“Tapi harus ingat pulang, jangan menghilang lagi! Aktifkan handphone biar mami bisa menghubungi kamu!”
“Pasti, Mi.”
Saat Aldo telah berbalik Atika kembali bersuara,
“Kalau kesini lagi jangan lupa ajak Dyta, mami juga kangen banget sama dia.”
Deg!
Aldo sampai terdiam dalam posisinya saat itu selama beberapa detik. Suasana jadi sedikit tegang, utamanya Erlan dan Atika yang merasa keheranan dengan sikap aneh Aldo yang tidak seperti biasanya ini. Masih untung kedua orang tuanya itu tidak dapat melihat ekspresinya saat ini.
Sesaat Aldo lalu menanggapi, “Iya, Mi … nanti Aldo cari waktu buat ajak Dyta kemari.”
Aldo berusaha memasang ekspresi senatural mungkin, walau tetap terlihat canggung bagi Atika dan Erlan. Hanya saja mereka tak ingin ikut campur terlalu banyak di dalam urusan anak mereka, jadi tidak mempertanyakan lebih lanjut.
“Aldo pamit ya, Mi … Pi … by
Sore menjelang, Aldo merasakan kelelahan hati yang masih melanda, dan memerlukan tempat untuk melampiaskan semua rasa yang ada, karena alasan itu pula akhirnya bisa berada di tempat ini. Bar! Aldo sedang memarkirkan kendaraannya.Kejadian siang tadi masih terngiang begitu jelas di benak, dimana ia akhirnya menghubungi Dyta untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia hanya ingin kejelasan status, setidaknya Dyta bisa dengan lebih leluasa melanjutkan hubungannya sama pria lain, juga dia sendiri yang mungkin akan membuka lembaran baru.Entahlah kalau soal yang satu ini, rasanya Aldo tidak akan bisa mempercayai seorang perempuan lagi. Dia berniat menutup hati dari semua perempuan. Mungkinkah dia akan kembali menjadi seorang playboy?Siang tadi, ketika dia menghubungi Dyta, ada sesuatu yang cukup menarik dan sangat menggelitik yang terlontar dari mulut Dyta."Kau tau, aku pergi dari mansionmu karena apa? Karena kau main gila dengan perempuan lain! Iya, kan? Ngaku!"
Dan, alangkah terkejutnya Aldo saat melihat jelas siapa pria yang bersama dengan Dyta saat itu. Mata Aldo sampai terbelalak besar sekali.Bagaimana tidak, tentu saja orang itu tak lain adalah Cecep."Kenapa harus dia?” gumam Aldo geram. Sementara Cecep menyunggingkan senyuman sinis padanya seakan memperlihatkan kemenangan berhasil mendapatkan Dyta.Srag!Aldo menyisir rambutnya dengan jemari dari depan ke belakang, tangannya sempat berhenti di puncak kepala, baru menurunkannya.Entahlah … dia yang awalnya berniat merelakan kepergian Dyta kini rasanya justru tidak rela. Cecep jelas bukan pria baik-baik, dia takut Dyta terluka.Walau sangat sakit hati diperlakukan Dyta sedemikian rupa, Aldo tak dapat membohongi perasaannya, dia terlalu mencintai perempuan itu sehingga tidak ingin Dyta terluka. Sekalipun dia harus melepaskan Dyta tetap harus pada pria yang tepat.“Ayo, Dyt … kita masuk!” ajak Cecep s
Selanjutnya Cecep ikut nimblung, “Udahlah, Dyt … jangan hiraukan dia, nanti kamu pingsan lagi kayak siang tadi. Kita pergi aja dari sini yuk nyari tempat lain!”Aldo jelas tidak menyukai cara Cecep ini, dia sedang berbicara serius dengan Dyta, apa maksudnya pria itu malah mengajak Dyta pergi. Dia seketika murka.“Heh, kau! Jangan kau pikir kau sudah menang berhasil mendapatkan Dyta! Atau semua ini juga karanganmu, huh!” bentak Aldo mengangkat kerah pakaian Cecep cukup tinggi.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aldo yang tentu saja dilakukan oleh Dyta, membuat Aldo terkejut bukan main.“Apa-apaan ini, kau menamparku?”“Iya! Dan itu pantas buat pria brengsek sepertimu!” Air mata bahkan telah membasahi pipi Dyta saat itu, diusapnya cepat.“Denger, jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi di depanku setelah ini. Aku benci banget sama kamu!” Bahkan buat menyebut
