“Ciri khas pengecut itu suka main keroyokan,” singgungnya.
Dan tentu saja kalimat Aldo sangat menyita perhatian, mereka semua seketika menoleh padanya.
“Bajingan ini!” Recky yang paling antusias.
Bahkan pilot helikopter yang cukup cerdas menghidupkan mesin pun sudah tidak dipedulikan mereka lagi.
Recky melirik seorang pengawal mereka yang tubuhnya paling kecil di antara yang lain, “Cukup dia yang menghadapimu paling juga tepar!”
Semua orang lalu terbahak keras, sampai Aldo menanggapi.
“Kalau begitu ayo maju! Satu lawan satu,” tantangnya.
Pastinya mereka semua langsung tersurut emosi, terutama Recky dan Robert.
“Maju!” titah Recky menggelengkan kepala ke arah pria yang tubuhnya paling kecil tadi.
Hiat!
Dengan penuh percaya diri, pria itu segera mendekat ke arah Aldo, berlarian dan memasang aksinya yang siap menghajar Aldo. Sementara Aldo tampak santai saja
Suasana tegang mendominasi saat ini. Bukan hanya Aldo yang ketakutan, Bagas terlebih sang pilot juga merasakan hal yang sama. Si pilot bisa saja meninggi, tapi keadaan Aldo bisa terancam kalau dia bergerak mendadak, Aldo mungkin akan terjatuh. Dan belum tentu dapat menghindari tembakan pula.Apapun itu, tetap Aldo yang paling galau karena dia adalah sumber dari semua masalah yang ada, sebab dia yang menjadi incaran musuh. Dan buat menyudahi semua ini hanya ada satu cara yang perlu dia lakukan.“Tidak ada pilihan lain, aku harus lompat!” gumamnya yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.Aldo lalu mengambil ancang-ancang akan melompat turun saja, dia tidak bisa bersikap egois, dia tidak ingin mencelakai Bagas, cukup dia yang menjadi korbannya.“Jangan lakukan itu!” teriak Cecep tiba-tiba.Suara Cecep terdengar samar di kuping Aldo karena suara helikopter yang sangat bising, tapi tetap membuatnya sedikit terkejut karena
“Bagas!” sambut Alya dengan suara lantang saat melihat wajah putranya. Dan tentu awalnya Bagas yang lebih dulu memanggil dia. Aldo dan Bagas akhirnya tiba di kediaman keluarga Eduard.Anak dan ibu itu sama-sama berlarian, dan ketemu di titik tengah dalam pelukan hangat serta erat sekali.“Akhirnya kamu pulang, Nak. Mama kangen banget sama kamu!”“Bagas juga kangen banget sama Mama.”Suasana haru memenuhi tempat itu. Tak ada seorang pun yang tidak turut larut di dalamnya. Perpisahan sebulan terlalu berat buat dilalui. Rasanya ingin Alya memaki kesal pada Aldo yang begitu tega memisahkan dia dari putranya. Apalagi kakaknya itu sama sekali tak dapat dihubungi selama ini.Mereka semua tidak ada yang mengerti apa yang terjadi pada Aldo selama ini, yang mereka tahu tentu Bagas ada bersama-sama dengannya. Lalu jelas sangat patut jika mereka mempertanyakannya sekarang.“Kamu kemana saja selama ini, Do? Kenap
“Tapi harus ingat pulang, jangan menghilang lagi! Aktifkan handphone biar mami bisa menghubungi kamu!”“Pasti, Mi.”Saat Aldo telah berbalik Atika kembali bersuara,“Kalau kesini lagi jangan lupa ajak Dyta, mami juga kangen banget sama dia.”Deg!Aldo sampai terdiam dalam posisinya saat itu selama beberapa detik. Suasana jadi sedikit tegang, utamanya Erlan dan Atika yang merasa keheranan dengan sikap aneh Aldo yang tidak seperti biasanya ini. Masih untung kedua orang tuanya itu tidak dapat melihat ekspresinya saat ini.Sesaat Aldo lalu menanggapi, “Iya, Mi … nanti Aldo cari waktu buat ajak Dyta kemari.”Aldo berusaha memasang ekspresi senatural mungkin, walau tetap terlihat canggung bagi Atika dan Erlan. Hanya saja mereka tak ingin ikut campur terlalu banyak di dalam urusan anak mereka, jadi tidak mempertanyakan lebih lanjut.“Aldo pamit ya, Mi … Pi … by
Sore menjelang, Aldo merasakan kelelahan hati yang masih melanda, dan memerlukan tempat untuk melampiaskan semua rasa yang ada, karena alasan itu pula akhirnya bisa berada di tempat ini. Bar! Aldo sedang memarkirkan kendaraannya.Kejadian siang tadi masih terngiang begitu jelas di benak, dimana ia akhirnya menghubungi Dyta untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia hanya ingin kejelasan status, setidaknya Dyta bisa dengan lebih leluasa melanjutkan hubungannya sama pria lain, juga dia sendiri yang mungkin akan membuka lembaran baru.Entahlah kalau soal yang satu ini, rasanya Aldo tidak akan bisa mempercayai seorang perempuan lagi. Dia berniat menutup hati dari semua perempuan. Mungkinkah dia akan kembali menjadi seorang playboy?Siang tadi, ketika dia menghubungi Dyta, ada sesuatu yang cukup menarik dan sangat menggelitik yang terlontar dari mulut Dyta."Kau tau, aku pergi dari mansionmu karena apa? Karena kau main gila dengan perempuan lain! Iya, kan? Ngaku!"
