Share

004 - Pengkhianatan

Penulis: Narubi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-09 14:41:52

“HAH?!”

Fikri mengelap wajahnya membuat Sukma sadar jika air yang ada di mulutnya telah keluar dan menyembur tepat ke wajah pria itu.

“Ah, maaf, maaf!” paniknya seraya mengambil tisu, mencoba membersihkan sisa air yang masih menempel di wajah Fikri.

Namun sebelum tangannya menyentuh wajah Fikri, pria itu mengisyaratkan agar Sukma kembali duduk. Ia mengelap sendiri wajahnya dengan tisu, kemudian kembali menatap Sukma dengan tenang.

Wajah Sukma terlihat sangat bersalah, namun ia duduk kembali sesuai dengan apa yang diminta oleh Fikri.

“Jadi apa jawaban kamu?”

Tidak ada jawaban, Sukma terlihat begitu bingung dengan pertanyaan itu. Otaknya masih melayang pada semburan air dari mulutnya yang mengenai wajah pria tampan di hadapannya, Sukma benar-benar merasa bersalah.

Karena tidak mendapat jawaban apapun, Fikri menjentikan jarinya beberapa kali di hadapan Sukma.

“Hah? A-ah, apa?” Sukma bereaksi agak lama.

“Jadi,” Fikri menghela nafas. “Apa jawaban kamu?” tanya pria itu sekali lagi, wajahnya terlihat tidak serius dengan apa yang ditanyakannya barusan.

“Jawaban apa?” Sukma semakin terlihat linglung, otaknya masih belum sinkron dengan pertanyaan yang diajukan Fikri sebelumnya.

“Kamu mau menikah dengan saya?”

“Hah?!” dahi Sukma mengerut. “Kenapa? Saya saja baru tahu nama Anda, bagaimana Anda bisa mengatakan lelucon semacam itu.”

“Itu bukan lelucon, saya tidak sedang bercanda.”

“Tapi….”

Sukma tidak bisa melanjutkan kalimatnya, ia sangat bingung dengan apa yang ditawarkan pria itu. Reaksi yang sangat wajar, manusia mana yang akan memberikan jawaban jika dilamar begitu saja oleh orang yang baru saja diketahui namanya.

'Tapi dia ada di mimpi gue, jadi mungkin aja…,' batin Sukma sambil menatap Fikri.

“Baik, saya memang terlalu mendadak mengatakan ini. Tidak salah kamu kebingungan dengan pernyataan saya barusan, saya sangat mengerti.”

'Bukan kebingungan, aneh aja. Kalau pernyataan cinta masih mending, ini lamaran pernikahan!' Jerit Sukma dalam hati.

“Saya akan memberikan kamu waktu, tapi saya harap kamu memikirkan jawaban secepatnya.”

'Hah?! Nih pangeran ngebet nikah apa gimana? Gue aja nggak terlalu kenal,' kesal Sukma dalam hati.

“Ini,” Sukma berdehem. “Aneh banget sebenernya, tolong jelaskan ke saya kenapa Anda ingin menikah dengan saya?”

Fikri diam, mulutnya seolah terkunci. Pikirannya kembali melayang, ke hal yang membuatnya marah.

Tidak lama pria itu berdiri, menghela nafas panjang. “Kamu tidak perlu tau itu,” ujarnya dengan dingin.

Sukma melongo, mendengus sambil menatapnya dengan wajah tidak percaya. 'Ternyata dia bukan pangeran gue, cuma cowok aneh,' batin Sukma ikut berdiri, keduanya bertatapan dalam diam.

“Kalau begitu saya permisi, terimakasih atas makan malamnya.”

Tingkah Sukma membuat Fikri terkejut, ia langsung menghalangi langkah gadis itu saat akan beranjak dari tempatnya berdiri.

“Kamu menolak?”

“Tentu saja saya menolak, wanita mana yang akan menerima lamaran pria yang baru saja mengenalkan nama. Anda ini aneh sekali,” kesal Sukma seraya mencoba menerobos tubuh pria yang menghalanginya.

“Jangan ditolak, saya mohon.”