Bagaimana Aldo tidak murka? Setelah menghancurkan masa depan Alya, sekarang pria itu justru menghancurkan hubungannya dengan Dyta, terlebih membuat Dyta pingsan. Entah hukuman apa yang pantas untuknya.Ya, semua memang kerjaan Cecep. Pada saat Aldo sedang menjalankan apa yang dia pinta yakni menjauhi Dyta demi keselamatan Bagas, dia memanfaatkan waktu itu untuk memfitnah Aldo. Sementara soal foto mesra itu tentu saja ia dapatkan dari Recky dan Robert.Tujuannya sendiri tentu karena dia ingin merebut Dyta dari Aldo. Termasuk semua yang dilakukannya selama ini juga hanya karena Dyta.Selama ini dia mencintai Dyta. Dia menyukai perempuan itu sejak SMA, sampai-sampai melakukan segala hal, salah satunya adalah menyamar sebagai orang miskin karena mengetahui Dyta lebih menyukai bergaul dengan pria sederhana. Bahkan dia rela dibully di kampus oleh orang-orang, dia tak peduli asal bisa selalu bersama-sama dengan Dyta.Sialnya Dyta salah paham soal ini. Dia
Entahlah, Aldo seakan tak percaya pada perasaan Dyta terhadapnya saja, juga seperti begitu meremehkan perempuan itu layaknya wanita murahan yang dengan mudahnya berpindah hati. Namun apapun itu, Dyta tetap saja sedang terluka, dia takut Dyta menjadi lemah hati dan takhluk pada Cecep.Dia tak mau semua itu terjadi, Dia harus merebut kembali Dyta sebelum semuanya menjadi terlambat. Lebih baik mencegahnya, daripada kedepannya semakin ribet seadainya Dyta benar-benar menerima lamaran Cecep.Dave dan Aldo sudah tiba di restoran yang dimaksud sekarang ini, ternyata mereka tidak diperbolehkan masuk karena Cecep telah membooking restoran itu."Tapi kami ada perlu dengan orang yang membooking tempat ini, biarkan kami masuk!" Aldo agak memaksa."Kalau begitu Anda bisa tinggalkan pesan pada kami apa yang ingin Anda sampaikan, nanti kami akan menyampaikannya pada tamu kami," tanggap pelayan yang berjaga di depan."Tidak bisa, ini hal penting. Harus ngomong sam
Pada saat melewati samping restoran, mereka justru harus menunduk karena ternyata mereka melihat Cecep dan Dyta di dalam sana.Tepatnya suara Cecep yang mengejutkan Aldo dan Dave, dikarenakan jendela di dekat pasangan tersebut duduk dalam keadaan terbuka. Hal itu juga merupakan permintaan Cecep katanya biarkan angin masuk agar suasana semakin romantis.Untungnya Dyta dan Cecep tidak melihat keberadaan mereka, sebab Cecep duduk membelakangi mereka, sedangkan Dyta menyamping.“Kenapa kita mesti sembunyi, bukannya kita akan mencegah lamaran itu,” protes Aldo tiba-tiba.Suaranya yang dapat terdengar hingga ke kuping Cecep jelas menarik perhatian.“Siapa disana?” teriak Cecep seketika. Dave langsung menutup mulut Aldo saat akan bersuara lagi.Selanjutnya suasana agak mencekam karena terdengar suara kursi yang bergeser, Dave dan Aldo bisa menebak pasti karena Cecep beranjak dari tempat duduknya hendak menghampiri jendela, j
“Sabarlah sebentar lagi, Tuan … bukankah ini juga saat yang tepat buat mengetahui sebesar apa cinta nona terhadap Anda? Lagipula saya yakin, nona tidak mungkin menerima dia.”“Jika dipikir-pikir ada benarnya juga,” batin Aldo akhirnya kembali mengurungkan niat menampakkan diri. “Baiklah, tunggu sebentar lagi.”Namun sedetik kemudian, pikirannya kembali terganggu.“Tapi gimana kalau Dyta beneran terima lamaran bajingan itu, Dave?” lontarnya panik.“Maka saat itu juga kita akan menampakkan diri, lalu menjelaskan semua kesalahpahaman yang ada.”Aldo memiringkan kepalanya, merasa ini juga ide bagus, akhirnya dia pun sekali lagi menuruti perkataan Dave. Walau sempat berdebat, tapi mereka tidak ketinggalan sedikitpun percakapan Dyta dan Cecep. Sebab pasangan itu hanya diam saja setelah tanggapan Dyta tadi.“Sebenarnya selama ini aku … suka sama kamu. Aku cinta sama kam
Karena Dyta tak kunjung melanjutkan kalimatnya, Cecep menjadi sedikit tidak sabar. Dia mencoba memancing pembicaraan, “Jadi, apa kamu akan terima lamaranku?”Walau dia sendiri sebenarnya sama sekali tidak yakin. Namun kali ini dia berhasil membuat Dyta menanggapi segera. Sedangkan Aldo memilih memejamkan matanya saat itu, dia benar-benar takut mendengar jawaban Dyta, bahkan sampai menutup kupingnya.“Maafkan aku, Cep … aku nggak bisa.”Tepat seperti tebakan Cecep, pria itu terlihat kecewa tapi tetap berusaha tersenyum.“Nggak apa-apa, Dyt. Mungkin belum sekarang, aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kamu boleh kasih aku jawaban lagi kalau kamu berubah pikiran,” lirih Cecep.Sedangkan di luar sana, Dave yang kegirangan.“Saya bilang juga apa, nona tidak mungkin menerima pria itu!”“Hah, apa maksudmu, Dave? Jadi Dyta menolak lamaran itu?”Dave melengkungkan al