Share

Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku
Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku
Penulis: Charlotte Sun

Kesalahan Terbesar

Penulis: Charlotte Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tunggu saja suamimu di kamar ini, nanti dia akan datang."

Permintaan ibu mertuanya seketika membuat Helena gugup bukan main. Wanita itu berusaha untuk tetap memancarkan senyuman, namun dia tahu, bahwa telapak tangannya kini sudah basah dengan keringat.

Hari itu, adalah hari pernikahannya. Helena mendapatkan permintaan langsung dari Rebecca, mertuanya, untuk menikahi putranya. Awalnya, Helena menolak dengan keras. Siapa yang ingin menikah dengan pria yang tak bertemu dengannya sama sekali?

Namun, satu ucapan dari Rebecca membuat Helena tak bisa mengelak.

"Jika kamu menikah dengan putraku, aku akan melunasi seluruh utang yang ditinggalkan oleh orang tuamu, dan juga memindahkan kakakmu ke rumah sakit yang lebih memadai."

Tawaran itu membuat Helena berubah pikiran. Ia mengingat sosok kakak laki-lakinya yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit pasca mengalami kecelakaan hebat tempo hari. Helena tak tega melihat Arkan yang mati-matian berjuang melunasi utang keluarga mereka. Namun, sekeras apa pun usaha Helena untuk membantu, tetap saja hutang yang ditinggalkan orang tuanya seakan tak berkurang.

“Baiklah, Tan. Aku akan menikah dengan putra Tante.”

Karena persetujuan tersebut, Helena kini terduduk manis di atas sebuah ranjang yang bertabur kelopak mawar merah. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dekorasinya sungguh indah. Melihat ini semua, Helena bisa merasakan seberapa besar antusias suami barunya, dan juga keluarganya, untuk menyambut malam pertama mereka.

“Ternyata begini rasanya jadi pengantin baru.” Helena menyentuh dada yang berdegup hebat. Ia sungguh tak sabar bertemu dengan suaminya sendiri.

Pasalnya, keluarga Maverick memiliki sebuah peraturan yang unik. Siapa pun anggota keluarga yang hendak menikah, maka orang tersebut dan calonnya tidak diizinkan untuk saling bertemu selama seminggu menjelang pernikahan.

Bahkan, pesta pernikahannya hanya diadakan secara eksklusif, dan keduanya mengucap janji di latar yang berbeda, sehingga Helena pun belum mengetahui wajah suaminya sendiri.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu nan kasar terdengar sangat lantang. Segeralah Helena bangkit dan membukakan pintu tersebut. Sebelum itu, ia merapikan penampilannya terlebih dahulu dan menyunting raut wajahnya agar tampak ceria. Ia tak mau terlihat ketus di hadapan suami barunya.

Bruk!!

Begitu terkejut Helena saat ia menangkap tubuh kekar yang tiba-tiba saja hampir jatuh menimpanya.

“Mas, kamu—“

Helena gemetar saat menyadari bahwa suaminya tengah mabuk berat. Kaki wanita itu seakan menjadi lemah tak bertulang. Namun, keadaan memaksanya untuk tetap kuat.

Helena memapah dan merebahkan tubuh sang pria di atas ranjang. Entah apa yang terjadi, Helena sama sekali tidak mengerti.

“Sshh!” desis pria itu sambil memegangi kepalanya yang ngilu.

“Mas, kamu kenapa? Apa yang membuatmu seperti ini?” tanya Helena. Ia begitu khawatir dengan keadaan suaminya.

Lantunan suara lembut milik Helena berhasil membuat pria itu menoleh ke arahnya. Dalam hitungan detik mereka sempat saling bertukar pandang terlebih dahulu sebelum akhirnya sang pria menarik tubuh Helena.

“Mas, tolong lepaskan.” Helena memberontak. Tetapi tak butuh waktu lama untuk Helena kembali terdiam dan pasrah. Dirinya sadar bahwa mulai saat ini dia sudah menjadi seorang istri. Dan kewajiban utama istri adalah melayani suami sendiri. Meski suaminya sedang di bawah pengaruh alkohol sekalipun.

