Dengan malas dan terpaksa, Wen Pai menuju kotak kotak itu , melepas bajunya yang tipis, kotor dan bau itu, baru saja dia menaruh di gerobak, pemilik gerobak membuangnya ke genangan air yang kotor di bawah kolong gerobak di dekat kotoran kuda.
"Baju yang kotor dan berbau itu jangan di taruh di gerobak, nanti kotak kotak itu bau." Kata pemilik gerobak itu, dia berani menghina dan mencemooh Wen Pai, karena mandor saja tidak menghargainya, dan sepertinya waktunya untuk tiga hari ini telah di beli oleh mandor itu.
"Baiklah, saya serahkan pengemis ini ke kamu, tapi ingat dia tidak boleh cacat dan meninggal."Kata ketua pasrah.
Siapa yang berani melawan mandor yang terkenal brutal dan tidak takut mati ini.
Wen Pai memulai memindahkan kotak pertama dengan jalan perlahan lahan, karena dia harus menyesuaikan irama duri duri yang di dada, punggung dan pahanya itu.
Wen Pai harus membiasakan irama duri itu dengan langkah langkahnya , kalau W
Baru sesaat , Wen Pai memejamkan mata sambil berdiri bersender di tembok pintu toko, cambuk kembali mendera dirinya. Ketika Wen Pai membuka mata terlihatlah mandor yang tersenyum puas dan ketua yang mengikutinya. "Siapa suruh kamu tidur disana, bukankah saya menyuruh jadi pengemis di gerobak gerobak itu." Kata mandor sambil melihat gerobak gerobak yang penuh dengan salju dan salju yang menderu itu. "Sana pergi, Ini Kamu dibeli obat oleh pejabat tadi untuk membuat kamu tidak kedinginan, Oh ya, baju kamu yang basah itu disuruh pakai selama kamu jadi pengemis." "Ini mangkuk pengemismu, menurut pejabat tadi yang menghampiri saya , setiap mengemis kamu harus mendapat hasil, jika tidak saya harus memukul kedua telapak tanganmu sebanyak , paling sedikit lima kali , kalau saya mau lebih juga boleh." "Jika kamu pukul telapak tangannya . bagaimana nanti dia mengangkat kotak kotak itu," "menurut pejabat itu dia tetep dapat mengangkatnya, tapi mungkin jad
Kembali pengawal mencambuknya dan Wen Pai kecil menjerit dengan penuh kesakitan. "Pukul terus, jangan berhenti . jika badannya tidak terluka dan keluar darah jangan berhenti, toh selama ada kacanya , apapun yang kita lakukan tidak akan membuat dia meninggal, Dia harus membayar dengan kesakitan karena berani membuat mati hewan peliharaanku, Ular yang saya pelihara dari kecil." Setiap selesai cambuk menyentuhnya pasti badan Wen Pai bergetar dan menjerit dengan kencangnya. "Hayo, budak, minta ampun, nanti saya bebaskan kamu, turunkan dia." Kata Pangeran sambil mendatanginya. "Ambil kan garam kasar, baurkan ke seluruh badannya terutama yang tidak terlihat ada lukanya, saya ingin melihat kesengsaraannya." Para pengawal bergidik mendengar hukuman yang akan di berikan kepada Wen Pai, selama ini justru kulit yang tidak terluka itu ADALAH luka yang paling dalam dan itu diperlihatkan dari kaca kaca sekeliling ruangan ini. Didalam kaca, badan Wen
Merasakan cambuk memukulnya, Wen Pai tersadar dari meditasinya dan merasakan sedih, karena melupakan penderitaan Wen Pai kecil, iya mengapa dia melupakannya. "Bangun, perlihatkan mangkuk sedekahmu, " Kata ketua. Wen Pai memberikan mangkuk kosongnya dan di simpan oleh ketua dan terlihat sebilah rotan di tangannya, tanpa di suruh, Wen Pai manjuluekan tangannya siap di hukum, lima kali pukulan rotan membuat tangan Wen Pai biru ke merah merahan. Setelah melihat toko sudah di buka, tanpa menunggu mandor Wen Pai membuka gerobak satu lagi dan mulai memindahkan kotaknya dengan menahan rasa sakit di kedua tangannya , dada, punggung dan pahanya. Melihat kerja Wen Pai agak cepat, mandor berulah lagi, tiba tiba keisengannya keluar setelah mandor selesai makan siang , melihat Wen Pai berjalan ke gerobak, iseng iseng di cambuklah punggung khususnya duri di lempeng, sambil merasakan sakit Wen Pai tetap berjalan menuju gerobak ke dua untuk mengambil kotak terakhir da
