Share

Kesepakatan

Author: Charlotte Sun
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” seru Willson.

“B-bicara? Denganku?”

“Ya.”

Berhubung kantor Willson searah dengan lokasi pemotretan Helena, jadi pria itu mengajak Helena untuk berangkat bersama tanpa sepengetahuan siapa pun. Tentu saja Helena merasa keberatan dan ingin menolak. Tapi mengetahui bahwa Willson ingin membicarakan sesuatu dengannya, pada akhirnya Helena menerima ajakan tersebut.

Keheningan menyelimuti Helena dan Willson. Meskipun mereka sedang bersama, namun suasananya hampa seakan mereka sedang tidak bersama siapa-siapa. Merasa sedikit gugup saat berdekatan dengan Willson, sebisa mungkin Helena memberikan jarak cukup jauh di antara mereka.

“Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Mengapa sejak tadi hanya diam saja? Apakah ini ada kaitannya dengan kejadian semalam? Tapi kenapa dia terlihat tenang sekali? Atau jangan-jangan dia sudah melupakannya dan ingin membicarakan tentang hal lain?” batin Helena dengan segala pertanyaannya.

Namun, sayangnya itu semua tidak seperti yang Helena pikirkan. Meski visualnya tampak tenang, tapi tidak dengan pikirannya.

Sejak tadi pagi Willson tak henti-henti berperang dengan pikirannya sendiri. Ia mencaci maki, merutuki, dan mengeluarkan kata-kata umpatan untuk dirinya. Willson sungguh tak percaya bahwa dia telah merusak wanita ini hanya dalam satu malam.

Saat terjaga dari tidurnya, Willson mendapati kepalanya terasa sangat ngilu. Ia mendesis sambil memandangi kamar tempat ia berada. Tak butuh waktu lama untuk dirinya mengenali bahwa itu adalah kamar Dion yang dipenuhi dekorasi khas pengantin baru.

“Sialan, apa-apaan ini?” umpat Willson.

Lelaki itu sempat mengira ini semua hanyalah mimpi. Bagaimana bisa dia tidur di kamar adiknya sendiri? Tetapi dugaan tersebut langsung terpatahkan saat ia melihat ada seorang wanita di sampingnya dengan tubuh polos yang hanya diselimuti selembar kain tipis.

Willson tertegun. Dengan sedikit ragu ia menyentuh tubuh indah yang tengah membelakanginya dan mencoba untuk melihat wajah wanita itu.

“Helena,” seru batinnya. Dunia seakan runtuh dalam sekejap. Willson belum pernah melihat wanita tersebut sebelumnya. Tapi dia yakin bahwa ini adalah Helena, adik iparnya sendiri.

Dengan gesit Willson bangkit dan hendak meninggalkan ranjang pengantin itu. Tetapi di saat yang bersamaan, ia juga mendapati banyak bercak darah segar yang menghiasi sprei putih di bawahnya.

“Tidak. Ini semua omong kosong. Tidak mungkin aku dan dia melakukannya.” Willson terus menggelengkan kepala sambil tertawa getir.

Sekeras apa pun ia mencoba menyangkal, sekeras itu jugalah memorinya berusaha mengingat semua kejadian semalam. Setelah berpikir cukup lama, dia pun berhasil mengingatnya.

Kala itu, Willson yang tengah berada di bawah pengaruh alkohol mendapatkan kabar bahwa Dion baru saja mengacaukan proyek besar yang selama ini ia nantikan. Tanpa ba-bi-bu lagi, Willson segera bertolak ke rumah dengan maksud melabrak Dion meskipun dia tahu pasti lelaki itu tengah bersiap untuk malam pertamanya.

Willson mengetuk pintu kamar Dion dengan gentar dan ternyata bidadari cantiklah yang menyambutnya. Lalu entah bagaimana, dia merasa terdorong untuk menyentuh wanita itu. Dan bodohnya lagi, dia malah melupakan tujuan awalnya dan justru melakukan hal gila yang tidak seharusnya ia lakukan.