Dahi Sukma mengernyit. “Kalau begitu sebutkan alasannya, biar saya faham mengapa Anda melamar saya mendadak seperti ini.”

'Gue juga pengennya langsung nerima, tapi gue masih waras. Mana ada cowok tiba-tiba dateng dadakan terus langsung ngelamar, emang ini cerita dongeng.'

Fikri menghela nafas. “Karena… karena saya menyukai kamu, tapi baru berani mengungkapkan.”

Sukma tercengang, ia merasa ada bunga yang tumbuh di hatinya. Sesaat kemudian menggeleng kepala kasar, menatap pria di hadapannya dengan tatapan serius.

“Bagaimana Anda bisa menyukai saya, bertemu saja tidak pernah.”

“Saya sering melihat kamu di kantor,” jelas Fikri.

“Hah? Memangnya Anda satu kantor dengan saya?”

“Tidak, saya rekan bisnis bos di kantor kamu.”

“Tapi… kok saya tidak pernah lihat.”

“Saya sering lihat kamu dari kejauhan.”

Sukma tidak percaya, seumur bekerja di perusahaan itu, belum pernah sekalipun ia melihat Fikri. Pertemuan pertama Sukma dengan Fikri bukan di kantor, melainkan di taman yang lokasinya dekat dengan rumahnya. Jadi, bagaimana bisa?

“Tolong kamu pikirkan dengan serius lamaran saya itu,” ujar Fikri dengan wajah memelas, Sukma semakin terlihat bingung dan merasakan ada hal aneh tentang Fikri yang melamarnya.

Lama keduanya terdiam di posisi sama, Fikri akhirnya mengakhiri pertemuan itu tanpa memaksa lagi perihal lamaran itu pada Sukma.

Fikri mengantarkan Sukma ke tempat sebelumnya. Saat turun dari mobil, Sukma masih menatap pria itu dengan penuh keraguan.

“Bu, kalau misal ada yang ngelamar Sukma tapi Sukma nggak kenal cowoknya? Gimana?”

Ibu Sukma terdiam, kemudian terbahak. Keduanya tengah menonton televisi sambil menikmati martabak malam itu. “Emang ada?” tanyanya masih sambil terus tertawa.

Sukma mendengus, matanya mendelik. “Ada, makanya aku tanya Ibu!” kesalnya.

Namun bukannya menjawab, Ibu Sukma malah tertawa lebih keras membuat putrinya langsung menyesal karena bertanya hal itu pada ibunya.

“Kenapa ketawa mulu sih, emang segitu lucunya pertanyaan aku?!”

“Lucu, lucu banget,” ibu Sukma tertawa sampai tersedak makanannya sendiri, kemudian disodorkan air di gelas oleh Sukma. “Lagian kamu ada-ada aja, jangan terlalu ngayal ketinggian. Jatuhnya sakit loh,” jelasnya sambil terus memasukan martabak ke mulutnya.

“Aku nggak ngayal, iiih!” Sukma berdiri, wajahnya terlihat kesal.

Gadis itu masuk ke dalam kamar dengan langkah kasar, mata sang ibu memperhatikan sambil menggeleng kepala pelan.

“Apa karena terlalu sering ditanya kapan nikah, ya? Dia jadi gitu,” gumam ibu Sukma yang merasa khawatir dengan putrinya. “Kayaknya nggak boleh sering tanya dia soal kapan nikah lagi.”

***

Selama di dalam mobil, Fikri terus mengulang apa yang dipikirkannya. Sesekali wajahnya terlihat frustasi, kesal pada diri sendiri.

'Kayaknya gue terlalu berlebihan libatin dia, apa mundur aja?' Batinnya bertanya. Namun saat memikirkan wanita itu, kebencian Fikri semakin menjadi.

“Sial!” Fikri mengumpat seraya memukul stir mobil. “Tapi gue nggak mau kalah,” gumamnya dengan wajah dingin. “Nggak sebelum gue bisa buktiin,” gumamnya lagi.

