Share

006 Pernikahan

Author: Narubi
last update Last Updated: 2022-10-03 10:42:22

“Kenapa Anda seenaknya, merencanakan pernikahan tanpa memberitahu saya!”

Suara Sukma membahana memenuhi seluruh ruangan, emosinya naik sampai ubun-ubun kala protesnya hanya ditanggapi wajah datar oleh Fikri.

“Ibu kamu setuju, saya juga tidak dengar penolakan dari kamu.”

“Tidak menolak bukan berarti setuju!” pekiknya. “Batalkan!” kesalnya.

“Tidak bisa,” jawab Fikri enteng.

“BATALKAN!” paksanya dengan wajah merah padam, tidak bisa dipungkiri lagi jika Sukma sangat ingin mencakar wajah tampan Fikri kali ini.

“Mana mungkin saya batalkan, akadnya akan dimulai beberapa jam lagi.”

Sukma membuka mulutnya, oksigen yang masuk ke paru-parunya seakan berkurang drastis. Gadis itu memejamkan mata dan mengepalkan tangan kuat, mencoba meredakan emosi yang benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi.

‘Ini gara-gara Ibu,’ batinnya kesal. ‘Dia maksa banget pake lemparin banyak dalil anak durhaka segala,’ rutuknya.

“Ini gara-gara Ibu, saya cuma ikutin apa keinginan dia.”

“Kalau begitu, lanjutkan saja. Lagipula tidak ada salahnya menikah dengan saya, bukan?”

‘I-iya, sih,’ batin Sukma kesal, namun ia mengakui bahwa hal itu benar adanya. “Tapi….” Sukma malah terlihat ragu untuk melanjutkan protesnya.

“Tenang saja, saya jamin bahwa kamu tidak akan rugi dengan pernikahan ini.”

Sukma terdiam, menatap Fikri dengan helaan nafas. Tidak ada hal yang bisa dilakukannya saat ini, ia mulai pasrah. Akad akan berlangsung kurang dari dua jam lagi, tidak mungkin Sukma nekad membatalkan acara itu secara sepihak.

Sebelumnya, bu Sri telah menyebarkan undangan pernikahan tanpa seizin Sukma meski putrinya itu mengatakan akan berbicara terlebih dahulu dengan Fikri. Ibunya bahkan sudah menghubungi pamannya yang ada di desa untuk menjadi wali nikah, karena suaminya sudah meninggal lebih dulu.

Sukma dibuat kelabakan kala para tetangga mulai memberinya ucapan selamat, mereka terlihat begitu antusias menunggu hari pernikahan gadis itu. Semakin tidak terkendali kala paman dari kampung datang saat malam tiba, membuat acara syukuran dadakan atas pernikahan Sukma, mengundang RT sekitar yang terlihat begitu senang mendengar kabar menyenangkan namun tidak untuk Sukma sendiri.

“Ha~, Ibu keterlaluan banget deh.”

Sukma hanya bisa menghela nafas, duduk dengan tenang di ruangan yang dikhususkan untuknya.

“Tadi kamu ngomong apa sama Fikri?” seloroh ibunya yang tiba-tiba masuk dengan wajah sumringah, terlihat jelas ia sangat senang dengan pernikahan putrinya itu.

Senyum yang senantiasa terpatri di wajah ibunya, membuat Sukma tidak tega jika mengatakan ia meminta Fikri untuk membatalkan pernikahan tersebut. Alhasil, gadis yang mengenakan gaun pengantin putih dengan kerudung menutupi dada itu hanya mengulas senyum.

“Aku cuma nanya, abis selesai acara aku boleh balik lagi ke rumah nggak. Kan barang aku ada di rumah semua,” jelas Sukma dengan santai.

Terlihat, ibunya begitu senang. “Oooh, soal itu. Tenang aja, udah dipacking semua barang kamu dan katanya bakal diurus sama orangnya Nak Fikri.”

Mata Sukma melebar. “Kok nggak bilang?”

“Ibu juga baru tau, jadi Ibu ikut aja. Nggak masalah kan, orang dia bentar lagi bakal sah jadi suami kamu.”

Sukma mendengus, kemudian menghela nafas. Sesaat kemudian, Bibinya datang bersama beberapa orang yang Sukma kenal sebagai saudara jauhnya. Mereka berfoto bersama, mengabadikan momen dengan begitu suka cita. Kecuali Sukma yang meski tersenyum, dalam hatinya ia mulai merasa resah.