Lemahnya tubuh Helena membuat pria itu dengan mudah mengambil kendali dan mengurung Helena di bawah tubuhnya.

Jantung Helena berdegup tak karuan. Tangannya mencengkeram sprei dengan sedikit gemetar. Tenggorokannya terasa kering dan lidahnya menjadi kelu. Haruskah mereka melakukannya sekarang? Tidak bisakah mereka menundanya hingga Helena siap?

"Mas, aku ... eummph!!" Helena langsung terbungkam tatkala bibir tipis pria itu menyentuh bibir ranumnya. Helena bisa merasakan aliran panas menjalari tubuhnya.

Helena mencoba melarikan pandangannya dan menoleh ke samping demi menghindari ciuman tersebut. Namun, dengan gesit lelaki itu mengembalikan dirinya pada posisi semula dan menyesap habis seluruh rasa manis pada bibirnya.

Napas Helena terpogoh-pogoh saat pria tersebut melepaskan bibirnya dan sedikit memberi jarak di antara wajah mereka. Ingin sekali Helena menyedot seluruh udara di ruangan itu untuk menormalkan kembali napasnya yang sesak.

Dalam posisi tersebut, tanpa sadar Helena merenungi ketampanan pria di hadapannya. Ia benar-benar tak menyangka bahwa pria ini adalah Dion, suaminya sendiri.

Tetapi meski begitu, ada banyak pertanyaan yang menari-nari di kepala Helena. Mengapa mereka harus melakukan malam pertama dalam keadaan konyol seperti ini? Bukankah seharusnya mereka melakukannya dalam keadaan sadar satu sama lain? Lalu kenapa Dion lebih memilih untuk memabukkan diri di malam yang spesial ini?

Tiba-tiba saja sebuah sentuhan mengembalikan Helena pada kenyataan. Ia sedikit terkejut saat tangan kasar pria itu menyentuh pipinya dengan lembut dan penuh kasih. Helena semakin gugup saat tatapan mereka bertemu.

"Cantik." Pujian pria itu bercampur dengan suaranya yang dalam dan berat. Telinga Helena hampir meleleh saat mendengarnya.

Tak lama kemudian, kegugupan kembali meluap saat lelaki tersebut menurunkan tali lingerie yang menghiasi kedua pundaknya. Tak hanya itu, bibir pria itu bahkan mulai menyesap leher putih Helena, meninggalkan jejak merah, serta membuat sang wanita mendesah nikmat.

“Ah…”

Helena membiarkan pria tersebut berbuat sesukanya dan memberi akses untuk berbuat lebih jauh lagi. Dan akhirnya, malam itu pun terjadi. Mereka melakukan sesuatu yang seharusnya memang dilakukan pasangan suami-istri.

***

Kring!

Suara dering alarm tiba-tiba membangunkan Helena. Wanita itu meregangkan tangannya, mencoba mencari keberadaan suaminya.

“Mas?” panggilnya di tengah-tengah kesadarannya. Namun, wanita itu sama sekali tak menemukan suaminya.

Mengapa Dion tidak membangunkannya? Apakah Dion tahu betapa lelahnya Helena dan bermaksud memberinya kesempatan untuk terus beristirahat? Jika memang benar begitu, bukankah suaminya terkesan manis sekali?

Tapi tetap saja. Helena khawatir jika dia akan di cap sebagai wanita tidak tahu diri karena bangun kesiangan di hari pertamanya menjadi istri dan menantu di keluarga Maverick.

Meski badannya masih terasa remuk dan jalannya tertatih-tatih, sebisa mungkin Helena sampai di ruang makan tepat waktu.

Syukurlah, saat tiba di sana, semua anggota keluarga belum memulai sarapannya. Namun, sepertinya ada yang aneh. Ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Dion sedikitpun. Bukankah seharusnya pria itu sudah ada sejak tadi?

"Helena, ayo duduk. Jangan sungkan-sungkan. Bagaimanapun juga, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini." Rebecca berbicara setelah melihat ekspresi Helena yang tampak kebingungan. Ia berpikir bahwa Helena tengah malu-malu lantaran ia tidak terbiasa dengan lingkungan baru ini.