“Maaf.”

Deg.

Satu kata pembuka terlontar dari bibir tipisnya Willson. Lelaki itu bergumam dengan datar. Helena masih mengunci mulutnya. Ia menunggu apa yang akan Willson katakan selanjutnya.

“Maafkan aku karena sudah merusakmu.” Kali ini Willson menoleh dan menatap Helena. Suara pria itu terdengar dingin. Tapi sorot matanya seakan menunjukkan banyak sekali penyesalan.

“Seandainya semalam aku tidak mabuk, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku telah merenggut kehormatanmu, mengambil kesucianmu, dan juga merusak masa depanmu dengan Dion,” imbuhnya.

Helena beralih menatap kaca jendela dan melihat kemacetan kota di luar sana. Syukurlah Willson masih ingat dengan kejadian tersebut. Ia pikir lelaki itu telah melupakannya begitu saja.

“Semua sudah terjadi. Kita telah melakukannya dan tak ada gunanya menyesali. Lagipula ini bukan salah Kakak. Saat itu hanya akulah satu-satunya yang sadar. Dan aku jugalah yang ceroboh karena tidak memastikan terlebih dahulu apakah Kakak adalah Dion atau bukan,” seru Helena.

“Apakah Dion sudah mengetahuinya?”

“Belum,” singkat Helena.

“Kamu akan bicara jujur padanya?” Willson kembali bertanya.

“Tidak. Aku akan bilang bahwa aku pernah berhubungan dengan pria lain dan bukan Kakak.”

Willson mengernyit. “Dengan berkata seperti itu, kamu justru terkesan merendahkan dirimu sendiri. Dion bisa semakin kecewa padamu.”

“Mau aku menyebutkan nama Kakak atau tidak, dia akan tetap kecewa saat tahu aku sudah tidak suci lagi, ‘kan?”

Ucapan Helena cukup dapat diterima oleh akal sehatnya Willson.

“Jadi biarkan aku mengatasi masalahku sendiri. Kakak tidak perlu ikut campur lagi. Mulai sekarang bersikaplah seolah-olah tak pernah terjadi apa pun di antara kita,” gumam Helena.

Sungguh Helena tak mau Willson dibenci oleh keluarganya. Ia sadar ini tak sepenuhnya kesalahan Willson. Jadi biarlah dia menanggung semuanya sendirian. Namun, meskipun begitu Willson tetap tidak percaya dengan keputusan Helena. Di saat dia telah merusak kehidupannya, justru wanita itu masih berusaha menjaga nama baiknya di hadapan dunia.

“Dan ... apakah aku boleh meminta sesuatu pada Kakak?”

“Hm, katakanlah.”

“Tolong sembunyikan rahasia ini dari semua orang. Aku mohon.”

Willson diam sejenak. Dia ragu apakah menuruti keinginan wanita ini merupakan tindakan yang tepat? Tetapi melihat Helena memohon dengan begitu lirih, pada akhirnya ia mengangguk. Dirinya berjanji akan menutupi aib mereka demi kebaikan bersama.

Pulang dari pemotretan, Helena bergegas untuk segera mandi. Badannya terasa gerah dan lengket. Terlalu banyak aktivitas yang ia lakukan hari ini. Tapi meskipun begitu, setidaknya Helena masih memiliki kesibukan tersendiri tatkala suaminya sibuk di kantor.

Helena keluar hanya dengan tubuh polos berbalut handuk tebal. Wanita itu pikir Dion belum pulang ke rumah saat ini. Tapi siapa sangka kalau ternyata dugaannya salah. Ia menemukan suaminya yang tengah bersandar pada kepala ranjang dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Buru-buru Helena berusaha menutupi tubuhnya meskipun ia sudah memakai handuk. Entahlah, masih ada sedikit rasa malu yang membelenggu dalam diri wanita itu.

“Sialan. Ternyata dia jauh lebih menarik dari yang ku pikirkan,” batin Dion dengan pertahanan yang mulai goyah.