Acara dilaksanakan secara tertutup, dihadiri pihak keluarga Sukma dan Fikri. Namun anehnya, hanya beberapa orang yang datang sebagai tamu pria itu membuat Sukma jadi bingung. Bahkan bisa dikatakan, tamu pada acara pernikahan itu lebih dari pihak mempelai wanita.

“Orang tua Anda tidak datang?” bisik Sukma saat duduk di belakang Fikri, bersiap untuk mendengarkan ijab qabul.

“Orang tua saya sudah meninggal,” jawab Fikri santai.

Sedetik kemudian Sukma menyesal dengan pertanyaannya. “Maaf,” balasnya dengan wajah bersalah.

Ijab qabul berjalan dengan lancar, semua orang terlihat begitu senang. Namun ada hal yang membingungkan Sukma, ia tidak disuruh untuk menandatangani dokumen negara serta buku nikah yang seharusnya dimilikinya saat ini.

Beberapa kali Sukma melirik ke arah Fikri, ingin bertanya terkait hal itu. Namun para tetangganya yang datang dan diundang oleh sang ibu terus saja menyalaminya, membuatnya mengurungkan niatnya itu.

***

“Kenapa tidak ada buku nikah?” tanya Sukma sesaat setelah masuk ke dalam mobil. Keduanya bersiap untuk menuju rumah yang disediakan Fikri untuk dirinya dan Sukma, setelah berbagai rentetan acara dilaksanakan dengan begitu lancar.

Acara telah selesai, Sukma baru bisa berbicara dengan Fikri. Sebelumnya gadis itu sama sekali tidak memiliki waktu untuk berbicara dengan Fikri, padahal keduanya terus berdiri berdampingan.

Saat para tetangga dan saudaranya selesai bersalaman, Sukma diajak untuk berfoto bersama, diselingi dengan obrolan jorok khas ibu-ibu yang disebutnya sebagai petuah untuk pengantin baru. Meski agak risih, namun Sukma tetap mendengarkan sambil mengulas senyum yang dipenuhi kesengsaraan.

Beberapa saat setelah lepas dari cengkraman ibu-ibu komplek yang membuatnya agak kesal, Sukma malah melupakan niatnya untuk bertanya karena perutnya mulai keroncongan.

Hanya pada momen inilah, Sukma bisa bertanya pada Fikri. Saat ingat, ia langsung bertanya perihal buku nikah yang tidak dilihatnya begitu masuk ke mobil. Fikri yang mendengar pertanyaan Sukma, hanya melirik gadis itu sekilas lalu membuang wajah.

“Harusnya ada buku nikah agar pernikahan kita diakui oleh negara, tapi kenapa tidak ada?” tanya Sukma sekali lagi.

“Karena kita belum mendaftar,” jawabnya santai.

Dahi Sukma mengernyit. “Bukannya Anda bilang akan mengurusnya? Itu yang dikatakan Ibu saya,” jelas Sukma yang merasa heran dengan jawaban Fikri.

“Saya lupa, terlalu banyak kerjaan. Jangan khawatir, saya akan segera mengurusnya.”

“Bukan itu masalahnya, kalau memang tidak sempat kenapa menjadwalkan pernikahan terlalu cepat.” Nada suara Sukma mulai meninggi, namun berdehem saat menyadari ada sopir yang mulai melajukan mobil itu.

“Saya akan urus,” Fikri meyakinkan, namun Sukma masih tidak yakin.

Sukma ingin sekali memaksa Fikri untuk menjelaskan, namun ia agak sungkan mengingat masih ada supir di bagian pengemudi.

'Aneh banget, bisa aja dia nyuruh orang lain buat ngurus kalo nggak sempet. Nggak mungkin orang sekaya dia nggak punya asisten,' batinnya sambil terus menatap Fikri dengan mata menyipit.

Sedangkan pria yang ditatapnya mengalihkan pandangan ke arah lain, mencoba untuk sebisa mungkin untuk menghindari tatapan Sukma yang jelas tengah curiga dengan sikapnya. 

Wajar saja, setelah berkata akan mengurus semuanya termasuk pendaftaran pernikahan mereka ke KUA, Fikri malah ingkar janji. Perusahaannya memang tengah sibuk, membereskan masalah yang ditimbulkan manajer lama yang ketahuan menggelapkan banyak dana untuk proyek baru. 

