Share

Chapter 5

Winda melempar tatapan minta tolong pada Ratna. Wanita itu juga bingung harus bagaimana sekarang. Winda mengingat kapan terakhir dia melihat Keona memakai benda itu. Biasanya kalung itu tidak pernah lepas dari leher saudara tirinya itu. Tiba-tiba ingatannya membawa jalan keluar.

“A-aku ... waktu itu aku ada di hotel Star, tanpa sadar mungkin jatuh di sana. Aku baru sadar setelah keesokan paginya.” Winda yakin jawabnya benar. Dia sempat mendengar Keona bertanya pada bi Sum soal kalungnya, sekembalinya dia dari rencana jual diri itu.

Kekecewaan terlihat jelas di mata Kairos. Jadi benar, Winda adalah pemilik kalung itu. Tubuhnya lemas seketika, tapi dia sudah berjanji akan bertanggung jawab.

“Ini kalungmu.” Kairos menyerahkan benda berkilau itu pada Winda. Ragu awalnya, tapi Winda pada akhirnya mengambil benda itu.

“Lalu?” Winda tampaknya sudah merasa di atas awan. Entah mengapa, hatinya berkata kalau ada sesuatu yang mendesak pria itu untuk menemui pemilik kalung itu, ya, seperti rasa bersalah.

Untuk sesaat, Winda coba menelaah. Apa mungkin pria yang ada di depannya ini sudah melakukan hal buruk pada Keona hingga harus bertanggung jawab dengan menikahnya?

Oh, astaga... Mulut Winda menganga, sesuatu dalam benaknya menjadi penjelas atas teka-teki itu.

“Apa yang kau harapkan?” Kairos melempar pertanyaan balik pada Winda. Ada perasaan menyesal di hati atas niat awalnya yang ingin menikahi pemilik kalung itu. Kalau Winda mau, dia bersedia membayar berapa pun asal tidak dengan pernikahan.

“Tentu saja pernikahan, apa lagi? Jangan bilang kamu mau lari dari tanggung jawab!” seru Winda tegas. Ratna di sampingnya sontak menoleh. Berani sekali putrinya itu. Saat ini, rasa percaya diri yang ditunjukkan Winda membuatnya kagum, asal saja jangan jadi boomerang suatu hari nanti.

***

Keona mendorong daun pintu dengan pelan, tidak ingin menimbulkan suara agar tidak satu pun tahu kalau dia sudah pulang.

“Kau masih kembali ke rumah ini?” hardikan Ratna membuatnya menghentikan langkah.

“Ini rumah ibuku, tentu saja aku pulang ke sini!” Keona muak dengan sikap bossy ibu tirinya itu, memperlakukannya seperti benalu, padahal dia lah yang parasit yang yang sebenarnya.

“Minggu depan, Winda akan bertunangan, kamu urus ayahmu, buat agar tampil layaknya manusia, jangan sampai keluarga calon suami Winda membatalkan pertunangan ini hanya karena melihat sampah seperti ayahmu!”

Ratna tidak punya pilihan lain selain membawa Bram. Keluarga Mahesa memberi syarat kalau semua anggota keluarga Darmawan harus hadir.

“Tunggu!” Lagi-lagi langkah Keona terhenti. Tampaknya penyihir itu masih belum selesai dengannya.

“Aku memintamu menyiapkan ayahmu, bukan berati kau diundang. Tidak sama sekali!”

“Good! Karena aku sama sekali tidak tertarik,” sambar Keona sepenuh hati. Justru itulah yang dia harapkan.

***

“Tunggu!” teriak Keona berlari menuju pintu lift. Gawat kalau dia terlambat lagi, bonusnya akan dipotong seperti yang sudah ditegaskan Deny kemarin.

Pintu lift masih terbuka, seseorang di dalam sana menahan karena mendengar teriakannya.

“Eh, si bos rupanya. Saya belakang aja, ada yang ketinggalan di lobby,” ucap Keona begitu melihat yang ada di dalam lift itu adalah bosnya.

“Masuk!”

“Tapi, Pak,” bantah Keona tidak nyaman. Bagaimana mungkin dia hanya berdua saja di dalam lift itu.

“Kamu mau buat tangan saya patah menahan tombol ini?”

Tak mampu berdebat lagi, Keona memasrahkan nasibnya dengan melangkah ke dalam lift.

“Kenapa saya merasa kamu seperti menghindar dari saya?”

Keona menoleh ke samping sambil cengengesan. Aduh, dia harus jawab apa? Tidak mungkin jujur kalau dia tidak ingin berada di dekat pria itu karena takut ketahuan soal insiden malam panas mereka.

Mengingat malam itu, Keona jadi ingat kalungnya yang masih belum ketemu. Dia menyalahkan Kairos, tapi tidak mungkin menunjukkan rasa kesalnya.

“Itu hanya perasaan Bos saja. Lagi pula, saya hanya karyawan kecil, lebih baik jauh dari pandangan Bapak. Benar tidak, Bos?”

Kairos melotot. Matanya jatuh ke bibir Keona. Gadis cantik itu memiliki bibir menarik yang tajam. Setiap berbicara pasti menyudutkannya.