Mobil mewah yang dikendarai Fikri berbelok, kemudian masuk gerbang yang menampilkan rumah mewah di dalamnya. Ia memarkirkan mobilnya di depan rumah, seorang pelayan datang dan menerima kunci yang diserahkan Fikri.

Saat akan memasuki pintu, seorang pelayan lain terlihat membungkuk di hadapannya. “Nyonya ada di rumah, dia menunggu Tuan di ruang makan.”

“Saya sudah makan, akan langsung tidur.”

Tidak ada jawaban, pria paruh baya itu hanya membungkuk seraya mengikuti langkah tuannya dari belakang.

Langkah Fikri terhenti saat melihat wanita berdiri di dekat tangga dengan senyum, seorang wanita yang sangat dikenalnya begitu baik. Namun tidak setelah apa yang selalu menjadi rahasianya terkuak, membuat Fikri tidak bisa lagi mengenali wanita itu.

Wanita itu melangkah dengan anggun, gaun merah menjuntai yang menampakkan belahan dadanya terseret begitu saja. Perhiasan yang menghiasi tubuhnya semakin berkilauan, saat lampu ruangan berada persis di atasnya.

Penampilan wanita itu sungguh cantik, baik wajah maupun tubuhnya terlihat begitu menggoda. Namun bukannya tergoda, Fikri malah berdecak kesal menatapnya dengan wajah dingin.

“Kenapa pulang malem?” nada suara wanita itu terdengar mendayu, seperti tidak memperdulikan bahwa pelayan masih ada di belakang Fikri menundukan pandangannya.

Saat tangannya akan menyentuh wajah Fikri, pria itu langsung menepis tangan si wanita dengan segera. “Jangan gunakan pakaian terlalu terbuka disini, ada banyak mata yang melihat.”

“Kenapa? Mereka hanya para pelayan, tidak akan ada yang berani berkomentar.” Wanita itu melingkarkan tangannya di leher Fikri, tersenyum dengan sangat manis.

“Selain itu,” si wanita melonggarkan dasi Fikri sambil terus tersenyum. “Aku ingin menyambutmu malam ini, aku yakin kamu pasti puas dan akan ketagihan.”

Fikri mendengus, matanya menatap tajam wanita yang bergelayut di tubuhnya. “Bukankah kamu memiliki laki-laki yang perlu disambut?” sarkasnya.

Terlihat si wanita hanya mengulum senyum, mengelus dada Fikri dengan begitu lembut. Ia mendekatkan wajahnya, tepat ke telinga Fikri. “Kamu masih marah?” ujar si wanita sambil mengecup leher pria itu. “Aku tidak serius saat bermain dengannya, dia hanya sekedar penghilang rasa bosan. Wajar jika aku bermain sebentar, kamu pasti faham.”

Fikri mendorong tubuh wanita itu tepat saat si wanita akan mendaratkan kecupan di bibirnya, wajahnya terlihat kesal. Meski terlihat agak kesal, namun wanita itu terus mengulum senyum sambil membenarkan rambut curly-nya.

“Serius atau tidak, kamu sudah melakukannya dengan pria lain. Itu sebuah pengkhianatan,” ujar Fikri sambil beranjak pergi diikuti oleh pelayan pria paruh baya di belakangnya.

Mata si wanita mendelik, menatap punggung Fikri yang tengah menaiki tangga. Ia memang kesal, namun sesaat kemudian tersenyum miring. “Kamu memang membenciku, tapi tidak akan bisa melepaskanku. Bukan begitu, Fikri honey.”

Narubi

Like, komen, and share.

