Share

Tindakan Willson

Penulis: Charlotte Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Will, siapa yang sakit?" Rebecca mengernyit.

"Tidak ada." Respon singkat Willson membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain.

"Lalu untuk apa kamu memanggil dokter ke sini kalau tidak ada yang sakit?"

"Sekedar memeriksa kondisi kesehatan kita semua," jawabnya santai. Sekilas ia melirik ke arah Dion, merasa geli dengan wajah gugup adiknya tersebut.

"Jangan ngaco, Will. Kita semua baik-baik saja," sambar Manda.

"Ya, Bibi benar. Kita memang baik-baik saja. Tapi mungkin tidak dengan yang lain. Aku ingin semua orang di rumah ini diperiksa kesehatannya. Termasuk para pelayan dan sopir sekalipun. Minimal kita harus memastikan bahwa semua penghuni di sini dalam keadaan sehat."

Bagi mereka, keputusan Willson terdengar tidak masuk akal. Untuk apa ia repot-repot melakukan hal itu hanya demi mengetahui kondisi kesehatan orang lain? Apalagi ini adalah kali pertamanya Willson melakukan hal bodoh tersebut. Selama ini dia selalu bersikap acuh dan tak peduli dengan kondisi siapapun.

"Dok, tolong segera dimulai pemeriksaannya."

"Baik, Tuan."

Helena menjadi panik. Tangannya mulai terasa dingin dan tubuhnya seakan membeku. Pikirannya kosong, tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan mendesak seperti ini.

Begitupun juga dengan Dion. Lelaki itu khawatir jika dokter akan memeriksa tubuh Helena dan menemukan banyak bekas luka yang disebabkan oleh perbuatan kejinya.

Dengan gerakan kepala nan ringan, Dion memberi kode pada Helena agar segera pergi meninggalkan ruangan. Ia tak mau dokter mengecek tubuh wanita tersebut. Jika hal itu sampai terjadi, maka sudah dipastikan citranya sebagai suami akan menjadi buruk di hadapan kedua orang tuanya.

"Maaf, sepertinya aku melupakan sesuatu. Ada hal penting yang harus aku kerjakan sekarang. Kalau begitu, aku pamit dulu," ujar Helena sebelum membungkuk sebagai bentuk penghormatan. Ia menundukkan pandangan, tak berani membalas banyaknya sorot mata yang tertuju padanya.

"Tidak bisakah menundanya sebentar?" tanya Willson. Tatapan pria itu terlihat sangat mengintimidasi.

"Ti-tidak bisa, Kak. Ini harus diselesaikan tepat waktu."

"Baiklah. Dok, kalau begitu tolong periksa dia terlebih dahulu. Yang lain akan menyusul setelahnya."

Netra Helena dan Dion membelalak. Mereka saling melemparkan pandangan. Memiliki tingkat kegugupan yang sama, sepasang suami-istri itu seolah dapat merasakan detak jantung satu sama lain.

Sesuai perintah Willson, dokter memandu Helena untuk segera duduk di sofa. Baru saja sang dokter membuka sweater yang dipakai oleh Helena, dirinya sudah mendapati beberapa bekas luka yang tampak memudar.

"Ya ampun, sayang. Apa yang terjadi denganmu?" Rebecca terkejut bukan main. Bahkan dokter yang hendak bertanya lebih dulu pun sudah kalah cepat dengan Rebecca.

"I-ini ...." Helena kehabisan kata-kata. Ia menatap Dion seakan meminta bantuan pada suaminya. Helena takut jika dirinya salah bicara, maka Dion akan semakin menghukumnya.

"Ah, itu. Beberapa waktu lalu Helena habis bertengkar dengan teman-temannya, Ma. Dia sampai mendapatkan kekerasan fisik dari mereka. Untung saja Helena cerita padaku dan aku langsung mengamankan wanita-wanita sialan itu," jelas Dion.

Bagi semua orang, penjelasan Dion yang seolah-olah perhatian pada Helena terdengar sangat mengagumkan. Tapi tidak dengan Willson. Dia justru semakin merasa jijik dengan adiknya tersebut. Menurut Willson, Dion terlihat seperti orang bodoh saat mengatakannya.