"Jadi jual budak itu menguntungkan ya, saya mau mulai beli budak , ah. " "Kamu kira gampang mempunyai budak yang sehat." "Hei, tidak senang saya melihat kain kotor di pahanya, turunkan saja, dia toh budak, jadi bisa di perlakukan seperti apapun? "Hai, budak, saya lihat kamu sudah besar, kamu tentu bisa merentangkan kakimu sejajar pangkal paha, bukan? Mana cambuk, jawab saya." "Pangeran, maaf, budak ini tidak bisa berbicara." "Sial, justru saya paling senang mendengar mereka mengeluh dan menjerit." "Hei,masa kamu mau dia cuma merentangkan pahanya saja." "Oh, tentu saja tidak, mari kita berlomba menghukumnya, siapa yang paling banyak menghukumnya." "Kalau malam ini kita kurang puas, besok malam kita culik lagi dia." "Dia toh budak, asal tidak meninggal kita tidak salah." Mulailah pangeran itu memanjakan tangannya memainkan cambuk ke badan Wen Pai, tapi setiap kali cambuk itu mengenai lempeng besi , cambuk
"Tunggu, bukankah dia mau jadi pengemis, biarkan dia jadi pengemis." "Bukankah pemuda pemuda bangsawan yang kurang ajar itu senang menyiksa pengemis." "Hari ini biar dia menjadi pengemis." " Kita lihat, apa yang akan mereka lakukan?" "Hai, budak kamu duduk disana saya, dekat kumbangan, cari tempat yg kering, kamu duduk dengan mangkok mu di depan. Dengan posisi berlutut." "Ayaah, mereka datang membawa 2 pengemis yang berhasil di tangkap oleh mereka." "Hei, paman pengemis kenapa kamu melepaskan mereka, kami belum suruh di lepaskan." "Mau cari mati ya, apa mau saya minta ayahku untuk melarang pengemis ada di kota ini." "Tuan muda, mereka perlu makan." "Nih, saya kasih makan," sambil berkata begitu, pemuda itu membuang roti dan menginjaknya. "Itu, makan, ambil cepat." Di dorongnya lah pengemis itu. "Jangan ambil dengan tangan, makan dengan mulutmu." "Seperti ini, " sambil di injak
Dengan santai Wen Pai datang ke jantung pasar setelah mukanya di hitamkan oleh Ajudan Jendral dan disambut dengan cambukan ber tubi tubi dari mandor yang sedang marah sama pengemis. "Tuan mandor, jangan marah sama ketua, saya yang salah telah melarikan diri. Saya akan ganti kerugianmu, saya akan bekerja tiga hari untukmu tanpa bayar, setelah saya menyelesaikan pekerjaan ini. Tapi Tuan Mandor harus tetap membayar ketua." "Kamu janji mau bekerja untuk saya tiga hari setelah menyelesaikan pekerjaan ini, tapi ada tambahannya, jika kamu tidak mau tidak jadi." "Apa?" "Kamu harus tetap mau saya cambuk, baik kamu salah atau tidak atau di saat saya iseng." Wen Pai hanya mengangguk setuju. Setelah itu dia menghampiri gerobak ke empat, langitpun mulai hujan salju, Wen Pai menjatuhkan bajunya di bawah gerobak. Dengan diam dan membiarkan mandor mencambuk duri besi di badannya setiap Wen Pai menuju ke gerobak. Dan kadang kadang dia mengikuti d
Apa yang terjadi pada enam tahun? Disini tempat enam tahun menjadi pengemis, setiap pagi dia duduk disini dengan tangan yang harus diangkat se tinggi mulutnya, begitu dapat uang, dia harus masukan ke mulutnya untuk di kulum sampai mendapat uang lagi, uang yang di mulut harus di buang ke jalanan membiarkan pengemis yang lain mengambilnya, lalu uang yang di dapat dikulum lagi, begitu seterusnyaa Pernah sekali uang itu di simpan di kantungnya lalu ketika pangeran datang dia menaruhnya di mangkuk pengemisnya, saat itu saya pikir, pangeran akan senang , tapi ternyata pangeran membuka baju tipisnya dan mengiris kantong bajunya sampai menembus kulitnya. "Akan kamu simpan di mana lagi uang itu, bangun, di belakang celananya pun ada kantung lalu pangeran menarik celana sampai kencang dan kembali dasar celana itu di potong sampai menembus kulitnya. Di celana itu ada kantung dua jadi dua duanya di potong. Lalu hari itu pangeran mendapat uang tapi u
Wen Pai duduk di samping gerobak ke enam di bawah hujan salju yang deras, coba membayangi keadaan enam tahun ketika hujan salju juga. Di antara keputus asa an dirinya Wen Pai mendongak kan kepalanya dan tiba tiba dia bisa merasakan keadaan yang sama dengan sekarang. Enam tahun juga mendongak kan kepalanya dengan kesedihan memandang keatas memperhatikan turunnya salju. Tiba-tiba Wen Pai dapat merasakan dan dapat melihat keadaan enam tahun waktu kecil. Terbayang di matanya ketika dia waktu berumur beberapa bulan ketika bisa merangkak, dia ditaruh di ruang seluruh dinding adalah kaca, dia belum mengerti itu kaca, dia takut melihat begitu banyak anak yang seperti dia mengelilingi nya. Saat itu adalah pertama kalinya dia takut ruangan kaca. Lalu ketika dia berumur 1 tahun, dia diasuh oleh 3 orang pria yang datang membawa makanan dan minuman dan mengurus kebutuhan se hari hari, sesudah itu dia selalu ditinggalkan sendirian diruang kaca itu.
