Share

Chapter 4

Sumpah demi apapun, kenapa kesialan datang padanya bertubi-tubi. Dia ingin melupakan malam kelam itu, tapi kenapa justru takdir mempertemukan mereka kembali? Sialnya, Keona bahkan bekerja di kantor pria itu!

Lama Kairos mengamati, lalu hatinya tergerak untuk berjalan menghampiri.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Kairos menatap Keona dengan memicingkan sebelah mata. Dia coba berlaga dengan memorinya, apa mungkin gadis itu pernah singgah di sana.

“Ti-tidak mungkin, Pak. Saya anak baru. Hari ini pertama saya masuk kerja,” jawab Keona menekan rasa gugupnya.

Habislah dia kali ini. Bagaimana kalau Kairos mengenali dan memecatnya? Setengah mati dia berusaha masuk ke perusahaan ini, masa belum tiga bulan udah dipecat!

Keona meremas jemarinya, gugup oleh tatapan mata elang milik Kairos. Dalam hati bertanya-tanya apakah riasan yang dibuat cukup ampuh menutupi jejak merah di lehernya.

"Itu leher kamu kenapa?" tanya Kairos menyelidiki.

"Habislah aku. Apa consiler nya kurang tebal aku oles? Aduh, aku harus jawab apa?" batin Keona semakin gugup. Telapak tangannya mulai berkeringat, rasa takut yang tidak terlukiskan saat ini dia rasakan.

"Itu- maaf, Pak, digigit nyamuk. Gede banget, sampe bentol merah." Keona mulai meracu, setiap gugup dan mentok, dia akan menjawab tanpa dipikirkan dulu.

Kairos masih diam, kedua ujung alisnya bersatu, kening berkerut, tatapan melekat pada wajah Keona. Sulit untuk mempercayai perkataan gadis itu, karena perasaannya bilang, ini bukan kali pertama mereka bertemu. Belum lagi, aroma vanila dari tubuh Keona begitu khas, melekat di hidung Kairos, sama persis seperti aroma yang dia cium saat bercinta dengan gadis tanpa identitas itu.

“Maaf, Bos. Mereka bertiga ini anak magang, belum ada tiga bulan bekerja di sini. Saya minta maaf kalau ada dari mereka yang menyinggung Anda,” sambar Pak Deny memasang badan, berdiri di depan mereka.

Keona bisa bernapas lega, paling tidak tubuh Deny menghalangi pandangan Kairos yang tampak menyelidiki.

***

“Bagaimana? Apa kau sudah menemukan pemilik kalung ini?” Kairos mendongak dari berkas yang sejak tadi dia baca, begitu mendengar Gen, asistennya masuk ke ruangannya.

Pekerjaan itu bisa menunggu, tapi tidak dengan identitas pemilik kalung ini.

“Sudah, Bos. Liontin itu milik putri keluarga Bram Darmawan, pengusaha yang kini sudah jatuh bangkrut,” terang Gen, menjelaskan penelusurannya. Semua data sudah didapat hingga dia berani menghadap Kairos.

“Tunggu apa lagi? Segera datangi rumah itu!”

Dada Kairos bergemuruh, dia yakin akan bertemu dengan wanita yang sudah membuat rasa sakitnya sembuh. Traumanya hilang, bahkan kini dia bisa tidur tanpa harus dihantui mimpi buruk yang sejak dulu membelenggunya.

Ini seperti jawaban dari semua permasalahannya. Dia akan melamar gadis itu, dan hal itu akan membuat kakeknya yang terus memaksa untuk menikah akan bungkam dan berhenti mengganggunya.

“Tunggu!” Tanpa sadar Keona berteriak ketika pintu lift hampir tertutup. Dia baru selesai presentasi di ruang rapat, dan kini harus kembali ke ruangannya.

Teriakan itu membuat tangan Kairos spontan menghentikan pintu lift, dan menunggu Keona tiba.

Glek!

Keona yang setengah berlari dan tiba di depan lift langsung mengurungkan niatnya untuk masuk. Susah payah menelan salivanya hanya karena ditatap sangar oleh bosnya.

“Duluan saja, Bos. Saya bisa naik lift berikutnya,” ujar Keona coba mundur. Mana mungkin dia cari mati berada satu lift dengan pria yang ingin dia jauhi.

“Masuk!”

Suara Kairos bak letusan bom, menggelegar dan buat Keona terkejut. Dengan cepat diseretnya kakinya ke dalam lift dan berdiri di sebelah Kairos.

Gen yang ada di depan mereka hanya tersenyum geli melihat ketakutan yang muncul di wajah Keona.

Wangi parfum Keona lagi-lagi menarik Kairos mendekat seperti magnet buat pria itu ingin menyesap wangi kulit leher Keona.

“Maaf, Bapak bukan drakula, kan?” celetuk Keona spontan. Bulu kuduknya berinding hanya karena tersapu oleh embusan napas Kairos.

Gen menoleh sekilas ke belakang, memastikan yang terjadi, lalu kembali menghadap pintu lift dengan menahan senyumnya setengah mati.

“Kamu yakin, kalau kita belum pernah bertemu sebelumnya?” paksa Kairos. Dia yakin sekali kalau parfum itu sama dengan gadis yang tidur bersamanya.