Namun sebenarnya, bukan hanya itu saja. Ada satu alasan kuat yang tidak ingin dikemukakan Fikri mengapa ia menyisihkan untuk tidak mengurus pendaftaran pernikahan tersebut ke KUA.

'Maaf, kamu jadi terseret karena permasalahan pribadi saya,' batin Fikri seraya menghela nafas.

Narubi

Like, komen, and share. Update akan rutin, seminggu 3 bab (Senin, Rabu, dan Sabtu)

| 1

Related chapters

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    007 Kegagalan Malam Pertama

    “Mau kemana?” tanya Sukma dengan wajah bingung, melihat Fikri yang sesaat setelah selesai mandi malah hendak pergi. “Saya masih ada urusan di luar, kamu tidur duluan saja.” ‘Hah?’ Sukma terbengong, menatap kepergian Fikri dengan dahi mengernyit. ‘Bukannya harusnya kita malam pertama-an? Bukan berarti gue ngebet, tapi normalnya kan gitu? Apa dia nggak normal?’ “Astagfirullah,” gumam Sukma sambil memukul kepalanya pelan. “Mikir apa sih gue, bagus kalau misalkan tuh cowok kagak ngebet gituan. Lagian gue juga cape, belum nyiapin mental juga.” Sukma menghela nafas seraya membaringkan tubuhnya di kasur. “Tapi, aneh banget nggak sih?” tanyanya pada diri sendiri. “Biasanya cowok bakal ngebet banget kalau udah sah walaupun nggak suka? Gitu kata temen kantor gue.” Ekor mata Sukma beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. ‘Urusan apa tengah malem gini?’ Batin Sukma yang membuat dahinya mengerut semakin dalam. ‘Bodo ah,’ kesalnya. ‘Bukan urusan gue.’ Dengan pikiran yang di

    Last Updated : 2022-10-10
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    008 Saya Istrinya

    Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Fikri, membuatnya meringis namun terkekeh pada akhirnya. Ia menatap Sukma dengan tajam. “Apa yang Anda lakukan!” pekik Sukma seraya mengusap kasar bibirnya yang masih basah, matanya melotot sempurna karena begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Fikri barusan. “Saya hanya mengabulkan permintaan kamu, salah lagi?” “Bukan itu,” Sukma tercekat. “Bukan begini, kita sedang bicara. Saya hanya ingin mendengar jawaban, bukan hal seperti itu.” “Saya malas menjawab dengan kalimat panjang lebar,” Fikri melangkah semakin dekat membuat Sukma mundur beberapa langkah. “Jadi saya gunakan tindakan untuk menjawab pertanyaan kamu, itu lebih cepat.” Gigi Sukma bergemeletuk, wajahnya terlihat amat marah. Bukan hanya pada apa yang dilakukan suaminya barusan, namun pada sikap kurang ajar pria yang dulu sempat dianggapnya sebagai pangeran. “Kenapa saya mau menikah dengan pria brengsek seperti Anda!” geram Sukma yang membuat Fikri menatapnya lebih tajam. ‘

    Last Updated : 2022-10-17
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    009 Jadi Saya Ini Apa?

    Sukma tergesa turun ke lobi, memesan taksi offline agar lebih cepat pergi meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak ada hal yang ingin dilakukannya selain segera sampai rumah, menenangkan tubuhnya yang bergetar hebat setelah mendengar fakta yang sama sekali tidak disangkanya. Makanan mahal yang terlanjur dipesannya, dibiarkan begitu saja. Ia terlalu syok jika harus melanjutkan makan siangnya di kondisi seperti itu. Saat sampai rumah, beberapa kali Sukma hampir saja oleng. Tangannya bergetar hebat kala hendak mengambil air minum di gelas, membuatnya mengurungkan niatnya dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas terengah. “Sial!” umpatnya sambil memegang kepalanya kuat, menjambak rambutnya sendiri namun tidak membuat perasaan Sukma semakin lebih baik. “Harusnya gue tau dari gelagatnya, Fikri nggak mungkin belum nikah.” Sebelumnya, wanita cantik yang wajahnya sangat dikagumi Sukma mengenalkan diri. Bukan perkenalan biasa, sebuah perkenalan yang membuat Sukma melongo. Wanita canti

    Last Updated : 2022-10-24
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    010 Tidak Peduli