Dan, alangkah terkejutnya Aldo saat melihat jelas siapa pria yang bersama dengan Dyta saat itu. Mata Aldo sampai terbelalak besar sekali.Bagaimana tidak, tentu saja orang itu tak lain adalah Cecep."Kenapa harus dia?” gumam Aldo geram. Sementara Cecep menyunggingkan senyuman sinis padanya seakan memperlihatkan kemenangan berhasil mendapatkan Dyta.Srag!Aldo menyisir rambutnya dengan jemari dari depan ke belakang, tangannya sempat berhenti di puncak kepala, baru menurunkannya.Entahlah … dia yang awalnya berniat merelakan kepergian Dyta kini rasanya justru tidak rela. Cecep jelas bukan pria baik-baik, dia takut Dyta terluka.Walau sangat sakit hati diperlakukan Dyta sedemikian rupa, Aldo tak dapat membohongi perasaannya, dia terlalu mencintai perempuan itu sehingga tidak ingin Dyta terluka. Sekalipun dia harus melepaskan Dyta tetap harus pada pria yang tepat.“Ayo, Dyt … kita masuk!” ajak Cecep s
Selanjutnya Cecep ikut nimblung, “Udahlah, Dyt … jangan hiraukan dia, nanti kamu pingsan lagi kayak siang tadi. Kita pergi aja dari sini yuk nyari tempat lain!”Aldo jelas tidak menyukai cara Cecep ini, dia sedang berbicara serius dengan Dyta, apa maksudnya pria itu malah mengajak Dyta pergi. Dia seketika murka.“Heh, kau! Jangan kau pikir kau sudah menang berhasil mendapatkan Dyta! Atau semua ini juga karanganmu, huh!” bentak Aldo mengangkat kerah pakaian Cecep cukup tinggi.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aldo yang tentu saja dilakukan oleh Dyta, membuat Aldo terkejut bukan main.“Apa-apaan ini, kau menamparku?”“Iya! Dan itu pantas buat pria brengsek sepertimu!” Air mata bahkan telah membasahi pipi Dyta saat itu, diusapnya cepat.“Denger, jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi di depanku setelah ini. Aku benci banget sama kamu!” Bahkan buat menyebut
Bagaimana Aldo tidak murka? Setelah menghancurkan masa depan Alya, sekarang pria itu justru menghancurkan hubungannya dengan Dyta, terlebih membuat Dyta pingsan. Entah hukuman apa yang pantas untuknya.Ya, semua memang kerjaan Cecep. Pada saat Aldo sedang menjalankan apa yang dia pinta yakni menjauhi Dyta demi keselamatan Bagas, dia memanfaatkan waktu itu untuk memfitnah Aldo. Sementara soal foto mesra itu tentu saja ia dapatkan dari Recky dan Robert.Tujuannya sendiri tentu karena dia ingin merebut Dyta dari Aldo. Termasuk semua yang dilakukannya selama ini juga hanya karena Dyta.Selama ini dia mencintai Dyta. Dia menyukai perempuan itu sejak SMA, sampai-sampai melakukan segala hal, salah satunya adalah menyamar sebagai orang miskin karena mengetahui Dyta lebih menyukai bergaul dengan pria sederhana. Bahkan dia rela dibully di kampus oleh orang-orang, dia tak peduli asal bisa selalu bersama-sama dengan Dyta.Sialnya Dyta salah paham soal ini. Dia
Entahlah, Aldo seakan tak percaya pada perasaan Dyta terhadapnya saja, juga seperti begitu meremehkan perempuan itu layaknya wanita murahan yang dengan mudahnya berpindah hati. Namun apapun itu, Dyta tetap saja sedang terluka, dia takut Dyta menjadi lemah hati dan takhluk pada Cecep.Dia tak mau semua itu terjadi, Dia harus merebut kembali Dyta sebelum semuanya menjadi terlambat. Lebih baik mencegahnya, daripada kedepannya semakin ribet seadainya Dyta benar-benar menerima lamaran Cecep.Dave dan Aldo sudah tiba di restoran yang dimaksud sekarang ini, ternyata mereka tidak diperbolehkan masuk karena Cecep telah membooking restoran itu."Tapi kami ada perlu dengan orang yang membooking tempat ini, biarkan kami masuk!" Aldo agak memaksa."Kalau begitu Anda bisa tinggalkan pesan pada kami apa yang ingin Anda sampaikan, nanti kami akan menyampaikannya pada tamu kami," tanggap pelayan yang berjaga di depan."Tidak bisa, ini hal penting. Harus ngomong sam
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak