Duh! Bentrok lagi acaranya. Kalau jadi ke acara reuni itu tentu akan menggagalkan acaraku dengan ayah. Tapi jika tidak datang eman juga. Karena bertemu dengan teman-teman seperjuangan waktu masih sekolah dulu itu jarang-jarang. Secepat-cepatnya paling setahun sekali. Momentum yang sangat ditunggu-tunggu ini sayang banget jika dilewatkan. Namun semuanya terserah ayah. Aku tidak mau mendesak apalagi memaksanya.
Kadang pengorbanan yang sudah kita siapkan bisa berjalan tidak mulus. Tapi kita harus ikhlas.
“Memang acara apa Bu? Penting tidak?”
“Reuni teman-teman SMA. Sudah lama nih tidak ngumpul. Tapi ayah gimana? Mau tetap pergi ke acara reuni atau ikut ajakan David. Bagas teman ayah yang dulu suka main kesini sudah nanyain lho.” Ayah yang ditanya, tanpa berpikir panjang segera memberi jawaban yang mengejutkanku.
“Ikut David saja.” Sesingkat itu. Kalimat singkat yang membuatku terharu.
“Makasih Yah,&rd
Siapa wanita pilihan ayah untukku itu? apakah aku mengenalnya? Apakah dia juga mengenalku? Ayah menjelaskan perihal ini dengan seolah-olah kami sudah saling kenal. Tapi siapa? Aku mencoba mengingat wanita-wanita yang kukenal dan ayah juga mengenalnya serta cocok dengan ciri-ciri yang ayah maksudkan. Namun belum sempat aku berhasil mengingatnya ayah sudah keburu bersuara.“Apakah kamu tidak memperhatikan siapa wanita yang selama ini menemanimu dari sebelum kau mengenal Renata sampai kau menyesali perbuatanmu dengan Maria? Tidakkah kamu sadar wanita baik itu sering ada di saat kau membutuhkan? Tidakkah kamu perhatikan wanita hebat ini semakin kesini mulai menunjukkan maksudnya pelan-pelan? Karena ia perempuan maka ia terlalu malu untuk mengatakan sejujurnya.“Kau bisa tahu Vid, tapi karena kau tidak peka maka tidak bisa membaca situasi ini. Beberapa kali mendekati perempuan tapi belum juga paham betul bagaimana sifat perempuan.” Ayah masih memberiku kis
Ada apa dia datang? Bukannya semua sudah selesai dan aku pun sudah sampaikan tidak mau berbicara dengannya lagi? Aku tidak mau hal itu menghambat rencanaku untuk Sheily.“Maaf Vid. Ibu tidak enak nolaknya karena Renata dulu pernah dekat dengan ibu. Sebaiknya kamu temui saja deh,” bisik ibu dari telepon. Mungkin agar tidak terdengar Renata.“Baik Bu. Kami segera kesana sekarang.” Tiba-tiba ayah yang bicara dan memberi keputusannya.Usai telepon kami sudahi, aku sampaikan dengan sopan kepada ayah keberatanku menemui Renata. Dulu ayah sangat tidak setuju jika aku menikah dengan Renata tapi sekarang meski tetap tidak setuju tapi sikapnya dalam menolak lebih bijak.“Ayah mengerti perasaanmu Vid. Tapi buat apa memendam dendam dan merawat sakit di hatimu padanya. Inilah waktunya untuk berdamai dan memaafkan. Mungkin kedatangannya ke rumah adalah permintaan maaf.”“Iya yah. Tapi bagaimana kalau dia mengajak balikan
“Maaa maaaff Mas. Saya tidak ngeh kalau Mas sedang bicara,” ucap Mpok Yanti sambil terbata karena takut dengan pelototanku. Aku memberinya isyarat untuk kembali masuk kedalam.Dan soal Renata. Apa-apaan dia. Enak saja bicara balik dari awal dan bangun kembali. Sontak aku ingin segera menjelaskan semua yang terjadi biar dia berhenti mengejarku dan tak lagi menggangguku. Syukur-syukur ia segera mendapat pendamping baru yang terbaik untuknya.“Maaf Mas. Apa perlu saya ulangi lagi penjelasan tadi setelah kepotong?”“Tidak perlu Ren, aku udah paham maksudmu. Tadi aku cuma shock. Tapi soal itu …,”“Tapi kenapa Mas..”“Aku tidak bisa Ren.”“Kenapa tidak bisa Mas. Bukankah dulu mas pernah berjanji akan menikah denganku.” Renata tidak terima dengan jawabanku.“Itu dulu Ren, sebelum kamu berkhianat. Dan itu tidak berlaku sekarang setelah
Suara dari seberang sana bukan dari suara yang kurahapkan dan mulai kurindukan. Rindu yang berbeda dari sebelumnya. Rindu akan jawaban atas niat baikku untuk melamarnya. Dan rindu yang hanya bisa diredam jika mendengar suaranya atau bertemu dengannya langsung.Suara itu datang dari seorang lelaki yang aku tidak tahu siapa. Mungkin saudaranya, tetangganya, kerabatnya atau siapanya. Yang jelas bukan adiknya. Karena Sheily bilang adiknya masih kecil sementara suara itu adalah suara orang dewasa, tepatnya pemuda sepertiku.“Halo?” Sapanya mengawali pembicaraan di telpon.“Halo. Maaf, Sheilynya ada? Ini dengan siapa ya? Kok nomornya Sheily ada di Anda?”Belum semput ia menjawab Sheily sudah memegang kendali teleponnya.“Iya Pak.. Maaf, tadi aku dan ibu masih ngurusin ayah. Sebentar lagi mau ke rumah sakit untuk ct scan. Dokter tempat biasa kontrol menyarankan untuk ke sana. Sementara lokasi rumah sakit yang disaran
