Merasakan cambuk memukulnya, Wen Pai tersadar dari meditasinya dan merasakan sedih, karena melupakan penderitaan Wen Pai kecil, iya mengapa dia melupakannya.
"Bangun, perlihatkan mangkuk sedekahmu, " Kata ketua.
Wen Pai memberikan mangkuk kosongnya dan di simpan oleh ketua dan terlihat sebilah rotan di tangannya, tanpa di suruh, Wen Pai manjuluekan tangannya siap di hukum, lima kali pukulan rotan membuat tangan Wen Pai biru ke merah merahan.
Setelah melihat toko sudah di buka, tanpa menunggu mandor Wen Pai membuka gerobak satu lagi dan mulai memindahkan kotaknya dengan menahan rasa sakit di kedua tangannya , dada, punggung dan pahanya.
Melihat kerja Wen Pai agak cepat, mandor berulah lagi, tiba tiba keisengannya keluar setelah mandor selesai makan siang , melihat Wen Pai berjalan ke gerobak, iseng iseng di cambuklah punggung khususnya duri di lempeng, sambil merasakan sakit Wen Pai tetap berjalan menuju gerobak ke dua untuk mengambil kotak terakhir da
"Jadi jual budak itu menguntungkan ya, saya mau mulai beli budak , ah. " "Kamu kira gampang mempunyai budak yang sehat." "Hei, tidak senang saya melihat kain kotor di pahanya, turunkan saja, dia toh budak, jadi bisa di perlakukan seperti apapun? "Hai, budak, saya lihat kamu sudah besar, kamu tentu bisa merentangkan kakimu sejajar pangkal paha, bukan? Mana cambuk, jawab saya." "Pangeran, maaf, budak ini tidak bisa berbicara." "Sial, justru saya paling senang mendengar mereka mengeluh dan menjerit." "Hei,masa kamu mau dia cuma merentangkan pahanya saja." "Oh, tentu saja tidak, mari kita berlomba menghukumnya, siapa yang paling banyak menghukumnya." "Kalau malam ini kita kurang puas, besok malam kita culik lagi dia." "Dia toh budak, asal tidak meninggal kita tidak salah." Mulailah pangeran itu memanjakan tangannya memainkan cambuk ke badan Wen Pai, tapi setiap kali cambuk itu mengenai lempeng besi , cambuk
"Tunggu, bukankah dia mau jadi pengemis, biarkan dia jadi pengemis." "Bukankah pemuda pemuda bangsawan yang kurang ajar itu senang menyiksa pengemis." "Hari ini biar dia menjadi pengemis." " Kita lihat, apa yang akan mereka lakukan?" "Hai, budak kamu duduk disana saya, dekat kumbangan, cari tempat yg kering, kamu duduk dengan mangkok mu di depan. Dengan posisi berlutut." "Ayaah, mereka datang membawa 2 pengemis yang berhasil di tangkap oleh mereka." "Hei, paman pengemis kenapa kamu melepaskan mereka, kami belum suruh di lepaskan." "Mau cari mati ya, apa mau saya minta ayahku untuk melarang pengemis ada di kota ini." "Tuan muda, mereka perlu makan." "Nih, saya kasih makan," sambil berkata begitu, pemuda itu membuang roti dan menginjaknya. "Itu, makan, ambil cepat." Di dorongnya lah pengemis itu. "Jangan ambil dengan tangan, makan dengan mulutmu." "Seperti ini, " sambil di injak
Dengan santai Wen Pai datang ke jantung pasar setelah mukanya di hitamkan oleh Ajudan Jendral dan disambut dengan cambukan ber tubi tubi dari mandor yang sedang marah sama pengemis. "Tuan mandor, jangan marah sama ketua, saya yang salah telah melarikan diri. Saya akan ganti kerugianmu, saya akan bekerja tiga hari untukmu tanpa bayar, setelah saya menyelesaikan pekerjaan ini. Tapi Tuan Mandor harus tetap membayar ketua." "Kamu janji mau bekerja untuk saya tiga hari setelah menyelesaikan pekerjaan ini, tapi ada tambahannya, jika kamu tidak mau tidak jadi." "Apa?" "Kamu harus tetap mau saya cambuk, baik kamu salah atau tidak atau di saat saya iseng." Wen Pai hanya mengangguk setuju. Setelah itu dia menghampiri gerobak ke empat, langitpun mulai hujan salju, Wen Pai menjatuhkan bajunya di bawah gerobak. Dengan diam dan membiarkan mandor mencambuk duri besi di badannya setiap Wen Pai menuju ke gerobak. Dan kadang kadang dia mengikuti d
Apa yang terjadi pada enam tahun? Disini tempat enam tahun menjadi pengemis, setiap pagi dia duduk disini dengan tangan yang harus diangkat se tinggi mulutnya, begitu dapat uang, dia harus masukan ke mulutnya untuk di kulum sampai mendapat uang lagi, uang yang di mulut harus di buang ke jalanan membiarkan pengemis yang lain mengambilnya, lalu uang yang di dapat dikulum lagi, begitu seterusnyaa Pernah sekali uang itu di simpan di kantungnya lalu ketika pangeran datang dia menaruhnya di mangkuk pengemisnya, saat itu saya pikir, pangeran akan senang , tapi ternyata pangeran membuka baju tipisnya dan mengiris kantong bajunya sampai menembus kulitnya. "Akan kamu simpan di mana lagi uang itu, bangun, di belakang celananya pun ada kantung lalu pangeran menarik celana sampai kencang dan kembali dasar celana itu di potong sampai menembus kulitnya. Di celana itu ada kantung dua jadi dua duanya di potong. Lalu hari itu pangeran mendapat uang tapi u