Helena terjaga dari lamunannya dan segera menatap Rebecca. "Ma, di mana Mas Dion?"

Rebecca mengernyitkan kening. "Dia tidak memberitahumu?"

"Memberitahu apa?" Helena semakin kebingungan.

"Kemarin setelah acara resepsi selesai, Dion pergi untuk menangani masalah kantor yang sedang membutuhkan perhatiannya. Dia baru akan pulang pagi ini dan berjanji untuk segera mengirimkanmu chat pribadi. Apakah dia tidak mengirim pesan apa pun?”

Kedua manik Helena membulat sempurna. Kilatan petir baru saja menyambar jiwanya dengan sangat hebat. Tubuhnya yang lemah mungkin sudah jatuh ke lantai saat ini jika ia tidak segera menahan dirinya.

Helena berharap ini semua hanyalah mimpi buruk. Namun, rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya dan bercak darah segar yang menghiasi tempat tidurnya membuat dia yakin bahwa semua ini adalah kenyataan.

Lalu, siapa pria itu? Siapa pria yang telah menghabiskan malam panjang bersamanya?

"Helena.”

“I-iya, Ma. Sepertinya aku melewatkan pesan Mas Dion. Sejak kemarin aku belum membuka ponselku sama sekali,” kata Helena jujur.

Dengan gemetar, tangan lentik itu meraih sebuah kursi dan menempatinya. Pikirin Helena menjadi kosong dalam sekejap. Tak ada sedikitpun tenaga dalam dirinya untuk menyentuh santapan yang ada di hadapannya.

"Pagi, Ma, Pa." Suara bariton yang khas menyapa telinga Helena dengan sejuk. Dia ingat sekali suara itu. Dengan keberanian penuh Helena mengangkat kepala dan melihat sosok yang baru saja datang.

Dan benar saja, dia adalah pria yang telah menghabiskan malam indah bersama dengannya.

"Helena, perkenalkan. Ini Willson, kakak kandungnya Dion."

Bab terkait

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Pria yang Berbeda

    "Ka-kakak?" Helena tergagap. Namun, Rebecca justru membalasnya dengan anggukan penuh antusias sambil memasang senyuman lebarnya.Helena menelan saliva dengan berat sebelum ia melihat kembali ke arah Willson. Begitu terkejut dirinya saat menyadari bahwa sejak tadi Willson tengah memperhatikannya. Pria tersebut melirik dengan sorot yang cukup tajam. Tapi, ekspresinya tetap datar. Helena tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran pria itu saat ini. Belum selesai Helena berperang dengan keterkejutannya, tiba-tiba saja sebuah kejutan lain datang."Dion." Titah Rebecca saat ia menatap sosok di belakang Helena yang baru saja tiba.Dengan ragu-ragu Helena menoleh dan mendapati pria yang belum pernah dilihatnya. Inikah Dion, pria yang berstatus sebagai suami sahnya? Pria yang seharusnya bersamanya tadi malam? Dada Helena semakin sesak. Sepertinya ada sesuatu yang mengunci tubuhnya karena ia tak dapat bergerak sedikitpun. Ingin sekali Helena menenggelamkan dirinya ke inti bumi daripada h

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesepakatan

    “Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” seru Willson. “B-bicara? Denganku?” “Ya.”Berhubung kantor Willson searah dengan lokasi pemotretan Helena, jadi pria itu mengajak Helena untuk berangkat bersama tanpa sepengetahuan siapa pun. Tentu saja Helena merasa keberatan dan ingin menolak. Tapi mengetahui bahwa Willson ingin membicarakan sesuatu dengannya, pada akhirnya Helena menerima ajakan tersebut.Keheningan menyelimuti Helena dan Willson. Meskipun mereka sedang bersama, namun suasananya hampa seakan mereka sedang tidak bersama siapa-siapa. Merasa sedikit gugup saat berdekatan dengan Willson, sebisa mungkin Helena memberikan jarak cukup jauh di antara mereka. “Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Mengapa sejak tadi hanya diam saja? Apakah ini ada kaitannya dengan kejadian semalam? Tapi kenapa dia terlihat tenang sekali? Atau jangan-jangan dia sudah melupakannya dan ingin membicarakan tentang hal lain?” batin Helena dengan segala pertanyaannya.Namun, sayangnya itu semua ti