“Be- belum, Pak. Kok, Bapak maksa, sih?” Keona jadi kesal. Hatinya dag-dig-dug setiap dicerca dengan pertanyaan yang sama.

“Berarti parfum kamu murahan!” bentak Kairos, tepat saat pintu lift terbuka dan kaki panjang itu melangkah keluar, meninggalkan Keona yang sudah bisa menarik napas lega.

***

“Maaf, kalian cari siapa?” tanya Ratna yang terpaksa membukakan pintu karena merasa terganggu dengan bunyi bel siang itu.

Melihat tamu asing mendatangi rumahnya, wajah Ratna ketakutan. Dia pikir pihak bank yang akan menyita rumah mereka karena suaminya masih belum bisa membayar cicilan hutang di bank. Atau bisa jadi, tamu tak diundang itu adalah suruhan Hendrawan, yang menuntut balas atas perbuatan Keona yang kabur.

“Apa benar ini kediaman Tuan Bram Darmawan?” Gen mewakili Kairos bertanya pada Ratna.

“Be-benar. Kalian siapa?”

“Aku ingin bertemu dengan pemilik kalung ini!” Kairos menjuntaikan kalung tepat di depan wajah Ratna, jelas dia mengetahui pemilik liontin itu.

Tidak bisa dipungkiri, ketakutan masih terlihat jelas di wajah Ratna, tapi begitu mengingat pemilik liontin itu, ketegangan itu sedikit berkurang.

“Apa dia ketahuan mencuri?” Tebak Ratna asal. Sepengetahuannya, anak sambungnya itu selama ini part time di sebuah restoran, bisa jadi dia mencuri barang pelanggan, lalu kabur hingga tidak sadar kalungnya terjatuh.

Perlahan senyum tipis mengembang. Ini akan jadi berita baik buat Winda. Selama ini putrinya selalu merasa jadi wanita gagal hanya jika dibandingkan dengan Keoan yang katanya jadi wanita tangguh.

“Apa Anda ibunya?” Kairos menaikkan satu alisnya. Dalam benaknya menilai tidak akan mudah punya mertua seperti Ratna. Sekali lihat saja sudah bisa ditebak kalau dia jenis wanita culas.

“Katakanlah begitu, terpaksa!” Ratna mengangkat kedua bahunya, menunjukkan kalau dia terpaksa mengakui Keona sebagai anak.

“Saya ingin menikahi putri Anda!”

Sekonyong-konyong, mimik Ratna berubah. Tidak ada lagi sikap pongah di sana. Dia menatap tajam penampilan Kairos, wajahnya tidak asing, tetapi penampilan sudah menjelaskan latar belakang Kairos.

“Kita bicara di dalam saja.” Ratna mempersilakan kedua tamunya masuk sementara dia segera pamit ke belakang.

Jantung Ratna perlu dikasih ruang. Dia ingin menenangkan diri dulu, agar peredaran darahnya lancar hingga ide-ide brilian bisa masuk dalam otaknya.

“Bu, lagi ngapain?” tepukan pelan di punggung Ratna membuat wanita terpekik kaget.

“Kamu buat ibu terkejut. Kamu mau bunuh ibu, ya?”

Rasa kesalnya ingin buat Ratna memperpanjang omelannya pada Winda, tapi melihat wajah putrinya yang sudah cantik dengan riasan di wajah, membuat satu ide cemerlang muncul dalam benaknya.

“Kamu ikut Ibu.” Ratna menarik Winda ke depan. Tidak ada waktu lagi menjelaskan, Ratna yakin dengan chemistry diantara mereka. Dengan kedipan mata, Winda akan mengerti.

“Maaf, lama menunggu. Ini putri saya Winda, pemilik kalung itu.”

Winda yang sejak melihat Kairos langsung terpana dan melongo hingga mulut menganga, kini beralih menoleh pada ibunya. Keningnya berkerut, jelas-jelas ibunya tahu itu kalung Keona, seisi rumah ini tahu itu kalung milik ibunya yang diwariskan pada Keona sebelum meninggal.

Dalam diamnya, Kairos menilai Winda. Harusnya dia senang karena sudah menemukan wanita yang dicarinya, tapi mengapa hatinya tidak gembira?

Jantungnya tidak berdebar, dan kenapa jauh dalam lubuk hati merasa asing dengan Winda? Sangat berbeda kala bertemu Keona?

Ah, lagi-lagi memikirkan gadis itu. Apa hubungannya dengan karyawan tengil dan juteknya itu?

“Win, rupanya tuan ini menemukan kalung mu. Berterima kasihlah padanya,” tukas Ratna memecah keheningan.

“Hah? Oh, iya. Terima kasih, Tuan,” jawab Winda gelagapan. Dia coba memahami alur cerita yang dirangkai sang ibu.

“Benar kamu pemilik kalung ini?” Gen coba mengintimidasi. Jangan sampai salah orang.

“I-iya.”

“Dimana kamu kehilangan benda ini?”

Winda melempar tatapan minta tolong pada Ratna. Wanita itu juga bingung harus bagaimana sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status