Wen Pai duduk di samping gerobak ke enam di bawah hujan salju yang deras, coba membayangi keadaan enam tahun ketika hujan salju juga. Di antara keputus asa an dirinya Wen Pai mendongak kan kepalanya dan tiba tiba dia bisa merasakan keadaan yang sama dengan sekarang. Enam tahun juga mendongak kan kepalanya dengan kesedihan memandang keatas memperhatikan turunnya salju. Tiba-tiba Wen Pai dapat merasakan dan dapat melihat keadaan enam tahun waktu kecil. Terbayang di matanya ketika dia waktu berumur beberapa bulan ketika bisa merangkak, dia ditaruh di ruang seluruh dinding adalah kaca, dia belum mengerti itu kaca, dia takut melihat begitu banyak anak yang seperti dia mengelilingi nya. Saat itu adalah pertama kalinya dia takut ruangan kaca. Lalu ketika dia berumur 1 tahun, dia diasuh oleh 3 orang pria yang datang membawa makanan dan minuman dan mengurus kebutuhan se hari hari, sesudah itu dia selalu ditinggalkan sendirian diruang kaca itu.
"mmm, saya lupa. "Hai, budak buka sepatumu., saya akan memberimu hadiah." "Sana, tidur di genangan salju itu, itu ditengah." "Bagus, angkat kakimu, sampai telapak kakimu, menghadap ke atas." "Berikan rotan , saya akan memberinya hadiah." " Tapi, kakak, telapak kaki tidak boleh di pukul, kalau tidak terpaksa."Ajudan jendral dua berkata sambil menyerahkan rotan ke ajudan jendral yang pertama. Tanpa bicara apapun, ajudan jendral pertama memukuli rotan ke telapak kaki Wen Pai sebanyak lima kali sekencangnya. Terlihat memar biru ke merahan yang lumayan benjolannya. Sesudah itu ke dua ajudan itu pergi. Wen pai bangun dan duduk disamping gerobak ke enam. Menunggui pagi menjelang, Wen Pai melakukan meditasi sebentar. Begitu toko buka, Wen Pai mengangkat kotak dari gerobak ke enam dan selesai setelah makan siang dan mandor Tan membayar satu batang perak diberikan ke ketua dan Wen Pai pun mau jalan,
Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan hukuman. Terlihatlah Duduk Baginda Raja dan ternyata juga ada Raja dan Ratu negara Cin. Mereka memberi hormat ke pada Baginda Raja dan Raja dan Ratu negara Cin. Setelah memberi hormat Jendral Shen dan Pangeran Subwen berdiri. Wen Pai tetap berlutut sambil menundukkan kepala. "Siapa diantara kalian yang mau cerita?"tanya Baginda Raja. Pangeran Subwen berkata:"saya sebenarnya hanya iseng menyuruh Wen Pai mencambuk budak saya, tapi saya sungguh tidak tahu dia adalah budak yang terendah itu." "Apakah dia tidak menolak." Tanya Baginda Raja kembali. " Dia sepertinya keberatan lalu saya menggunakan kekuasaan, tentu saja tidak ada seorang budakpun yang bisa menolak saya." "Mmm. Karena ini menyangkut pangeran dan budak yang mencelakakan tuan putri, jadi saya menentukan Wen Pai akan saya berikan kepada Raja dan Ratu negara Cin sebagai budak disana." "Bagaimana Jendral Shen apa
"Belum" Jawab Pangeran Subwen bingung."Pangeran saya mau pinjam rantai itu ," perintah Raja Negara Cin."Ya, Tuan Raja." Jawab Pangeran Subwen."Tadi kamu ada berkata, katamu ke negara Cin pertama kali untuk apa? dan kamu juga ada berkata ibumu pernah bilang rantai ini akan mencari orang yang cocok? Tahukah kamu setelah dia menemukan orang yang cocok itu, dia akan bersatu dengan orang itu." Tanya Raja sambil menjelaskan."Saya pergi ke negara Cin karena mau berziarah ke makam ibu dekat dengan rumah yang dihuni anak itu, Makamnya tidak seperti biasa, makam itu ada di goa, begitu saya bertemu ibu yang tidak di dalam peti mati tapi di batu giok didalam goa .Ayah menyuruh saya menyentuhkan rantai itu dan berkata:" ibu saya sudah datang untuk menggantikan ibu untuk menjaga rantai ini sampai bertemu dengan pemilik rantai ini. setelah itu jasad ibu menghilang menjadi sinar putih dan memasuki badan saya melalui kepala." Terang pangeran Subwen."Ap