"Astaga, sayang. Pantas saja akhir-akhir ini kamu selalu memakai pakaian tertutup. Bahkan kamu juga cuti dari beberapa pemotretan dan tawaran iklan. Seharusnya kamu cerita pada Mama juga," seru Rebecca sambil memperhatikan beberapa bekas luka dan lebam dengan perasaan ngilu.

Helena tersipu malu. Wajahnya nan manis kian memerah layaknya kepiting rebus. Sungguh dia merasa tersentuh dengan kasih sayang Rebecca. Tapi di sisi lain, dia juga merasa tidak enak hati karena telah membohonginya.

Namun, Helena tak punya pilihan lain selain merahasiakan semua yang terjadi. Dion mengancam bahwa jika Helena menyebarluaskan kebenaran di antara mereka, maka Dion akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan Arkan. Tentu saja Helena tidak mau kakak kandungnya itu menanggung penderitaannya.

"Kau tahu istrimu sedang sakit dan membutuhkan perhatian penuh, tapi kenapa akhir-akhir ini kau malah kelayapan tidak jelas?" tanya Willson dingin.

"Eumm, ya. Untuk itu aku mengaku salah. Seharusnya aku meluangkan waktu untuk menemani istriku di rumah." Dion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sungguh ingin sekali Dion menghabisi Willson saat itu juga. Karena ide konyol Willson yang memanggil dokter ke rumah, dirinya hampir saja ketahuan. Dion heran sejak kapan Willson mulai mengurusi kehidupan orang lain? Padahal pria itu terkenal jauh lebih cuek dari dirinya.

"Baiklah. Kalau begitu segera lanjutkan pemeriksaannya, Dok," perintah Willson.

Sebelum drama siang itu berakhir, Willson berpesan di hadapan semua orang agar Helena tidak memakai pakaian yang terlalu tertutup lagi. Karena jika ada yang berani menyakiti fisiknya kembali, maka semua orang bisa tahu.

Seruan Willson tersebut membuat Dion tak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya kesal karena mulai sekarang dia tidak bisa lagi menyiksa Helena sebebas sebelumnya.

"Dasar brengsek!" teriak Dion dalam hati yang tentu saja ditujukan pada sang kakak.

***

Helena terlihat sedang fokus membersihkan sepatu kulitnya Dion. Padahal selama ini Dion selalu menyuruh pelayan atau orang lain yang melakukannya. Tapi semenjak menikah dengan Helena, semua tugas itu berpindah ke tangan wanita cantik tersebut.

Dion pernah mengatakan bahwa jika seluruh dunia menganggap Helena sebagai seorang model nan cantik, maka dia tetap menganggap Helena tak lebih dari seorang pembantu dan wanita pembawa sial.

Sejak tadi Helena berusaha menenangkan diri lantaran Dion terus memperhatikannya. Dia tidak mengerti apa yang ada di pikiran pria itu. Apakah suaminya masih marah karena kejadian tadi siang? Tapi, Helena tidak yakin akan hal tersebut. Apalagi setelah melihat ekspresi Dion yang benar-benar datar.

"Helena."

"Ya, Mas?" jawabnya lembut.

"Katakan, ada hubungan apa kamu dengan Willson?"

Bab terkait

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hubungan

    “Tidak. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.” Helena dengan lantang membalasnya. Dia panik sehingga tidak bisa memikirkan jawaban lain selain yang dilontarkan.Melihat raut wajah Helena yang gugup seperti itu, Dion memicingkan mata. “Kau yakin?” tanyanya.Helena mengangguk tegas, namun bibirnya terasa kaku. Ia tak bisa berkata saat menjawabnya. Tak diduga, Dion malah tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakan oleh pria itu, Helena sama sekali tidak mengetahuinya. Yang dia tahu hanyalah dirinya yang sedang berada di ujung jurang.“Tapi sepertinya sikap Willson berkata lain.”“Ma-maaf, Mas. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan,” titah Helena.Dion mendekat, memotong jarak di antara mereka. Dengan santai pria itu mengambil sedikit rambut Helena dan memainkan dengan jari-jemarinya. Selama sepersekian detik, jantung Helena rasanya seperti berhenti. Dia merasa sesak dan kesulitan untuk bernapas.“Bukankah Willson tampak sangat peduli padamu, hm?”“Peduli bagaimana, Ma