“Ma-maaf, aku lupa membawa pakaianku.” Helena buru-buru mengambil pakaiannya dan segera kembali menuju kamar mandi.

“Tunggu sebentar,” seru Dion.

Tiba-tiba Helena berhenti melangkah. Ia tak berani menatap Dion. Baginya pria itu sangat menakutkan. Nada bicaranya yang tinggi dan angkuh serta perlakuannya yang kasar tentu meninggalkan trauma tersendiri bagi Helena.

“Kemarilah,” perintahnya.

“Tapi, Mas. Aku masih dalam keadaan seperti ini.” Helena mencari alasan.

“Aku bilang kemari.”

Tak bisa menolak lagi, dengan berat ia mengambil langkah menuju suaminya.

“Cepat!!” pekik Dion. Pria itu kesal karena Helena terlalu lambat.

“I-iya, Mas.” Helena mempercepat langkahnya dan setelah posisi mereka cukup dekat, Dion langsung menariknya ke atas ranjang. Pria itu mengungkung Helena di bawah tubuhnya.

Saat Dion menatapnya dengan penuh gairah, Helena berusaha sebisa mungkin menghindari tatapan itu. Dia sangat takut. Dia takut dengan suaminya sendiri.

Dion mencengkeram pipi Helena dengan keras, membuat wanita itu meringis kesakitan.

“Puaskan aku sekarang,” pinta Dion. Mata Helena langsung membeliak seketika. Seharusnya sejak tadi dia sudah tahu apa yang ingin Dion lakukan padanya dalam situasi seperti ini.

Helena menggelengkan kepala. Dia masih belum siap jika Dion mengetahui bahwa dirinya sudah tidak gadis lagi. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan pria itu setelah membuktikannya sendiri.

“Tidak, Mas. Ku mohon jangan.” Helena mulai berlinang air mata. Dia tidak bisa menahan rasa takutnya lagi.

“Kamu tidak menghormati suamimu?” Dion mengerutkan dahi, sangat tak suka dengan penolakan Helena.

“Bu-bukan begitu. Hanya saja aku—“

Dion mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan dari kalimat yang ingin dilontarkan wanita itu.

Namun, Helena tidak tahu harus berkata apa lagi. Semuanya terlalu mendadak. Haruskah dia membiarkan Dion melakukannya dan menunjukkan secara langsung bahwa dirinya telah rusak?

“Kamu kenapa, Helena?!” Dion mendesaknya untuk kembali berbicara. Suara pria itu terdengar tidak sabar. Dia benci karena Helena terlalu lama melanjutkan perkataannya.

“Aku tidak ingin melakukannya, Mas.”

Dion menatap heran sebelum akhirnya tertawa sinis. “Tapi sayangnya aku tidak membutuhkan kesiapanmu.”

Related chapters

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekerasan dalam Rumah Tangga

    “Kau sudah menjadi istriku, Helena. Sudah kewajibanmu untuk melayaniku.” Ucap Dion, jemarinya mulai menyentuh dan meraba kulit halus Helena. Seketika, tubuh Helena semakin merinding. Dia tidak menginginkan ini. Tubuh wanita itu membeku, seakan tak memiliki tenaga untuk berteriak. Puas dengan sentuhan tersebut, Dion menatap bibir ranum Helena. Tampak sangat manis dan menggiurkan. Wajah istrinya yang terlihat ketakutan, justru semakin membangunkan gairahnya. ”Mas, tolong berikan aku waktu. Aku mohon,” gumam Helena yang mulai terisak. Dia pikir permohonannya akan membuat Dion luluh. Namun, justru hal itu membuat suaminya semakin penasaran dan ingin segera mencicipinya.”Aku bukan orang penyabar yang mau menunggu keputusan orang lain, Helena.” Kali ini Dion tampak lebih serius. Setelah berkata demikian, dia langsung mencengkeram pipi Helena dan menempelkan bibir mereka dengan paksa.Helena memberontak. Dia ingin berteriak sekeras mungkin tapi bibir Dion membungkamnya. Semakin Hele