    "Hah? Ma...." Fikri berjalan mendekat, wajahnya didekatkan tepat di telinga Sukma. "Kalau begitu, selamat tidur istriku." Tanpa rasa bersalah, Fikri berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sukma yang mematung dengan seribu tanda tanya di kepalanya. Gadis itu masih mencoba mencerna apa yang dikatakan Fikri sebelumnya, tentang pernikahan siri yang mungkin dilakukannya tanpa sadar. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang sebelumnya dijadikan tempat Fikri berdiri, wajah Sukma mirip patung karena tidak menampilkan ekspresi apapun. Datar. 'Ma-maksudnya?' Sukma tidak bereaksi, lebih tepatnya tidak bisa bereaksi. Ia melakukan sebuah kesalahan, kesalahan besar dalam pernikahan. Seharusnya ia memang menolak pernikahaan itu, apapun alasannya. Harusnya ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan ibunya, tidak peduli jika undangan sudah tersebar ke para tetangga atau bahkan kerabat jauhnya sudah datang ke rumahnya untuk ikut merayakan hari pernikahannya, tidak peduli jika ia harus menanggung

    Last Updated : 2022-11-01
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    011 Hal Mengejutkan

    Sukma bisa bernafas lega, untuk kali ini. Sesuai dengan perkiraannya, Hanan memang memberikan surat undangan pernikahan sekaligus basa basi dengannya yang menikah lebih dulu. "Kirain gue yang ngejutin loe, ternyata loe yang ngejutin gue. Pake nikah dadakan," kekeh Hanan sambil terus menyuap nasi goreng kesukaannya. Sukma ikut terkekeh, suasana hatinya semakin membaik terlebih saat menerima undangan pernikahan Hanan. "Gue juga nggak nyangka, tapi mo gimana, emang udah jodoh kali." 'Jodoh?' cebik Sukma dalam hati. 'Jodoh yang dipaksakan dan sekarang gue nyesel.' "Tapi bener loh, gue bener-bener nggak nyangka. Loe kenalan sama dia dimana?" tanya Hanan penasaran, sudah lama ia memikirkan hal itu. Terlebih, sebelumnya Hanan tidak pernah tahu jika ada pria yang dekat dengan Sukma. Kalaupun ada, Hanan pasti tahu dari Gladis yang entah mengapa selalu memberikan info mengenai Sukma. Mendadak Sukma diam mendengar pertanyan itu, bingung harus menjawab apa. "Ke-kenalan di... mimpi?" Dahi H

    Last Updated : 2022-11-02
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    012 Bukan Selingkuh

    "Kalau nggak suka, harusnya jangan senyumin gue. Jadi kan gue nggak salah faham, malu-maluin banget." Gladis masih saja menggerutu, bahkan setelah ketiganya masuk ke dalam bioskop dan duduk di kursi baris ke 3 dari belakang. Sedangkan pemuda yang sedari tadi ditatapnya, duduk di baris ke 5 dari bagian belakang. Jadi, ia bisa melihat dengan jelas tingkah pemuda yang sebelumnya amat menarik perhatiannya. Pemuda itu terlihat mengusap wajah wanita di sampingnya dengan lembut, bahkan sempat mencium bahunya hingga membuat Gladis semakin kesal. "Kalau mau mesra-mesraan, harusnya di kamar hotel. Mesra-mesraan di bioskop," geram Gladis, matanya terus saja menatap tajam ke arah pemuda yang kini mulai merangkul wanita di sampingnya. Gladis terus saja mengeram, ia terlihat amat kesal dengan tingkah dua sejoli yang diketahuinya adalah pasangan itu. Chintya hanya terus menghela nafas, mencoba untuk menghiraukan Gladis yang marah-marah tidak jelas karena tingkah pasangan yang bahkan tidak diketah

    Last Updated : 2022-11-03
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    013 Penasaran

    Sukma jadi pendiam setelah keluar dari kamar mandi, Gladis dan Chintya jadi kebingungan kala melihat wajah pucat Sukma dan menyangka jika temannya itu kerasukan. "Loe yakin nggak kerasukan?" tanya Gladis sekali lagi, membuat Sukma mendelik dan mendengus kasar. "Kalau gue kerasukan, gue udah cakar muka loe!" Bibir mungil Gladis maju beberapa senti, matanya menatap ke arah Chintya seperti meminta pertolongan. Namun tentu saja, Chintya hanya melemparkan senyum dan mengangkat bahunya. "Lagian loe kenapa? Sakit? Muka loe pucet banget abis dari toilet," Chintya juga merasa khawatir dengan tingkah Sukma yang jadi aneh. Namun ia tidak pernah berfikir konyol seperti Gladis, mengira-ngira jika Sukma kerasukan. Seberapapun Gladis dan Chintya bertanya, Sukma hanya diam dan hanya menimpali seadanya. Bahkan setelah keduanya mengantarkan Sukma ke rumahnya, temannya itu masih tidak mau berbicara dan masuk ke gerbang rumah begitu saja tanpa pamit. "Dia nggak bener-bener kerasukan, kan?" Gladis ma

    Last Updated : 2022-11-04
  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    014 Situasi Membingungkan

    Tidak ada reaksi dari Fikri membuat Sukma jadi kebingungan, ia ingin sekali mendekat dan melihat reaksi pria itu yang mungkin saja terlalu syok dengan apa yang dikatakannya barusan. 'Gue salah, ya?' batinnya sambil meringis. 'Harusnya gue nunggu waktu yang tepat, seenggaknya sampe gue baikan sama Fikri.' Di detik ini, Sukma mulai merasa menyesal. Meski sangat penasaran, harusnya ia membicarakan hal sepenting itu dalam keadaan tenang. Raut wajahnya mulai tidak karuan, ingin meminta maaf namun egonya menghalangi. "I-itu...," Sukma terlihat merasa amat bersalah. "I-itu mu-mungkin aja saya salah lia...." "Kamu nggak salah liat," Fikri menghela nafas, berbalik dan menatap Sukma dengan wajah yang terlihat biasa. Sukma amat terkejut, karena berbanding dengan reaksi Fikri berbanding dengan perkiraannya. 'Dia sama sekali nggak nyangkal dan malah kelihatan biasa aja?' berarti yang Sukma bertanya-tanya, matanya melongo menatap Fikri yang terlihat menghela nafas sekali lagi. "Ka-kamu...?"

    Last Updated : 2022-11-08

Latest chapter

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    016 Pemuda Itu

    "Ada apa lagi?" tanya Chintya dengan wajah lemas, kala menemukan Sukma menatap komputernya dengan tatapan kosong. Tentu saja tidak ada jawaban dari temannya itu, ia terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tidak bisa mendengar apapun suara yang datang dari luar. Selama beberapa hari ini, Sukma merasakan kosong. Meski sudah memiliki suami, ia merasa hidup sendiri. Kadang, rumah yang ia tinggali terasa seperti berhantu. Sukma bahkan sampai menggulung selimut sampai ke kepalanya kala mulai merasakan perasaan aneh, seperti melihat bayangan di jendela atau merasa ada suara yang datang begitu saja. Alhasil, ia jadi tidak bisa tidur dengan nyaman. Kondisi rumahnya sangat berbeda saat ada Fikri, meski keduanya tidur terpisah, namun Sukma merasa aman dan tidak merasakan ada hal yang menakutkan. "Ha~" Kembali terdengar helaan nafas, membuat Chintya berdecak dan mendekat ke meja Sukma. "Woi! Udah jam makan siang nih, jangan bengong aja!" Sukma tersentak, hampir saja terlonjak karena saking

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    015 Tanda Di Leher

    "Ha~, lembur dadakan," oceh Sukma begitu turun dari mobil online pesanannya. Tidak seperti biasanya yang lebih senang menggunakan ojek online karena harganya lebih bersahabat, malam ini Sukma terpaksa mengeluarkan uang lebih untuk memesan mobil online karena ia sangat kelelahan. Padahal jam baru menunjukan pukul 09.00 malam, namun Sukma terlihat seperti karyawan yang melakukan kerja lembur sampai tengah malam. Saat hendak naik lift, Sukma begitu terkejut karena melihat Fikri juga memarkirkan mobil di pekarangan rumah. Sukma segera membenarkan posisinya berjalan, lebih tegak dan tidak loyo seperti sebelumnya. Seperti tidak melihat apapun, Fikri mengabaikan keberadaan Sukma yang berdiri di sampingnya. Begitupun dengan Sukma, ia mencoba mengabaikan Fikri sampai keduanya masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang tengah dengan santai. Sampai sesuatu membuat Sukma penasaran, sebuah tanda merah yang jelas terlihat sekilas oleh ekor matanya. Sebuah tanda merah yang menarik perhatiann