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekerasan dalam Rumah Tangga

    “Kau sudah menjadi istriku, Helena. Sudah kewajibanmu untuk melayaniku.” Ucap Dion, jemarinya mulai menyentuh dan meraba kulit halus Helena. Seketika, tubuh Helena semakin merinding. Dia tidak menginginkan ini. Tubuh wanita itu membeku, seakan tak memiliki tenaga untuk berteriak. Puas dengan sentuhan tersebut, Dion menatap bibir ranum Helena. Tampak sangat manis dan menggiurkan. Wajah istrinya yang terlihat ketakutan, justru semakin membangunkan gairahnya. ”Mas, tolong berikan aku waktu. Aku mohon,” gumam Helena yang mulai terisak. Dia pikir permohonannya akan membuat Dion luluh. Namun, justru hal itu membuat suaminya semakin penasaran dan ingin segera mencicipinya.”Aku bukan orang penyabar yang mau menunggu keputusan orang lain, Helena.” Kali ini Dion tampak lebih serius. Setelah berkata demikian, dia langsung mencengkeram pipi Helena dan menempelkan bibir mereka dengan paksa.Helena memberontak. Dia ingin berteriak sekeras mungkin tapi bibir Dion membungkamnya. Semakin Hele

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Menantikan Masa Lalu

    “Apa yang terjadi padamu?”Helena tertegun. Ia baru paham kalau ternyata Willson menyadari luka buatan Dion di lehernya. Secepat kilat Helena menutupi luka segar tersebut.“Katakan padaku, apa yang terjadi denganmu?”“Aku ... aku tidak kenapa-napa. Ini hanya luka kecil saja.”“Sekali lagi aku tanya. Apa yang terjadi padamu, Helena?!” Willson mulai tegas. Dan ya, ketegasan pria itu membuat Helena gemetar. Ini adalah kali pertamanya ia mendengar Willson berbicara dengan lantang.“Jangan bilang kalau ini ulahnya Dion,” tambah Willson dengan intonasi yang kembali rendah.Helena menggeleng cepat. “Tentu saja bukan. Kemarin aku jatuh dan—““Kamu jatuh dan menyebabkan luka di leher? Jangan konyol, Hel. Kamu tidak bisa membohongiku.”“Aku tidak bohong, Kak.”Willson semakin penasaran. Ia membuka paksa cardigan yang dipakai Helena dan mendapati beberapa luka serta lebam lainnya. “Sekarang kamu masih mau bilang bahwa kamu terjatuh?” Helena mengaku kalah. Dia tak bisa mengelak lagi.

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tindakan Willson

    "Will, siapa yang sakit?" Rebecca mengernyit."Tidak ada." Respon singkat Willson membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain."Lalu untuk apa kamu memanggil dokter ke sini kalau tidak ada yang sakit?""Sekedar memeriksa kondisi kesehatan kita semua," jawabnya santai. Sekilas ia melirik ke arah Dion, merasa geli dengan wajah gugup adiknya tersebut."Jangan ngaco, Will. Kita semua baik-baik saja," sambar Manda."Ya, Bibi benar. Kita memang baik-baik saja. Tapi mungkin tidak dengan yang lain. Aku ingin semua orang di rumah ini diperiksa kesehatannya. Termasuk para pelayan dan sopir sekalipun. Minimal kita harus memastikan bahwa semua penghuni di sini dalam keadaan sehat."Bagi mereka, keputusan Willson terdengar tidak masuk akal. Untuk apa ia repot-repot melakukan hal itu hanya demi mengetahui kondisi kesehatan orang lain? Apalagi ini adalah kali pertamanya Willson melakukan hal bodoh tersebut. Selama ini dia selalu bersikap acuh dan tak peduli dengan kondisi siapapun."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hubungan