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Menantikan Masa Lalu

    “Apa yang terjadi padamu?”Helena tertegun. Ia baru paham kalau ternyata Willson menyadari luka buatan Dion di lehernya. Secepat kilat Helena menutupi luka segar tersebut.“Katakan padaku, apa yang terjadi denganmu?”“Aku ... aku tidak kenapa-napa. Ini hanya luka kecil saja.”“Sekali lagi aku tanya. Apa yang terjadi padamu, Helena?!” Willson mulai tegas. Dan ya, ketegasan pria itu membuat Helena gemetar. Ini adalah kali pertamanya ia mendengar Willson berbicara dengan lantang.“Jangan bilang kalau ini ulahnya Dion,” tambah Willson dengan intonasi yang kembali rendah.Helena menggeleng cepat. “Tentu saja bukan. Kemarin aku jatuh dan—““Kamu jatuh dan menyebabkan luka di leher? Jangan konyol, Hel. Kamu tidak bisa membohongiku.”“Aku tidak bohong, Kak.”Willson semakin penasaran. Ia membuka paksa cardigan yang dipakai Helena dan mendapati beberapa luka serta lebam lainnya. “Sekarang kamu masih mau bilang bahwa kamu terjatuh?” Helena mengaku kalah. Dia tak bisa mengelak lagi.

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tindakan Willson

    "Will, siapa yang sakit?" Rebecca mengernyit."Tidak ada." Respon singkat Willson membuat semua orang saling bersitatap satu sama lain."Lalu untuk apa kamu memanggil dokter ke sini kalau tidak ada yang sakit?""Sekedar memeriksa kondisi kesehatan kita semua," jawabnya santai. Sekilas ia melirik ke arah Dion, merasa geli dengan wajah gugup adiknya tersebut."Jangan ngaco, Will. Kita semua baik-baik saja," sambar Manda."Ya, Bibi benar. Kita memang baik-baik saja. Tapi mungkin tidak dengan yang lain. Aku ingin semua orang di rumah ini diperiksa kesehatannya. Termasuk para pelayan dan sopir sekalipun. Minimal kita harus memastikan bahwa semua penghuni di sini dalam keadaan sehat."Bagi mereka, keputusan Willson terdengar tidak masuk akal. Untuk apa ia repot-repot melakukan hal itu hanya demi mengetahui kondisi kesehatan orang lain? Apalagi ini adalah kali pertamanya Willson melakukan hal bodoh tersebut. Selama ini dia selalu bersikap acuh dan tak peduli dengan kondisi siapapun."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hubungan

    “Tidak. Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.” Helena dengan lantang membalasnya. Dia panik sehingga tidak bisa memikirkan jawaban lain selain yang dilontarkan.Melihat raut wajah Helena yang gugup seperti itu, Dion memicingkan mata. “Kau yakin?” tanyanya.Helena mengangguk tegas, namun bibirnya terasa kaku. Ia tak bisa berkata saat menjawabnya. Tak diduga, Dion malah tertawa kecil. Entah apa yang ditertawakan oleh pria itu, Helena sama sekali tidak mengetahuinya. Yang dia tahu hanyalah dirinya yang sedang berada di ujung jurang.“Tapi sepertinya sikap Willson berkata lain.”“Ma-maaf, Mas. Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan,” titah Helena.Dion mendekat, memotong jarak di antara mereka. Dengan santai pria itu mengambil sedikit rambut Helena dan memainkan dengan jari-jemarinya. Selama sepersekian detik, jantung Helena rasanya seperti berhenti. Dia merasa sesak dan kesulitan untuk bernapas.“Bukankah Willson tampak sangat peduli padamu, hm?”“Peduli bagaimana, Ma