"Besok, saya akan kirimkan pakaian untuk Selir Lie, kamu sekarang bisa memakai baju lebih indah dari Roseline." Kebahagiaan yang luar biasa dialami oleh Rose, apa yang Rose inginkan tercapai. Besok dia akan mendapat pakaian yang indah dari Baginda Raja langsung , menjadi selir kesayangan Putra Mahkota dan putus hubungan dengan keluarga Jendral Lie dan Roseline. Kehidupan Rose makin hari makin membaik dan pelan pelan Rose yang asli keluar dan menjadi kepribadian yang sabar tapi penuh percaya diri dan berwibawa. Dan sering menemani Baginda Raja , putra mahkota membuat syair di gazebo di taman kerajaan khusus untuk Baginda Raja. Kadang kadang dia memetik alat musik kuno untuk menghibur Baginda Raja dan Putra mahkota, sehingga membuat iri selir selir Baginda Raja dan sel
Selamat membaca dan menikmatinya. Saya bukan anggota keluarga Jendral Lie lagi dan saya mohon Baginda Raja memutuskan hubungan saya dengan mereka, jadikanlah saya budak setia putra mahkota saja yang sudah tidak ada hubungan lagi dengan mereka terutama Roseline, jika sampai nyonya Jendral Liu dan Selir Chu ingin mempersulit saya, saya mohon keadilan dari Baginda Raja., Mohon Rose. Putra Mahkota kaget dengan permintaan Rose. Apakah Baginda Raja akan marah karena kelancangan Rose atau mengabulkannya? “Ha… ha… ha… , sifat kamu juga sama dengan bibi kamu, jika dia sudah marah, apapun dia tidak takut, sayang dia terkena penyakit, sehingga terlambat mengobatinya. Baiklah saya kaburkan, kamu akan diangkat menjadi selir kesayangan putra mahkota, jika kamu bisa melahirkan anak
SELAMAT MEMBACA “Mari masuk ke ruangan santai.” kata Baginda raja . Mereka masuk keruangan santai Baginda Raja, dimana ada kursi yang ditengahnya ada tempat menaruh makanan. Baginda Raja duduk dan menyuruh Putra Mahkota duduk di sampingnya. “Ceritakan siapa kamu?” tanya Baginda Raja lebih lanjut. “Hamba adalah budak Putra mahkota.” Kata Rose dengan sopan. “Bukan itu yang saya maksud.” Kata Baginda Raja Emosi. “Rose, ceritakanlah semuanya.” Kata Putra Mahkota lembut. “Putra Mahkota tahu nama saya.’ Kata Rose kaget. “Tentu, nyonya jendral
SELAMAT MEMBACA SEMOGA MENIKMATINYA. "Jika kamu tidak becus juga membuka baju saya, nanti sesudah mandi, telapak tangan kamu saya rotan tiap telapak tiga kali, terserah kamu mau pillih yang mana?" Ancam putra mahkota. Rose dengan menahan malu dan wajah bersemu merah membantu putra mahkota membuka bajunya dan melihatnya utuh tanpa sehelai benang juga, di dalam hatinya dia menghibur dirinya. “Saya adalah budak, harus mengikuti perintah atasan, adakah kekuasaan saya menolaknya, lupakan malu, seorang budak sudah tidak ada malu lagi.” Batin Rose. dan dia mengerasi diri dan akan melakukan apapun yang diperintahkan dan dia tidak boleh malu. “Sekarang , kamu berdua turun dan layani saya, gosok seluruh badan saya tanpa kecuali. K
Selamat membaca semoga senang dengan ceritanya Selesai perjamuan mereka pulang dengan masing masing membawa seorang budak, kecuali putra mahkota membawa dua kung kung. Mulai hari ini , Rose masuk ke istana sebagai kung kung Lie. Sampai diistana, sudah malam dan kung kung Lie dan kung kung Mu tidur di satu kamar disebalah kamar putra Mahkota. Kung kung Wei disuruh istirahat, jadi yang harus menemani putra mahkota adalah kung kung Lie. “Rapikan ranjang, saya mau tidur,” kata Putra Mahkota. “Ya, tuanku.” Jawab Rose. “Sini kamu, naik keatas ranjang , berbaring di s
