi perundungan yang dilakukan oleh Clarissa.Ia sudah lelah karena jadwal kuliah yang padat hari ini. Ditambah tugas yang menumpuk. Oh…ini sangat menyebalkan…Belum lagi pembullyan yang dilakukan Clarissa dan teman-temannya."Bodoh, kenapa aku tak bisa melawan mereka?" lirihnya. Bukan Keyna tak berani, ia pernah mencobanya dan mereka membalasnya berlipat-lipat.Itu sungguh membuatnya tersiksa."Lebih baik aku tidur saja sekarang." Keyna kembali bergumam.Namun sesaat akan memejamkan mata Keyna teringat buku yang tadi di berikan oleh wanita pemilik toko itu. I
"Toko buku?" Arkeyna mengernyitkan keningnya. Keyna melihat sebuah toko buku yang tidak jauh dari halte. Toko buku tersebut terlihat seperti toko buku lama dan tua. Seakan sudah lama berada disana."Sejak kapan ada di sini? Perasaanakubaru lihatsekarang…" gumamnya bingung.Setiap hari ia melewati jalan ini, karena ini rute biasa yang ia lalui untuk pulang dari kampus menuju halte bis yang menuju rumahnya. Maka dari,itu ia sedikit kebingungan, karena ini kali pertamanya melihat toko buku tersebut.Hari ini ia pulang terlambat dari biasanya dan tidak bersama Aline. Karena rumah mereka memang tidak searah. Selain itu Keyna harus mencari buku di perpustakaan di kampusnya untuk referensi tugasnya.Keyna berjalan menuju toko tersebut, suatu kebetulandan seperti ada energi yang menariknya untuk masuk ke dalam toko tersebut. Selain itu,ada beberapa buku yang tidak didapatnya di perpustakaan kampus untuk tugasnya.
Sebuah istana megah tampak berdiri dengan kokoh. Pepohonan dan semak belukar tampak menghiasi istana tersebut di semua sisinya.Ada yang berbeda, semuanya tampak gelap, begitu pula dengan langit yang gelap seolah mendung yang tak berakhir. Istana itu di bangun dengan menggunakan batu hitam, begitupula pepohonan yang berwarna hitam pula.Aneh? Tentu saja tidak, karena ini bukan berada di suatu tempat di dunia ini, dunia tempat manusia berada.Tak jauh dari istana tampak sebuah sungai yang mengalir berwarna merah. Jika manusia biasa pasti akan bergidik ngeri saat melihatnya.Nampak pula dua buah patung berbentuk hewan yang mengerikan dengan tiga ekor kepala dalam satu tubuh dengan gigi yang begitu runcing dan dapat merobek apapun di depan gerbang istana tersebut. Tampak seolah sedang duduk dengan siaga menjaga istana.Mereka adalah anjing nereka yang biasa di sebut Ceberus. Iria dan Ambroz.Iria dan Ambroz bukan hanya patung biasa, merek