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dalam Kegelapan

    “Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tidak Normal

    "Sstt ... Mas."Helena berusaha mengeluarkan tangan Dion dari dalam piyamanya. Namun, justru Dion semakin meliarkan gerakan jarinya. Membuat Helena meringis menahan geli dan rasa takut sekaligus.Perlakuannya yang kasar dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya saat berhubungan, membuat Helena merasa seolah ia tidak sedang memuaskan suaminya sendiri melainkan binatang buas.Helena seringkali menangis di pelukan pria itu. Ia memohon agar Dion memperlakukan dia dengan semestinya. Helena ingin hubungan suami-istri yang terjadi di antara mereka dilakukan dengan cara yang baik-baik. Bukan dengan pemaksaan dan kekasaran seperti ini. Tapi seperti biasa, Dion tak pernah mengindahkan keinginannya tersebut. "Eumph!!" Dion menahan bibir Helena dengan bibirnya. Lelaki itu memberikan ciuman yang semakin dalam seakan sedang mencari sesuatu yang sejak tadi ia tahan. "Kamu berani pergi terlalu lama dan membiarkanku menunggu hingga larut. Jadi sekarang persiapkan dirimu sampai pagi. Mengerti?"

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekecewaan

    "Kamu sakit?"Mia tidak henti-henti menanyakan hal yang sama pada Helena. Sahabatnya itu menggelengkan kepala, memberikan jawaban yang sama pula.Helena mengatakan bahwa dia tidak sakit sama sekali. Dan setelah Mia memeriksa suhu tubuhnya, memang terkesan normal dan tidak panas. Namun, anehnya wajah Helena tampak sangat pucat seperti orang kelelahan.Helena hanya bisa meyakinkan Mia bahwa dia baik-baik saja. Tidak mungkin dia menceritakan tentang kegilaan Dion semalam yang menyuruhnya bermain hingga pagi. Selain Mia yang tidak mengenal Dion, sahabatnya itu juga belum tahu kalau dirinya sudah menikah. Jadi tidak ada gunanya menceritakan hal-hal buruk tentang Dion padanya."Coba cek dulu. Takutnya ada yang hilang." Mia menunjuk dompet di tangan Helena dengan gerakan dagunya.Setelah memeriksa keseluruhan isi dompet tersebut, Helena tersenyum tipis."Tidak ada yang hilang, kok. Semuanya masih lengkap.""Huh, syukurlah." Mia berucap sebelum meminum jus mangga miliknya."Ngomong-ngomong, k

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Amarah

    "Aku punya tugas baru lagi untukmu."Dion tersenyum miring saat berkata demikian. Salah satu tangannya memegang ponsel, sementara yang satu lainnya tanpa sadar memainkan pulpen dengan jari-jemarinya yang tegas."Tidak. Saat ini aku sedang tidak bisa keluar. Kita ketemuan besok di kafe untuk membicarakannya. Aku akan mengirimkan alamat kafenya padamu.""Tenang saja. Semua sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu melakukannya dengan benar. Untuk imbalan, aku juga sudah menyiapkannya."Di saat yang bersamaan, ketukan pintu terdengar. Dion menoleh dan mendapati seorang wanita cantik masuk dengan membawa senyuman terbaiknya. Dion membalas senyuman Monica. Sekilas, dia memindai penampilan seksi Monica yang mengenakan pakaian super ketat. Ia mengamati setiap lekukannya tanpa celah. Mulai dari atas ke bawah, dan sebaliknya. Kalau saja Rania tidak kembali angkat bicara, mungkin saat ini Dion masih belum kembali pada dunia nyata dan larut dalam fantasi liarnya."Baiklah. Kita lanjutkan lagi nanti."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kedamaian