Selamat membaca"Hmmm, nanti setelah menjadi budak saya , akan selalu saya hukum berlutut kamu di samping saya, sampai kamu memohon ampun atau menangis, akan saya didik kamu menjadi budak yang tidak dapat berkata apapun." Kata putra mahkota dalam hati.Pertandingan di mulai , para budak laki laki disuruh berlarian secara acak di lapangan utama, biasa digunakan untuk menghukum para budak, hari ini para budak dan pelayan tidak bekerja pekerjaan rutin.Para budak dijadikan hewan buruan para bangsawan, mereka akan dipanah di tempat tempat yang tidak mematikan, anah panahnya pun , anak panah khusus yang tidak akan menimbulkan luka tembus, tapi mendatangkan luka memar.Para budak tidak boleh memakai baju lengkap, mereka hanya memakai celana pendek setengah lutut.
Cuplikan cuplikan kejadian apalagi yang akan terlihat oleh Rose sekarang? Bagaimana jadinya ini, Lisa itu bukan seorang wanita feminim, dia itu dari kacil tidak suka melakukan semua kegiatan wanita, terutama memasak, menjahit, melukis dan menyulam, apa jadinya kalau putra mahkota menginginkan semua itu. Beberapa hari lagi Festival istimewa akan diadakan, dan Rose harus bersiap menjemput putra mahkota. Rose sudah mendapat kiriman baju baru untuk dikenakan waktu Festival. Tentu saja bukan baju untuk Tuan putri, tapi hanya baju murah untuk pakaian budak. Rose sudah dipermandikan secara rendaman air obat hangat untuk membuat badannya tercium wangi dan khusus malam ini, Rose direndam dalam air obat hangat didepan perkarangan tabib selama semalam, besok sebelum matahari te
Persiapan apa saja yang akan dilakukan Rose untuk menjadi budak putra mahkota? Setelah sore, para budak wanita dengan lesu dan lemah, karena tidak makan dan minum digiring ke bilik mereka dan dikunci dari luar. "Sungguh enak budak baru itu, belum apa apa telah disayang oleh Jendral Lie. Tunggu sampai saya jadi budak kesayangan Baginda Raja, akan saya balas semuanya ini." Kata budak wanita yang tercantik sekarang di perkampungan ini. Dia beberapa hari yang lalu tidak dipilih oleh para bangsawan dan mereka dengan bercanda mengatakan;" Ah..., kamu tidak pantas menjadi budak kesayangan kami, lebih pantas kamu jadi budak Baginda Raja." Para Bangsawan tidak senang melihat kesombongannya, sehingga mengatakan itu dengan lucu, tapi berhubung budak ini besar diperkampungan ini dan belum pernah mendapat pendidikan formal tata krama , jadi dia tidak sadar di katain. Sekarang budak sombong inilah yang menguasai bilik budak ini dan makin sombong dan tidak t
"Apa? kamu budak tidak tahu diri mau belajar pengobatan tradisional." Pekik Jendral Lie dengan murka. ” Hmmm…, kamu mau jadi tabib , boleh, Hei, tabib Lie, ambil kan saya tumbuhan racun yang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa setiap yang memakan menggerakkan badannya.” Perintah Jendral Lie lebih Lanjut. Tabib Lie tidak dapat menolak dan mengambilkan nya sehelai daun yang berwarna ungu dan memberikannya kepada Jendral Lie. “Makan ini.” Perintah Jendral Lie kepada Rose. Rose dengan patuh mengambilnya dan memakannya , dikunyah sampai habis dan dia hanya dapat terpekur merasakan sakit yang makin menjalar di seluruh tubuhnya, sampai menggigil dia menahan sakit itu. “Jangan kamu kasih penawarnya kepada dia, racun ini tidak