| Sukai

Bab terkait

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    005 Undangan

    Meski awalnya tidak percaya dengan lamaran dadakan yang dilayangkan pria yang baru saja dikenalnya, namun Sukma tetap memikirkan lamaran itu dengan serius. Ia bahkan mulai membayangkan membangun rumah tangga dengan Fikri, sebelum tersadar dan memukul kepalanya keras. “Apa-apaan sih gue, belum juga nikah udah mikir ke yang lain.” Sukma menghela nafas kasar, memeluk gulingnya erat. “Tapi… apa salahnya sih dicoba.” “Tapi masa nerima lamaran gitu aja, gengsi dong. Tapi…” Dan masih banyak kalimat tapi lainnya yang membuat Sukma hanya uring-uringan malam itu. Beberapa hari berlalu, tidak ada kabar dari Fikri membuat Sukma terus saja menghela nafas. Ia merasa lega, namun juga kecewa. Chintya yang duduk di sebelahnya terus saja melirik Sukma, ia merasa ada yang aneh dengan tingkah temannya itu. “Jangan bilang loe nggak terima gara-gara Hanan tunangan, ya?” Sukma begidik, saat mendengar bisikan Chintya tepat di telinganya. “Apaan sih, pake bisik-bisik segala.” “Gue tanya loe nggak terima

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    006 Pernikahan

    “Kenapa Anda seenaknya, merencanakan pernikahan tanpa memberitahu saya!” Suara Sukma membahana memenuhi seluruh ruangan, emosinya naik sampai ubun-ubun kala protesnya hanya ditanggapi wajah datar oleh Fikri. “Ibu kamu setuju, saya juga tidak dengar penolakan dari kamu.” “Tidak menolak bukan berarti setuju!” pekiknya. “Batalkan!” kesalnya. “Tidak bisa,” jawab Fikri enteng. “BATALKAN!” paksanya dengan wajah merah padam, tidak bisa dipungkiri lagi jika Sukma sangat ingin mencakar wajah tampan Fikri kali ini. “Mana mungkin saya batalkan, akadnya akan dimulai beberapa jam lagi.” Sukma membuka mulutnya, oksigen yang masuk ke paru-parunya seakan berkurang drastis. Gadis itu memejamkan mata dan mengepalkan tangan kuat, mencoba meredakan emosi yang benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi. ‘Ini gara-gara Ibu,’ batinnya kesal. ‘Dia maksa banget pake lemparin banyak dalil anak durhaka segala,’ rutuknya. “Ini gara-gara Ibu, saya cuma ikutin apa keinginan dia.” “Kalau begitu, lanjutka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    007 Kegagalan Malam Pertama

    “Mau kemana?” tanya Sukma dengan wajah bingung, melihat Fikri yang sesaat setelah selesai mandi malah hendak pergi. “Saya masih ada urusan di luar, kamu tidur duluan saja.” ‘Hah?’ Sukma terbengong, menatap kepergian Fikri dengan dahi mengernyit. ‘Bukannya harusnya kita malam pertama-an? Bukan berarti gue ngebet, tapi normalnya kan gitu? Apa dia nggak normal?’ “Astagfirullah,” gumam Sukma sambil memukul kepalanya pelan. “Mikir apa sih gue, bagus kalau misalkan tuh cowok kagak ngebet gituan. Lagian gue juga cape, belum nyiapin mental juga.” Sukma menghela nafas seraya membaringkan tubuhnya di kasur. “Tapi, aneh banget nggak sih?” tanyanya pada diri sendiri. “Biasanya cowok bakal ngebet banget kalau udah sah walaupun nggak suka? Gitu kata temen kantor gue.” Ekor mata Sukma beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. ‘Urusan apa tengah malem gini?’ Batin Sukma yang membuat dahinya mengerut semakin dalam. ‘Bodo ah,’ kesalnya. ‘Bukan urusan gue.’ Dengan pikiran yang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    008 Saya Istrinya

    Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Fikri, membuatnya meringis namun terkekeh pada akhirnya. Ia menatap Sukma dengan tajam. “Apa yang Anda lakukan!” pekik Sukma seraya mengusap kasar bibirnya yang masih basah, matanya melotot sempurna karena begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Fikri barusan. “Saya hanya mengabulkan permintaan kamu, salah lagi?” “Bukan itu,” Sukma tercekat. “Bukan begini, kita sedang bicara. Saya hanya ingin mendengar jawaban, bukan hal seperti itu.” “Saya malas menjawab dengan kalimat panjang lebar,” Fikri melangkah semakin dekat membuat Sukma mundur beberapa langkah. “Jadi saya gunakan tindakan untuk menjawab pertanyaan kamu, itu lebih cepat.” Gigi Sukma bergemeletuk, wajahnya terlihat amat marah. Bukan hanya pada apa yang dilakukan suaminya barusan, namun pada sikap kurang ajar pria yang dulu sempat dianggapnya sebagai pangeran. “Kenapa saya mau menikah dengan pria brengsek seperti Anda!” geram Sukma yang membuat Fikri menatapnya lebih tajam. ‘

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    009 Jadi Saya Ini Apa?