    “Tidak. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.” Helena dengan lantang membalasnya. Dia panik sehingga tidak bisa memikirkan jawaban lain selain yang dilontarkan.Melihat raut wajah Helena yang gugup seperti itu, Dion memicingkan mata. “Kau yakin?” tanyanya.Helena mengangguk tegas, namun bibirnya terasa kaku. Ia tak bisa berkata saat menjawabnya. Tak diduga, Dion malah tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakan oleh pria itu, Helena sama sekali tidak mengetahuinya. Yang dia tahu hanyalah dirinya yang sedang berada di ujung jurang.“Tapi sepertinya sikap Willson berkata lain.”“Ma-maaf, Mas. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan,” titah Helena.Dion mendekat, memotong jarak di antara mereka. Dengan santai pria itu mengambil sedikit rambut Helena dan memainkan dengan jari-jemarinya. Selama sepersekian detik, jantung Helena rasanya seperti berhenti. Dia merasa sesak dan kesulitan untuk bernapas.“Bukankah Willson tampak sangat peduli padamu, hm?”“Peduli bagaimana, Ma

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

Bab terbaru

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Menjadi Gila

    "Will berangkat duluan." Tanpa basa-basi, Willson langsung bangkit. Meninggalkan sarapannya yang belum selesai dan meninggalkan Rebecca yang hendak bicara serius dengannya.Rebecca berdecak lidah. Dia tahu Willson sengaja menghindarinya. Apalagi dirinya sangat yakin bahwa Willson mengerti apa yang ingin dia bahas. Seketika suasana menjadi lebih hening dan canggung setelah menyaksikan Rebecca dicampakkan oleh putranya sendiri. Carlos yang teringat akan sesuatu, mengatakan pada Rebecca bahwa hari ini mereka memiliki jadwal pertemuan dengan kerabat jauh yang sudah lama tak bertemu. Mendengar itu, Rebecca memaksakan senyumnya. Dia masih sedikit kecewa dengan perlakuan Willson beberapa saat lalu."Ayo," kata Dion saat bangkit dari kursi sambil menyapu bibirnya dengan tisu."Ke mana?" Helena menatap bingung."Hari ini kamu ada pemotretan di Gedung X dekat kantorku, 'kan?"Helena tak langsung menjawab. Dia menoleh menatap Rebecca, dan wanita paruh baya itu tiba-tiba mengangguk lembut. Tern

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hadiah

    "Dia mabuk lagi?"Helena mengerutkan kening. Ia memandangi Willson yang tengah berjalan keluar dari mobil dengan sempoyongan. Pria itu seperti kesulitan mengimbangi langkahnya. Namun, tak lama kemudian salah satu penjaga rumah datang dan membantunya.Willson terlihat menolak. Ia menyuruh penjaga itu untuk menjauh. Tetapi setelah berusaha berjalan sendiri, dia malah kehilangan keseimbangannya. Syukurlah penjaga tersebut sudah lebih dulu menahannya.Helena bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana pria itu membawa mobilnya dalam keadaan mabuk berat. Tapi di balik perasaan aneh tersebut, Helena merasa sedikit khawatir. Dirinya takut jika Willson terus-terusan seperti ini, maka pria itu bisa saja mengalami sesuatu yang tidak diinginkan saat berkendara. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja, 'kan? Jika bukan sekarang, mungkin nanti."Helena, ambilkan aku minum."Seketika Helena tersadar dari lamunannya. Ia masuk kembali ke dalam kamar dan menyaksikan Dion yang terbangun karena teng

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kedamaian

    "Sungguh? Kamu akan melakukan itu pada kakakmu?"Netra Monica membinar sempurna mengetahui rencana yang Dion buat untuk Willson. Meski Monica tidak terlalu membenci Willson, tapi dia tak rela jika mengetahui bahwa posisi Willson berada jauh di atas kekasihnya. Dia ingin Dion-lah yang terbaik dalam segala hal. Karena apa pun yang menjadi milik Dion, akan menjadi miliknya juga."Tentu saja." Dion menjawab dengan penuh percaya diri. Dia meyakinkan Monica bahwa rencananya kali ini pasti akan berhasil dan membuahkan hasil yang luar biasa.***Willson menatap hamparan danau yang airnya begitu tenang. Udara hari ini terbilang cukup sejuk. Angin lembut yang melintas membuat rambut Willson bergerak indah dan bebas. Kicauan burung pun turut memeriahkan suasana damai tersebut.Willson bersandar pada pagar besi di pinggir danau. Tak peduli apakah lengan kemejanya akan kotor atau tidak, dia terlalu sibuk memandangi gedung-gedung perkotaan yang berada jauh di seberang sana. Willson senang lantaran t

