Ada apa dia datang? Bukannya semua sudah selesai dan aku pun sudah sampaikan tidak mau berbicara dengannya lagi? Aku tidak mau hal itu menghambat rencanaku untuk Sheily.
“Maaf Vid. Ibu tidak enak nolaknya karena Renata dulu pernah dekat dengan ibu. Sebaiknya kamu temui saja deh,” bisik ibu dari telepon. Mungkin agar tidak terdengar Renata.
“Baik Bu. Kami segera kesana sekarang.” Tiba-tiba ayah yang bicara dan memberi keputusannya.
Usai telepon kami sudahi, aku sampaikan dengan sopan kepada ayah keberatanku menemui Renata. Dulu ayah sangat tidak setuju jika aku menikah dengan Renata tapi sekarang meski tetap tidak setuju tapi sikapnya dalam menolak lebih bijak.
“Ayah mengerti perasaanmu Vid. Tapi buat apa memendam dendam dan merawat sakit di hatimu padanya. Inilah waktunya untuk berdamai dan memaafkan. Mungkin kedatangannya ke rumah adalah permintaan maaf.”
“Iya yah. Tapi bagaimana kalau dia mengajak balikan
“Maaa maaaff Mas. Saya tidak ngeh kalau Mas sedang bicara,” ucap Mpok Yanti sambil terbata karena takut dengan pelototanku. Aku memberinya isyarat untuk kembali masuk kedalam.Dan soal Renata. Apa-apaan dia. Enak saja bicara balik dari awal dan bangun kembali. Sontak aku ingin segera menjelaskan semua yang terjadi biar dia berhenti mengejarku dan tak lagi menggangguku. Syukur-syukur ia segera mendapat pendamping baru yang terbaik untuknya.“Maaf Mas. Apa perlu saya ulangi lagi penjelasan tadi setelah kepotong?”“Tidak perlu Ren, aku udah paham maksudmu. Tadi aku cuma shock. Tapi soal itu …,”“Tapi kenapa Mas..”“Aku tidak bisa Ren.”“Kenapa tidak bisa Mas. Bukankah dulu mas pernah berjanji akan menikah denganku.” Renata tidak terima dengan jawabanku.“Itu dulu Ren, sebelum kamu berkhianat. Dan itu tidak berlaku sekarang setelah
Suara dari seberang sana bukan dari suara yang kurahapkan dan mulai kurindukan. Rindu yang berbeda dari sebelumnya. Rindu akan jawaban atas niat baikku untuk melamarnya. Dan rindu yang hanya bisa diredam jika mendengar suaranya atau bertemu dengannya langsung.Suara itu datang dari seorang lelaki yang aku tidak tahu siapa. Mungkin saudaranya, tetangganya, kerabatnya atau siapanya. Yang jelas bukan adiknya. Karena Sheily bilang adiknya masih kecil sementara suara itu adalah suara orang dewasa, tepatnya pemuda sepertiku.“Halo?” Sapanya mengawali pembicaraan di telpon.“Halo. Maaf, Sheilynya ada? Ini dengan siapa ya? Kok nomornya Sheily ada di Anda?”Belum semput ia menjawab Sheily sudah memegang kendali teleponnya.“Iya Pak.. Maaf, tadi aku dan ibu masih ngurusin ayah. Sebentar lagi mau ke rumah sakit untuk ct scan. Dokter tempat biasa kontrol menyarankan untuk ke sana. Sementara lokasi rumah sakit yang disaran
Sungguh aku tak menyangka Sheily akan melakukannya. Kukira kemarin hanya wacana dan rencana yang tak akan dilakukannya tapi, ini benar-benar nyata adanya. Ia memutuskan sesuatu yang sangat berat buatku. Dan yang bikin aku sedih adalah dia melakukannya di saat aku akan mulai perjalananku dengannya.Jika ia benar-benar melakukannya maka kesempatanku bertemu setiap hari di hari kerja akan pupus. Itu artinya aku harus segera menyatakan perasaan ini dengan melamarnya langsung agar rasa kehilangan itu segera tergantikan dengan selalu bersamanya.Ya! Sheily memutuskan resign. Melalui surat yang kubaca, ia mengutarakan yang sejujurnya. Alasannya secara spesifik tidak diberi tahu tapi aku sudah bisa menebak. Mungkin akan lebih berfokus untuk mengurusi ayahnya. Keputusan yang berat untuk aku terima. Tapi ini haknya dan aku tak berhak mengaturnya meski sudah bertahun-tahun aku kerja bersamanya.Aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam di saat aku merasakan jug
Sheily mohon maaf dengan berat hati karena ia tetap tidak mau memberitahukannya. Katanya nanti akan dikabari jika situasinya sudah memungkinkan. Aku merasa tidak enak hati jika mendesaknya terus-terusan. Aku hanya sampaikan segera kabari jika sudah memungkinkan momennya karena, hal ini ada hubungannya dengan alasan saat aku mengajukan ke atasan atas pengunduran dirinya.Merasa tidak ada yang kutunggu lagi di kafe aku bergegas pulang. Di rumah aku langsung menemui ayah dan menceritakan duduk perkaranya yaitu tentang keadaan Sheily yang sedang tidak memungkikan untuk diajak membicarakan terkait lamaranku. Ayah memakluminya.Lalu aku memberitahukan soal keputusan Sheily untuk resign berikut alasannya. Mendengar hal itu ayah merasa sedih dan kehilangan. Meski ayah tidak bekerja di kantor tapi kedekatannya dengan Sheily yang rutin menjawab chat ayah untuk menanyakan keberadaanku dan kegiatan yang tengah aku lakukan membuatnya ikut menjadi bagian dalam pera