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    014 Situasi Membingungkan

    Tidak ada reaksi dari Fikri membuat Sukma jadi kebingungan, ia ingin sekali mendekat dan melihat reaksi pria itu yang mungkin saja terlalu syok dengan apa yang dikatakannya barusan. 'Gue salah, ya?' batinnya sambil meringis. 'Harusnya gue nunggu waktu yang tepat, seenggaknya sampe gue baikan sama Fikri.' Di detik ini, Sukma mulai merasa menyesal. Meski sangat penasaran, harusnya ia membicarakan hal sepenting itu dalam keadaan tenang. Raut wajahnya mulai tidak karuan, ingin meminta maaf namun egonya menghalangi. "I-itu...," Sukma terlihat merasa amat bersalah. "I-itu mu-mungkin aja saya salah lia...." "Kamu nggak salah liat," Fikri menghela nafas, berbalik dan menatap Sukma dengan wajah yang terlihat biasa. Sukma amat terkejut, karena berbanding dengan reaksi Fikri berbanding dengan perkiraannya. 'Dia sama sekali nggak nyangkal dan malah kelihatan biasa aja?' berarti yang Sukma bertanya-tanya, matanya melongo menatap Fikri yang terlihat menghela nafas sekali lagi. "Ka-kamu...?"

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    013 Penasaran

    Sukma jadi pendiam setelah keluar dari kamar mandi, Gladis dan Chintya jadi kebingungan kala melihat wajah pucat Sukma dan menyangka jika temannya itu kerasukan. "Loe yakin nggak kerasukan?" tanya Gladis sekali lagi, membuat Sukma mendelik dan mendengus kasar. "Kalau gue kerasukan, gue udah cakar muka loe!" Bibir mungil Gladis maju beberapa senti, matanya menatap ke arah Chintya seperti meminta pertolongan. Namun tentu saja, Chintya hanya melemparkan senyum dan mengangkat bahunya. "Lagian loe kenapa? Sakit? Muka loe pucet banget abis dari toilet," Chintya juga merasa khawatir dengan tingkah Sukma yang jadi aneh. Namun ia tidak pernah berfikir konyol seperti Gladis, mengira-ngira jika Sukma kerasukan. Seberapapun Gladis dan Chintya bertanya, Sukma hanya diam dan hanya menimpali seadanya. Bahkan setelah keduanya mengantarkan Sukma ke rumahnya, temannya itu masih tidak mau berbicara dan masuk ke gerbang rumah begitu saja tanpa pamit. "Dia nggak bener-bener kerasukan, kan?" Gladis ma

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    012 Bukan Selingkuh

    "Kalau nggak suka, harusnya jangan senyumin gue. Jadi kan gue nggak salah faham, malu-maluin banget." Gladis masih saja menggerutu, bahkan setelah ketiganya masuk ke dalam bioskop dan duduk di kursi baris ke 3 dari belakang. Sedangkan pemuda yang sedari tadi ditatapnya, duduk di baris ke 5 dari bagian belakang. Jadi, ia bisa melihat dengan jelas tingkah pemuda yang sebelumnya amat menarik perhatiannya. Pemuda itu terlihat mengusap wajah wanita di sampingnya dengan lembut, bahkan sempat mencium bahunya hingga membuat Gladis semakin kesal. "Kalau mau mesra-mesraan, harusnya di kamar hotel. Mesra-mesraan di bioskop," geram Gladis, matanya terus saja menatap tajam ke arah pemuda yang kini mulai merangkul wanita di sampingnya. Gladis terus saja mengeram, ia terlihat amat kesal dengan tingkah dua sejoli yang diketahuinya adalah pasangan itu. Chintya hanya terus menghela nafas, mencoba untuk menghiraukan Gladis yang marah-marah tidak jelas karena tingkah pasangan yang bahkan tidak diketah