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dalam Kegelapan

    “Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tidak Normal

    "Sstt ... Mas."Helena berusaha mengeluarkan tangan Dion dari dalam piyamanya. Namun, justru Dion semakin meliarkan gerakan jarinya. Membuat Helena meringis menahan geli dan rasa takut sekaligus.Perlakuannya yang kasar dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya saat berhubungan, membuat Helena merasa seolah ia tidak sedang memuaskan suaminya sendiri melainkan binatang buas.Helena seringkali menangis di pelukan pria itu. Ia memohon agar Dion memperlakukan dia dengan semestinya. Helena ingin hubungan suami-istri yang terjadi di antara mereka dilakukan dengan cara yang baik-baik. Bukan dengan pemaksaan dan kekasaran seperti ini. Tapi seperti biasa, Dion tak pernah mengindahkan keinginannya tersebut. "Eumph!!" Dion menahan bibir Helena dengan bibirnya. Lelaki itu memberikan ciuman yang semakin dalam seakan sedang mencari sesuatu yang sejak tadi ia tahan. "Kamu berani pergi terlalu lama dan membiarkanku menunggu hingga larut. Jadi sekarang persiapkan dirimu sampai pagi. Mengerti?"

Latest chapter

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Menjadi Gila

    "Will berangkat duluan." Tanpa basa-basi, Willson langsung bangkit. Meninggalkan sarapannya yang belum selesai dan meninggalkan Rebecca yang hendak bicara serius dengannya.Rebecca berdecak lidah. Dia tahu Willson sengaja menghindarinya. Apalagi dirinya sangat yakin bahwa Willson mengerti apa yang ingin dia bahas. Seketika suasana menjadi lebih hening dan canggung setelah menyaksikan Rebecca dicampakkan oleh putranya sendiri. Carlos yang teringat akan sesuatu, mengatakan pada Rebecca bahwa hari ini mereka memiliki jadwal pertemuan dengan kerabat jauh yang sudah lama tak bertemu. Mendengar itu, Rebecca memaksakan senyumnya. Dia masih sedikit kecewa dengan perlakuan Willson beberapa saat lalu."Ayo," kata Dion saat bangkit dari kursi sambil menyapu bibirnya dengan tisu."Ke mana?" Helena menatap bingung."Hari ini kamu ada pemotretan di Gedung X dekat kantorku, 'kan?"Helena tak langsung menjawab. Dia menoleh menatap Rebecca, dan wanita paruh baya itu tiba-tiba mengangguk lembut. Tern

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Hadiah

    "Dia mabuk lagi?"Helena mengerutkan kening. Ia memandangi Willson yang tengah berjalan keluar dari mobil dengan sempoyongan. Pria itu seperti kesulitan mengimbangi langkahnya. Namun, tak lama kemudian salah satu penjaga rumah datang dan membantunya.Willson terlihat menolak. Ia menyuruh penjaga itu untuk menjauh. Tetapi setelah berusaha berjalan sendiri, dia malah kehilangan keseimbangannya. Syukurlah penjaga tersebut sudah lebih dulu menahannya.Helena bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana pria itu membawa mobilnya dalam keadaan mabuk berat. Tapi di balik perasaan aneh tersebut, Helena merasa sedikit khawatir. Dirinya takut jika Willson terus-terusan seperti ini, maka pria itu bisa saja mengalami sesuatu yang tidak diinginkan saat berkendara. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja, 'kan? Jika bukan sekarang, mungkin nanti."Helena, ambilkan aku minum."Seketika Helena tersadar dari lamunannya. Ia masuk kembali ke dalam kamar dan menyaksikan Dion yang terbangun karena teng