Sungguh aku tak menyangka Sheily akan melakukannya. Kukira kemarin hanya wacana dan rencana yang tak akan dilakukannya tapi, ini benar-benar nyata adanya. Ia memutuskan sesuatu yang sangat berat buatku. Dan yang bikin aku sedih adalah dia melakukannya di saat aku akan mulai perjalananku dengannya.Jika ia benar-benar melakukannya maka kesempatanku bertemu setiap hari di hari kerja akan pupus. Itu artinya aku harus segera menyatakan perasaan ini dengan melamarnya langsung agar rasa kehilangan itu segera tergantikan dengan selalu bersamanya.Ya! Sheily memutuskan resign. Melalui surat yang kubaca, ia mengutarakan yang sejujurnya. Alasannya secara spesifik tidak diberi tahu tapi aku sudah bisa menebak. Mungkin akan lebih berfokus untuk mengurusi ayahnya. Keputusan yang berat untuk aku terima. Tapi ini haknya dan aku tak berhak mengaturnya meski sudah bertahun-tahun aku kerja bersamanya.Aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam di saat aku merasakan jug
Sheily mohon maaf dengan berat hati karena ia tetap tidak mau memberitahukannya. Katanya nanti akan dikabari jika situasinya sudah memungkinkan. Aku merasa tidak enak hati jika mendesaknya terus-terusan. Aku hanya sampaikan segera kabari jika sudah memungkinkan momennya karena, hal ini ada hubungannya dengan alasan saat aku mengajukan ke atasan atas pengunduran dirinya.Merasa tidak ada yang kutunggu lagi di kafe aku bergegas pulang. Di rumah aku langsung menemui ayah dan menceritakan duduk perkaranya yaitu tentang keadaan Sheily yang sedang tidak memungkikan untuk diajak membicarakan terkait lamaranku. Ayah memakluminya.Lalu aku memberitahukan soal keputusan Sheily untuk resign berikut alasannya. Mendengar hal itu ayah merasa sedih dan kehilangan. Meski ayah tidak bekerja di kantor tapi kedekatannya dengan Sheily yang rutin menjawab chat ayah untuk menanyakan keberadaanku dan kegiatan yang tengah aku lakukan membuatnya ikut menjadi bagian dalam pera
Setidaknya ada 2 kesalahan yang Shopia lakukan dengan meneleponku. Yang pertama, dengan dia menelponku berarti ia memberiku peluang untuk melanggar kesepakatan yang sudah kubuat bersama ayahnya untuk tidak lagi menghubunginya. Dan kedua adalah, dia menelpon di waktu yang tidak tepat di saat aku ingin memulai perjalanan asmaraku ke tahap yang serius yaitu menikah.Lantaran alasan itulah aku memutuskan untuk tidak menjawabnya. Membiarkan telepon berdering tanpa aku mengangkatnya, kiranya itu adalah pilihan yang tepat. Tapi, sepertinya pertahananku untuk tidak meresponsnya roboh begitu ia mengirimkan pesan dan dengan rasa penasaran kubuka.“Maaf menganggumu tapi bolehkah berbicara denganmu sebentar. Ayah membolehkan bahkan yang menyuruhku. Sebentar saja jika kau tidak sibuk. Please.. Kumohon karena ini penting. Demi cinta kita yang pernah lewat dalam cerita indah itu.”Ya! Setelah aku membacanya aku lebih berdamai untuk mau mengangkatnya. Titik
Memang benar adanya bahwa ujian menjelang pernikahan selalu menguji keteguhan prinsip dan komitmen. Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Meski Sheily belum menerima tawaranku sehingga posisiku dengannya netral tapi, aku tidak mau menjadi pecundang.Meski pula tawaran untuk Shopia yang sudah di depan mata tinggal aku mengiyakan maka mimpi yang dulu pernah kami bangun bersama akan segera terwujud tapi, aku tidak mau melanggar komitmenku sendiri. Apalagi dengan segenap proses yang sebelumnya aku lalui. Pilihanku tetap pada Sheily.Dengan berat hati dan pelan-pelan aku kasih pengertian Shopia. Sekaligus memberitahu kabar bahagiaku untuk melamar wanita pilihan. Dia tidak bisa banyak merespons selain kaget dan menangis sebagai ekspresi hatinya. Aku beri dia semangat untuk bangkit dan mendoakannya semoga mendapatkan pria yang lebih baik dariku. Dan yang terakhir aku minta maaf tidak bisa menemui ayahnya dalam dekat ini. Tapi ia akan usahakan untuk ketemu jika ada kese
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un