Entahlah, Aldo seakan tak percaya pada perasaan Dyta terhadapnya saja, juga seperti begitu meremehkan perempuan itu layaknya wanita murahan yang dengan mudahnya berpindah hati. Namun apapun itu, Dyta tetap saja sedang terluka, dia takut Dyta menjadi lemah hati dan takhluk pada Cecep.
Dia tak mau semua itu terjadi, Dia harus merebut kembali Dyta sebelum semuanya menjadi terlambat. Lebih baik mencegahnya, daripada kedepannya semakin ribet seadainya Dyta benar-benar menerima lamaran Cecep.
Dave dan Aldo sudah tiba di restoran yang dimaksud sekarang ini, ternyata mereka tidak diperbolehkan masuk karena Cecep telah membooking restoran itu.
"Tapi kami ada perlu dengan orang yang membooking tempat ini, biarkan kami masuk!" Aldo agak memaksa.
"Kalau begitu Anda bisa tinggalkan pesan pada kami apa yang ingin Anda sampaikan, nanti kami akan menyampaikannya pada tamu kami," tanggap pelayan yang berjaga di depan.
"Tidak bisa, ini hal penting. Harus ngomong sam
Pada saat melewati samping restoran, mereka justru harus menunduk karena ternyata mereka melihat Cecep dan Dyta di dalam sana.Tepatnya suara Cecep yang mengejutkan Aldo dan Dave, dikarenakan jendela di dekat pasangan tersebut duduk dalam keadaan terbuka. Hal itu juga merupakan permintaan Cecep katanya biarkan angin masuk agar suasana semakin romantis.Untungnya Dyta dan Cecep tidak melihat keberadaan mereka, sebab Cecep duduk membelakangi mereka, sedangkan Dyta menyamping.“Kenapa kita mesti sembunyi, bukannya kita akan mencegah lamaran itu,” protes Aldo tiba-tiba.Suaranya yang dapat terdengar hingga ke kuping Cecep jelas menarik perhatian.“Siapa disana?” teriak Cecep seketika. Dave langsung menutup mulut Aldo saat akan bersuara lagi.Selanjutnya suasana agak mencekam karena terdengar suara kursi yang bergeser, Dave dan Aldo bisa menebak pasti karena Cecep beranjak dari tempat duduknya hendak menghampiri jendela, j
“Sabarlah sebentar lagi, Tuan … bukankah ini juga saat yang tepat buat mengetahui sebesar apa cinta nona terhadap Anda? Lagipula saya yakin, nona tidak mungkin menerima dia.”“Jika dipikir-pikir ada benarnya juga,” batin Aldo akhirnya kembali mengurungkan niat menampakkan diri. “Baiklah, tunggu sebentar lagi.”Namun sedetik kemudian, pikirannya kembali terganggu.“Tapi gimana kalau Dyta beneran terima lamaran bajingan itu, Dave?” lontarnya panik.“Maka saat itu juga kita akan menampakkan diri, lalu menjelaskan semua kesalahpahaman yang ada.”Aldo memiringkan kepalanya, merasa ini juga ide bagus, akhirnya dia pun sekali lagi menuruti perkataan Dave. Walau sempat berdebat, tapi mereka tidak ketinggalan sedikitpun percakapan Dyta dan Cecep. Sebab pasangan itu hanya diam saja setelah tanggapan Dyta tadi.“Sebenarnya selama ini aku … suka sama kamu. Aku cinta sama kam
Karena Dyta tak kunjung melanjutkan kalimatnya, Cecep menjadi sedikit tidak sabar. Dia mencoba memancing pembicaraan, “Jadi, apa kamu akan terima lamaranku?”Walau dia sendiri sebenarnya sama sekali tidak yakin. Namun kali ini dia berhasil membuat Dyta menanggapi segera. Sedangkan Aldo memilih memejamkan matanya saat itu, dia benar-benar takut mendengar jawaban Dyta, bahkan sampai menutup kupingnya.“Maafkan aku, Cep … aku nggak bisa.”Tepat seperti tebakan Cecep, pria itu terlihat kecewa tapi tetap berusaha tersenyum.“Nggak apa-apa, Dyt. Mungkin belum sekarang, aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kamu boleh kasih aku jawaban lagi kalau kamu berubah pikiran,” lirih Cecep.Sedangkan di luar sana, Dave yang kegirangan.“Saya bilang juga apa, nona tidak mungkin menerima pria itu!”“Hah, apa maksudmu, Dave? Jadi Dyta menolak lamaran itu?”Dave melengkungkan al