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kedamaian

    "Sungguh? Kamu akan melakukan itu pada kakakmu?"Netra Monica membinar sempurna mengetahui rencana yang Dion buat untuk Willson. Meski Monica tidak terlalu membenci Willson, tapi dia tak rela jika mengetahui bahwa posisi Willson berada jauh di atas kekasihnya. Dia ingin Dion-lah yang terbaik dalam segala hal. Karena apa pun yang menjadi milik Dion, akan menjadi miliknya juga."Tentu saja." Dion menjawab dengan penuh percaya diri. Dia meyakinkan Monica bahwa rencananya kali ini pasti akan berhasil dan membuahkan hasil yang luar biasa.***Willson menatap hamparan danau yang airnya begitu tenang. Udara hari ini terbilang cukup sejuk. Angin lembut yang melintas membuat rambut Willson bergerak indah dan bebas. Kicauan burung pun turut memeriahkan suasana damai tersebut.Willson bersandar pada pagar besi di pinggir danau. Tak peduli apakah lengan kemejanya akan kotor atau tidak, dia terlalu sibuk memandangi gedung-gedung perkotaan yang berada jauh di seberang sana. Willson senang lantaran t

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Amarah

    "Aku punya tugas baru lagi untukmu."Dion tersenyum miring saat berkata demikian. Salah satu tangannya memegang ponsel, sementara yang satu lainnya tanpa sadar memainkan pulpen dengan jari-jemarinya yang tegas."Tidak. Saat ini aku sedang tidak bisa keluar. Kita ketemuan besok di kafe untuk membicarakannya. Aku akan mengirimkan alamat kafenya padamu.""Tenang saja. Semua sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu melakukannya dengan benar. Untuk imbalan, aku juga sudah menyiapkannya."Di saat yang bersamaan, ketukan pintu terdengar. Dion menoleh dan mendapati seorang wanita cantik masuk dengan membawa senyuman terbaiknya. Dion membalas senyuman Monica. Sekilas, dia memindai penampilan seksi Monica yang mengenakan pakaian super ketat. Ia mengamati setiap lekukannya tanpa celah. Mulai dari atas ke bawah, dan sebaliknya. Kalau saja Rania tidak kembali angkat bicara, mungkin saat ini Dion masih belum kembali pada dunia nyata dan larut dalam fantasi liarnya."Baiklah. Kita lanjutkan lagi nanti."

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kekecewaan

    "Kamu sakit?"Mia tidak henti-henti menanyakan hal yang sama pada Helena. Sahabatnya itu menggelengkan kepala, memberikan jawaban yang sama pula.Helena mengatakan bahwa dia tidak sakit sama sekali. Dan setelah Mia memeriksa suhu tubuhnya, memang terkesan normal dan tidak panas. Namun, anehnya wajah Helena tampak sangat pucat seperti orang kelelahan.Helena hanya bisa meyakinkan Mia bahwa dia baik-baik saja. Tidak mungkin dia menceritakan tentang kegilaan Dion semalam yang menyuruhnya bermain hingga pagi. Selain Mia yang tidak mengenal Dion, sahabatnya itu juga belum tahu kalau dirinya sudah menikah. Jadi tidak ada gunanya menceritakan hal-hal buruk tentang Dion padanya."Coba cek dulu. Takutnya ada yang hilang." Mia menunjuk dompet di tangan Helena dengan gerakan dagunya.Setelah memeriksa keseluruhan isi dompet tersebut, Helena tersenyum tipis."Tidak ada yang hilang, kok. Semuanya masih lengkap.""Huh, syukurlah." Mia berucap sebelum meminum jus mangga miliknya."Ngomong-ngomong, k

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Tidak Normal

    "Sstt ... Mas."Helena berusaha mengeluarkan tangan Dion dari dalam piyamanya. Namun, justru Dion semakin meliarkan gerakan jarinya. Membuat Helena meringis menahan geli dan rasa takut sekaligus.Perlakuannya yang kasar dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya saat berhubungan, membuat Helena merasa seolah ia tidak sedang memuaskan suaminya sendiri melainkan binatang buas.Helena seringkali menangis di pelukan pria itu. Ia memohon agar Dion memperlakukan dia dengan semestinya. Helena ingin hubungan suami-istri yang terjadi di antara mereka dilakukan dengan cara yang baik-baik. Bukan dengan pemaksaan dan kekasaran seperti ini. Tapi seperti biasa, Dion tak pernah mengindahkan keinginannya tersebut. "Eumph!!" Dion menahan bibir Helena dengan bibirnya. Lelaki itu memberikan ciuman yang semakin dalam seakan sedang mencari sesuatu yang sejak tadi ia tahan. "Kamu berani pergi terlalu lama dan membiarkanku menunggu hingga larut. Jadi sekarang persiapkan dirimu sampai pagi. Mengerti?"