    Sukma tergesa turun ke lobi, memesan taksi offline agar lebih cepat pergi meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak ada hal yang ingin dilakukannya selain segera sampai rumah, menenangkan tubuhnya yang bergetar hebat setelah mendengar fakta yang sama sekali tidak disangkanya. Makanan mahal yang terlanjur dipesannya, dibiarkan begitu saja. Ia terlalu syok jika harus melanjutkan makan siangnya di kondisi seperti itu. Saat sampai rumah, beberapa kali Sukma hampir saja oleng. Tangannya bergetar hebat kala hendak mengambil air minum di gelas, membuatnya mengurungkan niatnya dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas terengah. “Sial!” umpatnya sambil memegang kepalanya kuat, menjambak rambutnya sendiri namun tidak membuat perasaan Sukma semakin lebih baik. “Harusnya gue tau dari gelagatnya, Fikri nggak mungkin belum nikah.” Sebelumnya, wanita cantik yang wajahnya sangat dikagumi Sukma mengenalkan diri. Bukan perkenalan biasa, sebuah perkenalan yang membuat Sukma melongo. Wanita canti

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-24
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    010 Tidak Peduli

    "Hah? Ma...." Fikri berjalan mendekat, wajahnya didekatkan tepat di telinga Sukma. "Kalau begitu, selamat tidur istriku." Tanpa rasa bersalah, Fikri berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sukma yang mematung dengan seribu tanda tanya di kepalanya. Gadis itu masih mencoba mencerna apa yang dikatakan Fikri sebelumnya, tentang pernikahan siri yang mungkin dilakukannya tanpa sadar. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang sebelumnya dijadikan tempat Fikri berdiri, wajah Sukma mirip patung karena tidak menampilkan ekspresi apapun. Datar. 'Ma-maksudnya?' Sukma tidak bereaksi, lebih tepatnya tidak bisa bereaksi. Ia melakukan sebuah kesalahan, kesalahan besar dalam pernikahan. Seharusnya ia memang menolak pernikahaan itu, apapun alasannya. Harusnya ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan ibunya, tidak peduli jika undangan sudah tersebar ke para tetangga atau bahkan kerabat jauhnya sudah datang ke rumahnya untuk ikut merayakan hari pernikahannya, tidak peduli jika ia harus menanggung

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    011 Hal Mengejutkan

    Sukma bisa bernafas lega, untuk kali ini. Sesuai dengan perkiraannya, Hanan memang memberikan surat undangan pernikahan sekaligus basa basi dengannya yang menikah lebih dulu. "Kirain gue yang ngejutin loe, ternyata loe yang ngejutin gue. Pake nikah dadakan," kekeh Hanan sambil terus menyuap nasi goreng kesukaannya. Sukma ikut terkekeh, suasana hatinya semakin membaik terlebih saat menerima undangan pernikahan Hanan. "Gue juga nggak nyangka, tapi mo gimana, emang udah jodoh kali." 'Jodoh?' cebik Sukma dalam hati. 'Jodoh yang dipaksakan dan sekarang gue nyesel.' "Tapi bener loh, gue bener-bener nggak nyangka. Loe kenalan sama dia dimana?" tanya Hanan penasaran, sudah lama ia memikirkan hal itu. Terlebih, sebelumnya Hanan tidak pernah tahu jika ada pria yang dekat dengan Sukma. Kalaupun ada, Hanan pasti tahu dari Gladis yang entah mengapa selalu memberikan info mengenai Sukma. Mendadak Sukma diam mendengar pertanyan itu, bingung harus menjawab apa. "Ke-kenalan di... mimpi?" Dahi H