    "Sungguh? Kamu akan melakukan itu pada kakakmu?"Netra Monica membinar sempurna mengetahui rencana yang Dion buat untuk Willson. Meski Monica tidak terlalu membenci Willson, tapi dia tak rela jika mengetahui bahwa posisi Willson berada jauh di atas kekasihnya. Dia ingin Dion-lah yang terbaik dalam segala hal. Karena apa pun yang menjadi milik Dion, akan menjadi miliknya juga."Tentu saja." Dion menjawab dengan penuh percaya diri. Dia meyakinkan Monica bahwa rencananya kali ini pasti akan berhasil dan membuahkan hasil yang luar biasa.***Willson menatap hamparan danau yang airnya begitu tenang. Udara hari ini terbilang cukup sejuk. Angin lembut yang melintas membuat rambut Willson bergerak indah dan bebas. Kicauan burung pun turut memeriahkan suasana damai tersebut.Willson bersandar pada pagar besi di pinggir danau. Tak peduli apakah lengan kemejanya akan kotor atau tidak, dia terlalu sibuk memandangi gedung-gedung perkotaan yang berada jauh di seberang sana. Willson senang lantaran t

Bab terbaru

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Menjadi Gila

    "Will berangkat duluan." Tanpa basa-basi, Willson langsung bangkit. Meninggalkan sarapannya yang belum selesai dan meninggalkan Rebecca yang hendak bicara serius dengannya.Rebecca berdecak lidah. Dia tahu Willson sengaja menghindarinya. Apalagi dirinya sangat yakin bahwa Willson mengerti apa yang ingin dia bahas. Seketika suasana menjadi lebih hening dan canggung setelah menyaksikan Rebecca dicampakkan oleh putranya sendiri. Carlos yang teringat akan sesuatu, mengatakan pada Rebecca bahwa hari ini mereka memiliki jadwal pertemuan dengan kerabat jauh yang sudah lama tak bertemu. Mendengar itu, Rebecca memaksakan senyumnya. Dia masih sedikit kecewa dengan perlakuan Willson beberapa saat lalu."Ayo," kata Dion saat bangkit dari kursi sambil menyapu bibirnya dengan tisu."Ke mana?" Helena menatap bingung."Hari ini kamu ada pemotretan di Gedung X dekat kantorku, 'kan?"Helena tak langsung menjawab. Dia menoleh menatap Rebecca, dan wanita paruh baya itu tiba-tiba mengangguk lembut. Tern

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hadiah

    "Dia mabuk lagi?"Helena mengerutkan kening. Ia memandangi Willson yang tengah berjalan keluar dari mobil dengan sempoyongan. Pria itu seperti kesulitan mengimbangi langkahnya. Namun, tak lama kemudian salah satu penjaga rumah datang dan membantunya.Willson terlihat menolak. Ia menyuruh penjaga itu untuk menjauh. Tetapi setelah berusaha berjalan sendiri, dia malah kehilangan keseimbangannya. Syukurlah penjaga tersebut sudah lebih dulu menahannya.Helena bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana pria itu membawa mobilnya dalam keadaan mabuk berat. Tapi di balik perasaan aneh tersebut, Helena merasa sedikit khawatir. Dirinya takut jika Willson terus-terusan seperti ini, maka pria itu bisa saja mengalami sesuatu yang tidak diinginkan saat berkendara. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja, 'kan? Jika bukan sekarang, mungkin nanti."Helena, ambilkan aku minum."Seketika Helena tersadar dari lamunannya. Ia masuk kembali ke dalam kamar dan menyaksikan Dion yang terbangun karena teng

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kedamaian

    "Sungguh? Kamu akan melakukan itu pada kakakmu?"Netra Monica membinar sempurna mengetahui rencana yang Dion buat untuk Willson. Meski Monica tidak terlalu membenci Willson, tapi dia tak rela jika mengetahui bahwa posisi Willson berada jauh di atas kekasihnya. Dia ingin Dion-lah yang terbaik dalam segala hal. Karena apa pun yang menjadi milik Dion, akan menjadi miliknya juga."Tentu saja." Dion menjawab dengan penuh percaya diri. Dia meyakinkan Monica bahwa rencananya kali ini pasti akan berhasil dan membuahkan hasil yang luar biasa.***Willson menatap hamparan danau yang airnya begitu tenang. Udara hari ini terbilang cukup sejuk. Angin lembut yang melintas membuat rambut Willson bergerak indah dan bebas. Kicauan burung pun turut memeriahkan suasana damai tersebut.Willson bersandar pada pagar besi di pinggir danau. Tak peduli apakah lengan kemejanya akan kotor atau tidak, dia terlalu sibuk memandangi gedung-gedung perkotaan yang berada jauh di seberang sana. Willson senang lantaran t