“Nggak, Cep. Aku sudah putuskan buat membesarkan anak ini sendirian. Aku tidak akan menikah jika bukan dengan ayahnya,” lirih Dyta mengusap-usap perutnya, buliran bening menetes membasahi pipi.Kali ini Aldo sudah tak tahan lagi, dia bergegas keluar dari tempat persembunyian, dia akan sungguh-sungguh menampakkan diri di hadapan pasangan itu. Dave juga tak lagi menahannya, membiarkan dia melakukan apa yang hendak dia lakukan.“Siapa bilang kau boleh membesarkan anak itu sendirian? Aku tidak akan membiarkanmu melakukan semua itu!” lontar Aldo lantang membuat Dyta terpelanggat.“Kau! Jadi yang tadi itu kau rupanya?!” Cecep tampak murka, wajahnya memerah padam sampai-sampai beranjak dari posisi duduknya.Aldo tak memedulikan pria itu, dia segera meloncat masuk kedalam sana melalui jendela. Kemudian mendekati Dyta yang masih terbengong.“Mau apa kau kesini? Kau lihat, kau membuat Dyta menangis! Cepat pergi dari
“Jangan dengarkan dia, Dyt. Kita kan udah saling kenal sejak lama, bahkan sebelum ada dia, kamu sama aku udah sahabatan duluan, kamu pasti lebih percaya sama aku, kan?”Bagi Dyta kalimat Cecep ini justru terdengar aneh, tapi dia tidak ingin menanggapinya, hanya tersenyum canggung saja.Padahal diam-diam otaknya bekerja keras merenungkan apa yang dikatakan Aldo. Jika memang itu foto lama, lalu bisa muncul lagi sekarang ini, apa sungguh ada hubugannya dengan Cecep?Namun yang paling menarik perhatian adalah Cecep memang penuh dengan misteri, bukannya dia pria miskin, tapi bagaimana bisa menyewa restoran semewah ini hanya untuk mereka berdua saja. Dyta semakin curiga saja. Mungkin dia perlu menyelidikinya.Apapun itu, Dyta tetap berlalu dari hadapan Aldo dan Dave yang kemudian ikut meloncat masuk ke dalam restoran. Dia belum akan memaafkan Aldo untuk saat ini, lebih memilih pergi bersama Cecep. Sebelum berlalu dia bahkan sempat menyangkal bahwa a
Tidak tahu kenapa, Aldo merasa sangat tidak nyaman usai kepergian Cecep dan Dyta. Ia tiba-tiba mencemaskan keselamatan Dyta, hingga dia pun mengajak Dave membuntuti mereka. Jika saja dia mengetahui apa yang sedang terjadi dengan mereka saat ini.Dyta masih memberontak di dalam mobil Cecep, “Apa-apaan ini, Cep? Kita bisa celaka! Pelankan mobilmu!”“Tidak masalah, mati bersamamu jauh lebih baik ketimbang melihatmu bersama orang lain.”“What? Kau sudah gila, Cep!”“Iya, aku memang sudah gila! Gila karena kau!”“Kau pasti tidak tau kan betapa menderitanya aku selama ini? Harus melihatmu bersama bajingan itu! Segala cara aku lakukan buat memisahkan kalian, tapi kalian tetap lengket bagaikan perangko dengan amplop.”Kalimat tersebut begitu menarik perhatian Dyta, lalu bergegas menyelidiki apa yang dimaksudkan Cecep. Pria itu kembali terbahak, kali ini sangat keras menggema memenuhi seisi
Jadilah malam itu Dave dan Aldo mengelilingi kota Jakarta untuk mencari keberadaan Cecep dan Dyta, tapi sayang cukup sulit menemukan mereka. Hingga menjelang subuh, tetap tak kunjung ketemu. Keduanya mulai kelelahan.“Tuan, lebih baik kita pulang saja, besok baru cari lagi.”“Ngomong apa kau ini, Dave? Kalau Dyta sampai kenapa-kenapa gimana? Kita harus tetap meneruskan pencarian!”“Tapi, Tuan … ini sudah subuh, lebih baik pulang beristirahat,” anjur Dave tak mengenal kata menyerah dalam membujuk Aldo.Apalagi melihat Aldo bersin-bersin begitu, majikannya ini memiliki alergi dingin, sering kumat jika harus berhadapan dengan cuaca ekstrem di waktu subuh. Dave semakin tidak tega.Namun bukan Aldo Aldo namanya jika tidak memberontak. Dave harus menggunakan trik buat menaklukannya.“Kita sudah berkeliling berjam-jam tetap tidak ketemu, kalau memaksakan diri jelas hanya sia-sia. Setelah terang pasti
“Buruan, Dave! Jangan sampai terlambat!” cecar Aldo. “Kita tidak boleh membiarkan pernikahan itu terjadi!”Di sisi lain Aldo justru memikirkan hal lainnya, sejujurnya begitu keheranan, bagaimana bisa Cecep dan Dyta menikah, padahal jelas-jelas Dyta menolak pria itu semalam.“Apa yang kamu lakukan, Dyt? Apa kau begitu membenciku?” batin Aldo lirih. Memikirkan ini juga membuatnya ragu hendak menggagalkan pernikahan tersebut.Sesaat lalu Dave menghubungi salah satu rekan mereka agar mendapatkan akses masuk ke dalam perumahan elit yang ditempati Cecep, kata orang itu waktu itu,“Wah, kok tidak bilang-bilang mau kemari? Padahal saya harus menghadiri acara pernikahann tetangga kami. Yah, dia juga undangnya mendadak sih.”“Mendadak?” Dave agak ambigu mendengar kata itu, dia pun mempertanyakan hal itu.“Apa orang yang mau menikah itu Cecep?”“Jadi Anda juga kenal sa