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    012 Bukan Selingkuh

    "Kalau nggak suka, harusnya jangan senyumin gue. Jadi kan gue nggak salah faham, malu-maluin banget." Gladis masih saja menggerutu, bahkan setelah ketiganya masuk ke dalam bioskop dan duduk di kursi baris ke 3 dari belakang. Sedangkan pemuda yang sedari tadi ditatapnya, duduk di baris ke 5 dari bagian belakang. Jadi, ia bisa melihat dengan jelas tingkah pemuda yang sebelumnya amat menarik perhatiannya. Pemuda itu terlihat mengusap wajah wanita di sampingnya dengan lembut, bahkan sempat mencium bahunya hingga membuat Gladis semakin kesal. "Kalau mau mesra-mesraan, harusnya di kamar hotel. Mesra-mesraan di bioskop," geram Gladis, matanya terus saja menatap tajam ke arah pemuda yang kini mulai merangkul wanita di sampingnya. Gladis terus saja mengeram, ia terlihat amat kesal dengan tingkah dua sejoli yang diketahuinya adalah pasangan itu. Chintya hanya terus menghela nafas, mencoba untuk menghiraukan Gladis yang marah-marah tidak jelas karena tingkah pasangan yang bahkan tidak diketah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03

Bab terbaru

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    016 Pemuda Itu

    "Ada apa lagi?" tanya Chintya dengan wajah lemas, kala menemukan Sukma menatap komputernya dengan tatapan kosong. Tentu saja tidak ada jawaban dari temannya itu, ia terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tidak bisa mendengar apapun suara yang datang dari luar. Selama beberapa hari ini, Sukma merasakan kosong. Meski sudah memiliki suami, ia merasa hidup sendiri. Kadang, rumah yang ia tinggali terasa seperti berhantu. Sukma bahkan sampai menggulung selimut sampai ke kepalanya kala mulai merasakan perasaan aneh, seperti melihat bayangan di jendela atau merasa ada suara yang datang begitu saja. Alhasil, ia jadi tidak bisa tidur dengan nyaman. Kondisi rumahnya sangat berbeda saat ada Fikri, meski keduanya tidur terpisah, namun Sukma merasa aman dan tidak merasakan ada hal yang menakutkan. "Ha~" Kembali terdengar helaan nafas, membuat Chintya berdecak dan mendekat ke meja Sukma. "Woi! Udah jam makan siang nih, jangan bengong aja!" Sukma tersentak, hampir saja terlonjak karena saking

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    015 Tanda Di Leher

    "Ha~, lembur dadakan," oceh Sukma begitu turun dari mobil online pesanannya. Tidak seperti biasanya yang lebih senang menggunakan ojek online karena harganya lebih bersahabat, malam ini Sukma terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk memesan mobil online karena ia sangat kelelahan. Padahal jam baru menunjukan pukul 09.00 malam, namun Sukma terlihat seperti karyawan yang melakukan kerja lembur sampai tengah malam. Saat hendak naik lift, Sukma begitu terkejut karena melihat Fikri juga memarkirkan mobil di pekarangan rumah. Sukma segera membenarkan posisinya berjalan, lebih tegak dan tidak loyo seperti sebelumnya. Seperti tidak melihat apapun, Fikri mengabaikan keberadaan Sukma yang berdiri di sampingnya. Begitupun dengan Sukma, ia mencoba mengabaikan Fikri sampai keduanya masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang tengah dengan santai. Sampai sesuatu membuat Sukma penasaran, sebuah tanda merah yang jelas terlihat sekilas oleh ekor matanya. Sebuah tanda merah yang menarik perhatiann

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    014 Situasi Membingungkan