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    011 Hal Mengejutkan

    Sukma bisa bernafas lega, untuk kali ini. Sesuai dengan perkiraannya, Hanan memang memberikan surat undangan pernikahan sekaligus basa basi dengannya yang menikah lebih dulu. "Kirain gue yang ngejutin loe, ternyata loe yang ngejutin gue. Pake nikah dadakan," kekeh Hanan sambil terus menyuap nasi goreng kesukaannya. Sukma ikut terkekeh, suasana hatinya semakin membaik terlebih saat menerima undangan pernikahan Hanan. "Gue juga nggak nyangka, tapi mo gimana, emang udah jodoh kali." 'Jodoh?' cebik Sukma dalam hati. 'Jodoh yang dipaksakan dan sekarang gue nyesel.' "Tapi bener loh, gue bener-bener nggak nyangka. Loe kenalan sama dia dimana?" tanya Hanan penasaran, sudah lama ia memikirkan hal itu. Terlebih, sebelumnya Hanan tidak pernah tahu jika ada pria yang dekat dengan Sukma. Kalaupun ada, Hanan pasti tahu dari Gladis yang entah mengapa selalu memberikan info mengenai Sukma. Mendadak Sukma diam mendengar pertanyan itu, bingung harus menjawab apa. "Ke-kenalan di... mimpi?" Dahi H

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    010 Tidak Peduli

    "Hah? Ma...." Fikri berjalan mendekat, wajahnya didekatkan tepat di telinga Sukma. "Kalau begitu, selamat tidur istriku." Tanpa rasa bersalah, Fikri berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Sukma yang mematung dengan seribu tanda tanya di kepalanya. Gadis itu masih mencoba mencerna apa yang dikatakan Fikri sebelumnya, tentang pernikahan siri yang mungkin dilakukannya tanpa sadar. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang sebelumnya dijadikan tempat Fikri berdiri, wajah Sukma mirip patung karena tidak menampilkan ekspresi apapun. Datar. 'Ma-maksudnya?' Sukma tidak bereaksi, lebih tepatnya tidak bisa bereaksi. Ia melakukan sebuah kesalahan, kesalahan besar dalam pernikahan. Seharusnya ia memang menolak pernikahaan itu, apapun alasannya. Harusnya ia tidak peduli dengan apa yang dilakukan ibunya, tidak peduli jika undangan sudah tersebar ke para tetangga atau bahkan kerabat jauhnya sudah datang ke rumahnya untuk ikut merayakan hari pernikahannya, tidak peduli jika ia harus menanggung

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    009 Jadi Saya Ini Apa?

    Sukma tergesa turun ke lobi, memesan taksi offline agar lebih cepat pergi meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak ada hal yang ingin dilakukannya selain segera sampai rumah, menenangkan tubuhnya yang bergetar hebat setelah mendengar fakta yang sama sekali tidak disangkanya. Makanan mahal yang terlanjur dipesannya, dibiarkan begitu saja. Ia terlalu syok jika harus melanjutkan makan siangnya di kondisi seperti itu. Saat sampai rumah, beberapa kali Sukma hampir saja oleng. Tangannya bergetar hebat kala hendak mengambil air minum di gelas, membuatnya mengurungkan niatnya dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas terengah. “Sial!” umpatnya sambil memegang kepalanya kuat, menjambak rambutnya sendiri namun tidak membuat perasaan Sukma semakin lebih baik. “Harusnya gue tau dari gelagatnya, Fikri nggak mungkin belum nikah.” Sebelumnya, wanita cantik yang wajahnya sangat dikagumi Sukma mengenalkan diri. Bukan perkenalan biasa, sebuah perkenalan yang membuat Sukma melongo. Wanita canti

  • Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang    008 Saya Istrinya

    Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Fikri, membuatnya meringis namun terkekeh pada akhirnya. Ia menatap Sukma dengan tajam. “Apa yang Anda lakukan!” pekik Sukma seraya mengusap kasar bibirnya yang masih basah, matanya melotot sempurna karena begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Fikri barusan. “Saya hanya mengabulkan permintaan kamu, salah lagi?” “Bukan itu,” Sukma tercekat. “Bukan begini, kita sedang bicara. Saya hanya ingin mendengar jawaban, bukan hal seperti itu.” “Saya malas menjawab dengan kalimat panjang lebar,” Fikri melangkah semakin dekat membuat Sukma mundur beberapa langkah. “Jadi saya gunakan tindakan untuk menjawab pertanyaan kamu, itu lebih cepat.” Gigi Sukma bergemeletuk, wajahnya terlihat amat marah. Bukan hanya pada apa yang dilakukan suaminya barusan, namun pada sikap kurang ajar pria yang dulu sempat dianggapnya sebagai pangeran. “Kenapa saya mau menikah dengan pria brengsek seperti Anda!” geram Sukma yang membuat Fikri menatapnya lebih tajam. ‘

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status