“Maksud kamu apa? Menganggap saya bos yang suka membeda-bedakan karyawan?” tantang Kairos. Entah sejak mulai kapan dia jadi suka berdebat dengan wanita. 

“Idih, si bos baper banget. Saya gak ada ngomong begitu,” bantah Keona  jadi salah tingkah. Perdebatan itu masih akan berlanjut, tapi tiba-tiba lift berhenti, dan seketika gelap.

“Eh, ini kenapa?” pekik Keona terkejut. Coba melihat sekeliling, tapi gelap. Keringat dingin mulai mengucur di kening.

“Liftnya mati. Mungkin rusak atau aliran listrik lagi bermasalah. Ini hanya sebentar,” tukas Kairos memencet tombol tapi tetap tidak berfungsi.

Tidak ada suara lagi yang terdengar dari Keona. Kairos menoleh ke belakang, mencari gadis bermulut tajam itu. Kairos mengeluarkan ponsel dan memantik cahaya dari sana. Wanita yang dicarinya sedang duduk meringkuk di sudut lift. Memejamkan mata, menghalau rasa takut yang menghantam.

“Hei, kamu baik-baik saja?”

“Aku takut sama gelap.”

Kairos menjatuhkan dirinya di samping Keona, ikut duduk dan memperhatikan gadis itu. 

“Jangan takut. Ada aku di sini.”

Gen pasti akan terbelalak tidak percaya jika ada di sana, mendengar ucapan Kairos. Pria yang terkenal dingin, dan tidak peduli dengan orang lain, dicap sebagai raja iblis kini justru bisa bersikap lembut pada seorang gadis.

5 menit berlalu, tanpa bicara, keduanya sibuk dengan isi pikiran masing-masing, hingga sekeliling terang kembali.

“Apa akan lama? Di sini panas sekali,” ujar Keona pelan. Rasa takutnya sudah hilang berkat keberadaan Kairos. Kini rasa panas yang justru membakar.

“Tidak akan lama. Mereka akan menyadari kalau lift nya mati. Tapi kau benar, di sini sangat panas.”

Mereka bangkit dan berusaha menekan kembali tombol, siapa tahu ada keajaiban, bisa menyala dan membawa mereka keluar dari sana.

Kairos membuka jasnya. Kemeja putihnya juga sudah basah oleh keringat, begitu pun dengan Keona. Dia malu dan menutupi bentuk dadanya yang menerawang dengan kedua tangan. Gerakan itu tertangkap netra Kairos, jelas menarik perhatian pria itu.

“Sial, kenapa aku harus pakai kemeja berbahan viscose ini, sih, jadi menerawang, kan!” umpat Keona dalam hatinya.

“Bos lihat apa? Jangan cabul, ya!” salak Keona semakin gugup.

“Aku tidak tertarik, dadanya terlalu kecil,” jawab Kairos berbohong, jelas dia blingsatan melihat bentuk bulat indah di depannya.

Keona melotot. Fix, dia tidak salah menyematkan predikat pria menyebalkan sebumi raya pada Kairos.

Guncangan tiba-tiba terjadi, Keona hilang keseimbangan, meraih apa saja di dekatnya, tak lain tangan Kairos dan keduanya jatuh terduduk kembali dengan tubuhnya tepat menduduki paha Kairos.

Keduanya saling berhadapan, menatap lekat satu sama lain hingga dorongan kuat muncul dari dalam diri Kairos mendekatkan bibirnya pada bibir Keona. Gadis itu terkejut, mata terbelalak, tapi sentuhan tahan lembut Kairos di rahangnya membuatnya lupa cara menolaknya.

Ciuman itu begitu lama dan juga lembut. Bola mata Keona tertutup, ikut larut dalam kenikmatan. Ini bukan ciuman pertamanya, tapi pria ini juga yang sudah memberikan ciuman pertama. Meski samar,  Keona ingat bagaimana cara Kairos menciuminya malam itu.

Trap!

Pintu lift terbuka, dan di sana sudah berdiri Gen dan dua teknisi yang memperbaiki lift. 

Kaget karena tertangkap basah, Keona sontak mendorong tubuh Kairos dan segera pergi dari sana.

***

Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu. Keona cukup beruntung karena berhasil menghindari Kairos. Gosip yang beredar, pria itu sedang sibuk mengurus acara pertunangannya. 

Ada rasa sakit di hati Keona, tapi dia segera sadar diri. Kairos tidak akan pernah jadi miliknya. Ciuman dalam lift yang mereka lakoni berdua, tidak ada artinya, terlebih bagi Kairos.

“Kau sudah pulang, segera periksa pakaian yang akan dipakai ayahmu besok!” seru Ratna yang tengah sibuk memasukkan undangan ke dalam amplop bening.

Mata Keona menangkap satu nama di sana.

“Kairos Mahesa?”

Celetukan itu menarik perhatian Ratna, mendongak pada Keona.

“Benar. Winda akan bertunangan dengan putra mahkota keluarga Mahesa!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status