    Tidak ada reaksi dari Fikri membuat Sukma jadi kebingungan, ia ingin sekali mendekat dan melihat reaksi pria itu yang mungkin saja terlalu syok dengan apa yang dikatakannya barusan. 'Gue salah, ya?' batinnya sambil meringis. 'Harusnya gue nunggu waktu yang tepat, seenggaknya sampe gue baikan sama Fikri.' Di detik ini, Sukma mulai merasa menyesal. Meski sangat penasaran, harusnya ia membicarakan hal sepenting itu dalam keadaan tenang. Raut wajahnya mulai tidak karuan, ingin meminta maaf namun egonya menghalangi. "I-itu...," Sukma terlihat merasa amat bersalah. "I-itu mu-mungkin aja saya salah lia...." "Kamu nggak salah liat," Fikri menghela nafas, berbalik dan menatap Sukma dengan wajah yang terlihat biasa. Sukma amat terkejut, karena berbanding dengan reaksi Fikri berbanding dengan perkiraannya. 'Dia sama sekali nggak nyangkal dan malah kelihatan biasa aja?' berarti yang Sukma bertanya-tanya, matanya melongo menatap Fikri yang terlihat menghela nafas sekali lagi. "Ka-kamu...?"

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    013 Penasaran

    Sukma jadi pendiam setelah keluar dari kamar mandi, Gladis dan Chintya jadi kebingungan kala melihat wajah pucat Sukma dan menyangka jika temannya itu kerasukan. "Loe yakin nggak kerasukan?" tanya Gladis sekali lagi, membuat Sukma mendelik dan mendengus kasar. "Kalau gue kerasukan, gue udah cakar muka loe!" Bibir mungil Gladis maju beberapa senti, matanya menatap ke arah Chintya seperti meminta pertolongan. Namun tentu saja, Chintya hanya melemparkan senyum dan mengangkat bahunya. "Lagian loe kenapa? Sakit? Muka loe pucet banget abis dari toilet," Chintya juga merasa khawatir dengan tingkah Sukma yang jadi aneh. Namun ia tidak pernah berfikir konyol seperti Gladis, mengira-ngira jika Sukma kerasukan. Seberapapun Gladis dan Chintya bertanya, Sukma hanya diam dan hanya menimpali seadanya. Bahkan setelah keduanya mengantarkan Sukma ke rumahnya, temannya itu masih tidak mau berbicara dan masuk ke gerbang rumah begitu saja tanpa pamit. "Dia nggak bener-bener kerasukan, kan?" Gladis ma

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    012 Bukan Selingkuh

    "Kalau nggak suka, harusnya jangan senyumin gue. Jadi kan gue nggak salah faham, malu-maluin banget." Gladis masih saja menggerutu, bahkan setelah ketiganya masuk ke dalam bioskop dan duduk di kursi baris ke 3 dari belakang. Sedangkan pemuda yang sedari tadi ditatapnya, duduk di baris ke 5 dari bagian belakang. Jadi, ia bisa melihat dengan jelas tingkah pemuda yang sebelumnya amat menarik perhatiannya. Pemuda itu terlihat mengusap wajah wanita di sampingnya dengan lembut, bahkan sempat mencium bahunya hingga membuat Gladis semakin kesal. "Kalau mau mesra-mesraan, harusnya di kamar hotel. Mesra-mesraan di bioskop," geram Gladis, matanya terus saja menatap tajam ke arah pemuda yang kini mulai merangkul wanita di sampingnya. Gladis terus saja mengeram, ia terlihat amat kesal dengan tingkah dua sejoli yang diketahuinya adalah pasangan itu. Chintya hanya terus menghela nafas, mencoba untuk menghiraukan Gladis yang marah-marah tidak jelas karena tingkah pasangan yang bahkan tidak diketah

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    011 Hal Mengejutkan

    Sukma bisa bernafas lega, untuk kali ini. Sesuai dengan perkiraannya, Hanan memang memberikan surat undangan pernikahan sekaligus basa basi dengannya yang menikah lebih dulu. "Kirain gue yang ngejutin loe, ternyata loe yang ngejutin gue. Pake nikah dadakan," kekeh Hanan sambil terus menyuap nasi goreng kesukaannya. Sukma ikut terkekeh, suasana hatinya semakin membaik terlebih saat menerima undangan pernikahan Hanan. "Gue juga nggak nyangka, tapi mo gimana, emang udah jodoh kali." 'Jodoh?' cebik Sukma dalam hati. 'Jodoh yang dipaksakan dan sekarang gue nyesel.' "Tapi bener loh, gue bener-bener nggak nyangka. Loe kenalan sama dia dimana?" tanya Hanan penasaran, sudah lama ia memikirkan hal itu. Terlebih, sebelumnya Hanan tidak pernah tahu jika ada pria yang dekat dengan Sukma. Kalaupun ada, Hanan pasti tahu dari Gladis yang entah mengapa selalu memberikan info mengenai Sukma. Mendadak Sukma diam mendengar pertanyan itu, bingung harus menjawab apa. "Ke-kenalan di... mimpi?" Dahi H