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Amarah

    "Aku punya tugas baru lagi untukmu."Dion tersenyum miring saat berkata demikian. Salah satu tangannya memegang ponsel, sementara yang satu lainnya tanpa sadar memainkan pulpen dengan jari-jemarinya yang tegas."Tidak. Saat ini aku sedang tidak bisa keluar. Kita ketemuan besok di kafe untuk membicarakannya. Aku akan mengirimkan alamat kafenya padamu.""Tenang saja. Semua sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu melakukannya dengan benar. Untuk imbalan, aku juga sudah menyiapkannya."Di saat yang bersamaan, ketukan pintu terdengar. Dion menoleh dan mendapati seorang wanita cantik masuk dengan membawa senyuman terbaiknya. Dion membalas senyuman Monica. Sekilas, dia memindai penampilan seksi Monica yang mengenakan pakaian super ketat. Ia mengamati setiap lekukannya tanpa celah. Mulai dari atas ke bawah, dan sebaliknya. Kalau saja Rania tidak kembali angkat bicara, mungkin saat ini Dion masih belum kembali pada dunia nyata dan larut dalam fantasi liarnya."Baiklah. Kita lanjutkan lagi nanti."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekecewaan

    "Kamu sakit?"Mia tidak henti-henti menanyakan hal yang sama pada Helena. Sahabatnya itu menggelengkan kepala, memberikan jawaban yang sama pula.Helena mengatakan bahwa dia tidak sakit sama sekali. Dan setelah Mia memeriksa suhu tubuhnya, memang terkesan normal dan tidak panas. Namun, anehnya wajah Helena tampak sangat pucat seperti orang kelelahan.Helena hanya bisa meyakinkan Mia bahwa dia baik-baik saja. Tidak mungkin dia menceritakan tentang kegilaan Dion semalam yang menyuruhnya bermain hingga pagi. Selain Mia yang tidak mengenal Dion, sahabatnya itu juga belum tahu kalau dirinya sudah menikah. Jadi tidak ada gunanya menceritakan hal-hal buruk tentang Dion padanya."Coba cek dulu. Takutnya ada yang hilang." Mia menunjuk dompet di tangan Helena dengan gerakan dagunya.Setelah memeriksa keseluruhan isi dompet tersebut, Helena tersenyum tipis."Tidak ada yang hilang, kok. Semuanya masih lengkap.""Huh, syukurlah." Mia berucap sebelum meminum jus mangga miliknya."Ngomong-ngomong, k

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tidak Normal

    "Sstt ... Mas."Helena berusaha mengeluarkan tangan Dion dari dalam piyamanya. Namun, justru Dion semakin meliarkan gerakan jarinya. Membuat Helena meringis menahan geli dan rasa takut sekaligus.Perlakuannya yang kasar dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya saat berhubungan, membuat Helena merasa seolah ia tidak sedang memuaskan suaminya sendiri melainkan binatang buas.Helena seringkali menangis di pelukan pria itu. Ia memohon agar Dion memperlakukan dia dengan semestinya. Helena ingin hubungan suami-istri yang terjadi di antara mereka dilakukan dengan cara yang baik-baik. Bukan dengan pemaksaan dan kekasaran seperti ini. Tapi seperti biasa, Dion tak pernah mengindahkan keinginannya tersebut. "Eumph!!" Dion menahan bibir Helena dengan bibirnya. Lelaki itu memberikan ciuman yang semakin dalam seakan sedang mencari sesuatu yang sejak tadi ia tahan. "Kamu berani pergi terlalu lama dan membiarkanku menunggu hingga larut. Jadi sekarang persiapkan dirimu sampai pagi. Mengerti?"

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dalam Kegelapan

    “Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

DMCA.com Protection Status