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Amarah

    "Aku punya tugas baru lagi untukmu."Dion tersenyum miring saat berkata demikian. Salah satu tangannya memegang ponsel, sementara yang satu lainnya tanpa sadar memainkan pulpen dengan jari-jemarinya yang tegas."Tidak. Saat ini aku sedang tidak bisa keluar. Kita ketemuan besok di kafe untuk membicarakannya. Aku akan mengirimkan alamat kafenya padamu.""Tenang saja. Semua sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu melakukannya dengan benar. Untuk imbalan, aku juga sudah menyiapkannya."Di saat yang bersamaan, ketukan pintu terdengar. Dion menoleh dan mendapati seorang wanita cantik masuk dengan membawa senyuman terbaiknya. Dion membalas senyuman Monica. Sekilas, dia memindai penampilan seksi Monica yang mengenakan pakaian super ketat. Ia mengamati setiap lekukannya tanpa celah. Mulai dari atas ke bawah, dan sebaliknya. Kalau saja Rania tidak kembali angkat bicara, mungkin saat ini Dion masih belum kembali pada dunia nyata dan larut dalam fantasi liarnya."Baiklah. Kita lanjutkan lagi nanti."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekecewaan

    "Kamu sakit?"Mia tidak henti-henti menanyakan hal yang sama pada Helena. Sahabatnya itu menggelengkan kepala, memberikan jawaban yang sama pula.Helena mengatakan bahwa dia tidak sakit sama sekali. Dan setelah Mia memeriksa suhu tubuhnya, memang terkesan normal dan tidak panas. Namun, anehnya wajah Helena tampak sangat pucat seperti orang kelelahan.Helena hanya bisa meyakinkan Mia bahwa dia baik-baik saja. Tidak mungkin dia menceritakan tentang kegilaan Dion semalam yang menyuruhnya bermain hingga pagi. Selain Mia yang tidak mengenal Dion, sahabatnya itu juga belum tahu kalau dirinya sudah menikah. Jadi tidak ada gunanya menceritakan hal-hal buruk tentang Dion padanya."Coba cek dulu. Takutnya ada yang hilang." Mia menunjuk dompet di tangan Helena dengan gerakan dagunya.Setelah memeriksa keseluruhan isi dompet tersebut, Helena tersenyum tipis."Tidak ada yang hilang, kok. Semuanya masih lengkap.""Huh, syukurlah." Mia berucap sebelum meminum jus mangga miliknya."Ngomong-ngomong, k

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tidak Normal

    "Sstt ... Mas."Helena berusaha mengeluarkan tangan Dion dari dalam piyamanya. Namun, justru Dion semakin meliarkan gerakan jarinya. Membuat Helena meringis menahan geli dan rasa takut sekaligus.Perlakuannya yang kasar dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya saat berhubungan, membuat Helena merasa seolah ia tidak sedang memuaskan suaminya sendiri melainkan binatang buas.Helena seringkali menangis di pelukan pria itu. Ia memohon agar Dion memperlakukan dia dengan semestinya. Helena ingin hubungan suami-istri yang terjadi di antara mereka dilakukan dengan cara yang baik-baik. Bukan dengan pemaksaan dan kekasaran seperti ini. Tapi seperti biasa, Dion tak pernah mengindahkan keinginannya tersebut. "Eumph!!" Dion menahan bibir Helena dengan bibirnya. Lelaki itu memberikan ciuman yang semakin dalam seakan sedang mencari sesuatu yang sejak tadi ia tahan. "Kamu berani pergi terlalu lama dan membiarkanku menunggu hingga larut. Jadi sekarang persiapkan dirimu sampai pagi. Mengerti?"

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dalam Kegelapan

    “Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

DMCA.com Protection Status