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dalam Kegelapan

    “Helena, apa yang kau lakukan?!”Willson bertanya tegas karena melihat kondisi Helena yang basah kuyup sambil dengan bodohnya berdiri di tepi jalan.“Aku sedang menunggu taksi.”Willson mengusap wajahnya dengan gusar. Ia mengurungkan niat untuk bertanya lebih banyak lagi dan segera menuntun Helena agar ikut masuk ke dalam mobilnya.“Tidak, Kak. Aku tidak mau. Biarkan aku naik taksi saja.”“Jangan konyol, Helena. Kamu tidak bisa terus-terusan menunggu di sini.”Helena masih bersikeras melontarkan banyak penolakan. Namun, dengan kesabaran yang mulai menipis, Willson mengangkat tubuh Helena dan membawanya paksa ke dalam mobil. Meski sempat memberontak, tapi kini Helena sudah duduk aman di jok mahal miliknya.“Kak, jangan lakukan ini.” Helena kembali berucap, ia sungguh tak mau merepotkan Willson.Tidak menjawab, Willson hanya diam. Pria itu langsung menempati kembali kursi kemudinya dan menancap gas sebelum Helena berusaha untuk keluar.“Kak Willson, tolong berhenti. Turunkan ak

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Kesempatan Emas

    “Ti-tidak! Tentu saja tidak.” Helena langsung membantah, mematahkan pemikiran bodoh sahabatnya. Kalau saat ini Mia tidak sedang menjadi pusat perhatian banyak orang, Helena pasti sudah membungkam mulut wanita itu. Bagaimana bisa dia berbicara seenaknya di hadapan Willson? Menyadari Helena panik, Mia dan suaminya terkekeh sementara Willson hanya melirik Helena dengan tatapan yang tak dapat dibaca. Untuk mengalihkan topik pembicaraan dan kabur dari pembahasan konyol ini, Helena menyapa suami Mia yang sejak tadi dia acuhkan. Meski sapaannya terdengar akrab, tapi Helena berusaha untuk tidak berlebihan demi menjaga perasaan sahabatnya. Percakapan hangat mereka terputus saat pengumuman digemakan di ruangan tersebut. Sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa kini sudah memasuki waktunya pesta dansa. “Di mana pasanganmu, Helena? Bukankah aku sudah memintamu untuk membawa pasangan?” tanya Mia. “Aku ... aku tidak tahu harus mengajak siapa.” “Astaga, kau punya beberapa teman pria, ‘kan? Ken

  • Pria di Malam Pertamaku Ternyata Iparku   Dunia yang Sempit

    “Terima kasih.”Helena menatap Willson tulus. Tatapan wanita itu tampak sangat teduh dan damai. Suaranya yang selembut kapas mengalir di telinga Willson dengan indah. Sungguh ucapan terima kasih yang begitu anggun, namun Willson tidak tahu Helena berterimakasih untuk apa.Willson mengernyit, membalas tatapan wanita itu dengan segala kebingungannya. Menunjukkan bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih.“Berkat Kakak, Dion sudah tidak pernah melukaiku lagi. Dia tidak pernah melayangkan tangannya untuk memukulku.”Sekilas, Willson mengamati tubuh Helena. Bekas luka dan memar yang menghiasi tubuhnya memang sudah memudar drastis, bahkan nyaris tak terlihat lagi. Selain itu, tidak ada juga tanda-tanda luka atau lebam baru di tangan dan kakinya. “Sama-sama,” jawab Willson singkat diikuti senyuman tipis.“Aku berjanji untuk segera membalasnya. Kakak tinggal katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk balas budi pada Kakak,” titah Helena. Dia sungguh merasa harus membalas segala kebaikan

DMCA.com Protection Status