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    010 Tidak Peduli

    "Hah? Ma...." Fikri berjalan mendekat, wajahnya didekatkan tepat di telinga Sukma. "Kalau begitu, selamat tidur istriku." Tanpa rasa bersalah, Fikri berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sukma yang mematung dengan seribu tanda tanya di kepalanya. Gadis itu masih mencoba mencerna apa yang dikatakan Fikri sebelumnya, tentang pernikahan siri yang mungkin dilakukannya tanpa sadar. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang sebelumnya dijadikan tempat Fikri berdiri, wajah Sukma mirip patung karena tidak menampilkan ekspresi apapun. Datar. 'Ma-maksudnya?' Sukma tidak bereaksi, lebih tepatnya tidak bisa bereaksi. Ia melakukan sebuah kesalahan, kesalahan besar dalam pernikahan. Seharusnya ia memang menolak pernikahaan itu, apapun alasannya. Harusnya ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan ibunya, tidak peduli jika undangan sudah tersebar ke para tetangga atau bahkan kerabat jauhnya sudah datang ke rumahnya untuk ikut merayakan hari pernikahannya, tidak peduli jika ia harus menanggung

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    009 Jadi Saya Ini Apa?

    Sukma tergesa turun ke lobi, memesan taksi offline agar lebih cepat pergi meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak ada hal yang ingin dilakukannya selain segera sampai rumah, menenangkan tubuhnya yang bergetar hebat setelah mendengar fakta yang sama sekali tidak disangkanya. Makanan mahal yang terlanjur dipesannya, dibiarkan begitu saja. Ia terlalu syok jika harus melanjutkan makan siangnya di kondisi seperti itu. Saat sampai rumah, beberapa kali Sukma hampir saja oleng. Tangannya bergetar hebat kala hendak mengambil air minum di gelas, membuatnya mengurungkan niatnya dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas terengah. “Sial!” umpatnya sambil memegang kepalanya kuat, menjambak rambutnya sendiri namun tidak membuat perasaan Sukma semakin lebih baik. “Harusnya gue tau dari gelagatnya, Fikri nggak mungkin belum nikah.” Sebelumnya, wanita cantik yang wajahnya sangat dikagumi Sukma mengenalkan diri. Bukan perkenalan biasa, sebuah perkenalan yang membuat Sukma melongo. Wanita canti

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    008 Saya Istrinya

    Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Fikri, membuatnya meringis namun terkekeh pada akhirnya. Ia menatap Sukma dengan tajam. “Apa yang Anda lakukan!” pekik Sukma seraya mengusap kasar bibirnya yang masih basah, matanya melotot sempurna karena begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Fikri barusan. “Saya hanya mengabulkan permintaan kamu, salah lagi?” “Bukan itu,” Sukma tercekat. “Bukan begini, kita sedang bicara. Saya hanya ingin mendengar jawaban, bukan hal seperti itu.” “Saya malas menjawab dengan kalimat panjang lebar,” Fikri melangkah semakin dekat membuat Sukma mundur beberapa langkah. “Jadi saya gunakan tindakan untuk menjawab pertanyaan kamu, itu lebih cepat.” Gigi Sukma bergemeletuk, wajahnya terlihat amat marah. Bukan hanya pada apa yang dilakukan suaminya barusan, namun pada sikap kurang ajar pria yang dulu sempat dianggapnya sebagai pangeran. “Kenapa saya mau menikah dengan pria brengsek seperti Anda!” geram Sukma yang membuat Fikri menatapnya lebih tajam. ‘

DMCA.com Protection Status