Setidaknya ada 2 kesalahan yang Shopia lakukan dengan meneleponku. Yang pertama, dengan dia menelponku berarti ia memberiku peluang untuk melanggar kesepakatan yang sudah kubuat bersama ayahnya untuk tidak lagi menghubunginya. Dan kedua adalah, dia menelpon di waktu yang tidak tepat di saat aku ingin memulai perjalanan asmaraku ke tahap yang serius yaitu menikah.Lantaran alasan itulah aku memutuskan untuk tidak menjawabnya. Membiarkan telepon berdering tanpa aku mengangkatnya, kiranya itu adalah pilihan yang tepat. Tapi, sepertinya pertahananku untuk tidak meresponsnya roboh begitu ia mengirimkan pesan dan dengan rasa penasaran kubuka.“Maaf menganggumu tapi bolehkah berbicara denganmu sebentar. Ayah membolehkan bahkan yang menyuruhku. Sebentar saja jika kau tidak sibuk. Please.. Kumohon karena ini penting. Demi cinta kita yang pernah lewat dalam cerita indah itu.”Ya! Setelah aku membacanya aku lebih berdamai untuk mau mengangkatnya. Titik
Memang benar adanya bahwa ujian menjelang pernikahan selalu menguji keteguhan prinsip dan komitmen. Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Meski Sheily belum menerima tawaranku sehingga posisiku dengannya netral tapi, aku tidak mau menjadi pecundang.Meski pula tawaran untuk Shopia yang sudah di depan mata tinggal aku mengiyakan maka mimpi yang dulu pernah kami bangun bersama akan segera terwujud tapi, aku tidak mau melanggar komitmenku sendiri. Apalagi dengan segenap proses yang sebelumnya aku lalui. Pilihanku tetap pada Sheily.Dengan berat hati dan pelan-pelan aku kasih pengertian Shopia. Sekaligus memberitahu kabar bahagiaku untuk melamar wanita pilihan. Dia tidak bisa banyak merespons selain kaget dan menangis sebagai ekspresi hatinya. Aku beri dia semangat untuk bangkit dan mendoakannya semoga mendapatkan pria yang lebih baik dariku. Dan yang terakhir aku minta maaf tidak bisa menemui ayahnya dalam dekat ini. Tapi ia akan usahakan untuk ketemu jika ada kese
Saat membaca halaman pertama aku melihat dua inisial huruf S&D yang di bawahnya tertulis nama Sheily dan David. Oh Tuhan.. Tiba-tiba jantungku berdegup lebih kencang dan perasaan haru tanpa ampun menghujani hati dan jiwaku.Benarkah jika selama ini Sheily menaruh rasa padaku tanpa sekalipun mengutarakannya padaku? Bahkan tanpa sedetik pun aku kepikiran dia sampai menuliskannya dalam catatan-catatannya. Rupanya pekerjaan menulis yang sering dilakukan sekertaris juga ia gunakan untuk menulis curahan hatinya.Tiba-tiba aku teringat firasat dan prediksi ayah yang memang benar adanya bahwa Sheily menaruh rasa padaku diam-diam.Melanjutkan halaman berikutnya yang berisi tulisan-tulisannya aku mulai menata hati dan pikiranku agar jernih dalam mensikapi ini nantinya. Sementara aku mulai membaca catatan-catatannya, ibu Sheliy minta izin ke belakang biar aku bisa lebih fokus untuk menyelesaikan bacaanku.Diary 1Pagi pe
Aku harus lanjutkan bacaan itu. Masih banyak informasi yang perlu kugali dari diary yang diam-diam ia tulis seperti ia yang diam-diam mencintaiku tanpa mengatakan sekalipun kata cinta atau sikap itu di hadapanku.Diary 6 Ada apa dengan perasaan ini. tidak seperti biasanya yang selalu senang dan bahagia setiap kali berjumpa dengannya. Kali ini sungguh berbeda. Apakah itu karena sikapnya yang belakangan ini berubah?Sikap itu bukan tertuju padaku. Tapi sikap yang ia munculkan secara tidak disadarinya. Yaitu semacam perasaan kasmaran. Seperti pria yang dimabuk cinta. Tapi jika itu benar? Siapakah wanita itu? Apakah harapanku akan pupus seiring kehadirannya?Rasanya aku ingin menangis setiap mengingatnya. Tapi aku harus tenang dan tegar. Ini adalah konsekuensi dari mencintai dalam diam. Dan aku juga harus terlihat tetap profesional di depannya. Jangan sampai rasa cemburu itu membuat situasi tidak bersahabat. Biarlah perasaanku menah